Translate

Kamis, 24 September 2015

Mengintip Sedikit Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Palangkaraya

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Palangkaraya berada di bawah jurusan bahasa dan seni serta masuk dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia atau biasa di singkat PBSI ini memiliki dua organisasi mahasiswa yaitu HMPS PBSI Universitas Palangkaraya dan TEATER TUNAS PBSI Universitas Palangkaraya.

Berikut adalah logo dari masing-masing organisasi.

1. Logo HMPS PBSI Universitas Palangkaraya


2. Logo TEATER TUNAS PBSI Universitas Palangkaraya

 
 Dua organisasi ini merupakan wadah mahasiswa PBSI Universitas Palangkaraya untuk berkarya. Serta tempat menyalurkan bakat dan minat mahasiswa yang sesuai dengan visi dan misi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Palangkaraya.

Sekian dulu intip-intipnya di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Palangkaraya, salam SASTRA dari Palangkaraya.

Minggu, 19 Juli 2015

MAKALAH; KAJIAN PUISI DENGAN CITRAAN



TUGAS
KAJIAN PUISI

MAKALAH





OLEH:
AHMAT NAFARIN
AAB 112035








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra adalah karya tulis yang bila dibandingkan dengan tulisan lain, ciri-ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya sastra berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri.
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula puisi dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi.
Walaupun begitu, banyak orang tidak akan dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna kecuali, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna, imajanasi yang merupakan gambaran-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Oleh karena itu, makalah ini  menganalisis atau mengkaji puisi dengan Citraan yang berjudul “Menganalisis Citraan pada Puisi Karya Penyair-Penyair Terkenal”. Karena karya penyair-penyair terkenal sangat memperhatikan kata-katanya dengan imajinya yang kuat, sehingga membuat tertarik untuk menganalisisnya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah pengertian Citraan puisi?
b. Bagaimanakah jenis-jenis Citraan puisi?
c. Bagaimanakah analisis Citraan dalam puisi karya pengarang-pengarang terkenal?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Menjelaskan pengertian Citraan.
b.Menjelaskan jenis-jenis Citraan puisi.
c. Menjelaskan analisis Citraan dalam puisi karya pengarang-pengarang terkenal.




BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Citraan
a. Pengertian Puisi
Puisi itu merupakan mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.
b. Pengertian Citraan.
Citraan àdalah kesan yang dapat kita tangkap (terima) pada kalimat atau baris dalam puisi. Citraan berhubungan dengan indra manusia. Citraan dapat juga diartikan gambaran-gambaran angan. Dalam puisi, untuk memberi gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang khusus, untuk membuat (lebih) hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan dan juga untuk menarik perhatian, penyair juga menggunakan gambaran-gambaran angan (pikiran), di samping alat kepuitisan yang lain. Gambaran-gambaran angan dalam sajak itu disebut citraan.
Dengan hal itu orang harus mengerti arti kata-kata, yang dalam hubungan ini juga harus dapat mengingat sebuah pengalaman inderaan objek-objek yang disebutkan atau diterangkan, atau secara imajinatif membangun semacam pengalaman di luar hal-hal yang berhubungan  sehingga kata-kata akan secara sungguh-sungguh berarti kepada kita. Citraan biasanya lebih mengingatkan kembali dari pada membuat baru kesan pikiran, sehingga pembaca terlibat dalam kreasi puitis.
2.2 Jenis-jenis Citraan (Imaji)
1. Citraan Penglihatan (Visual Imagery) 
Citraan penglihatan yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra penglihatan(mata). Citraan ini merupakan jenis yang paling sering digunakan penyair. Citraan ini mampu memberikan rangsangan kepada indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
2. Citraan Pendengaran (Auditory Imagery) 
Citraan pendengaran yaitu citraan yang berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indra pendengaran. Citraan ini dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi tembang, dendang, mengiang, berdentum, dll.
3. Citraan Perabaan (Tactile Imagery)
Citra perabaan yaitu citraan yang dapat dirasakan oleh indra peraba (kulit). Pada saat kita membaca puisi kita dapat menemukan diksi yang membawa kita seolah-olah merasakan apa yang disyairkan.
4. Citraan Penciuman (Smell Imagery)
Citraan penciuman yaitu citraan yang dapat dirasakan oleh indra penciuman. Dengan membaca kata-kata tertentu dalam puisi kita seperti mencium bau sesuatu.
5. Citraan Pencecapan/Pencicipan/Rasaan (Taste Imagery)
Citraan pencecapan/pencicipan/rasaan yaitu citraan yang muncul dari puisi sehingga kita seakan-akan mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa pahit, manis, asam, pedas, dll.
6. Citraan Gerak (Kinaesthetic Imagery)
Citraan gerak yaitu citraan yang ditimbulkan oleh gerak tubuh sehingga kita merasakan atau seolah melihat gerakan tersebut.



BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Citraan dalam Puisi Karya Penyair-Penyair Terkenal
a.    Citraan dalam Puisi “Api Suci” Karya Sultan Takdir Alisjahbana
Api Suci
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Selama napas masih mengalun,
Selama jantung masih memukul,
Wahai api bakarlah jiwaku,
Biar mengaduh biar mengeluh.
Seperti baja merah membara
Dalam bakaran Nyala Raya,
Biar jiwa habis terlebur,
Dalam kobaran Nyala Raya.

Sesak mendesak rasa di kalbu,
Gelisah liar mata memandang,
Di mana duduk rasa dikejar.
Demikian rahmat tumpahkan selalu,
Nikmat rasa api menghangus,
Nyanyian semata bunyi jeritku.

Citraan yang telah dianalisis pemakalah dalam puisi Api Suci karya STA yaitu citraan penglihatan, citra gerak, citra perasaan, dan citra pendengaran.
1) Citraan Penglihatan (visual imagery)
Citraan ini dapat dilihat pada bait pertama dan baris kelima sampai dengan baris kedelapan puisi tersebut.
Seperti baja merah membara
Dalam bakaran Nyala Raya,
Biar jiwa habis terlebur,
Dalam kobaran Nyala Raya.

    Kemudian pada bait kedua baris kelima puisi tersebut.
Nikmat rasa api menghangus,

Dari beberapa penggalan bait puisi tersebut diatas, dimana seorang penyair menginginkan bahwa apa yang ia rasakan, juga dirasakan oleh pembaca mengenai semangatnya yang membara, lebur, menghangus, dan nyala yang berkobar-kobar mengisyaratkan semangat yang tinggi.
2) Citra Gerak
Citraan gerak dalam puisi Api Suci Karya Sultan Takdir Alisjahbana ini yaitu terdapat pada penggalan bait pertama dan kedua yaitu sebagai berikut:
Selama napas masih mengalun,
Selama jantung masih memukul,...
Di mana duduk rasa dikejar...

3) Citra Perasaan
Citraan ini pada puisi Api Suci Karya Sultan Takdir Alisjahbana dapat dilihat pada bait pertama dan kedua yaitu.
Biar mengaduh biar mengeluh...
Sesak mendesak rasa di kalbu,
Gelisah liar mata memandang...
...Di mana duduk rasa dikejar.
Nikmat rasa api menghangus,

Disini penyair menggunakan perasaannya sebagai penyampaian imajinya dengan melukiskan semangat yang tak pernah padam pada diri seseorang yang  mampu membawanya menghadapi masalah kehidupan, meski banyak hal yang terjadi.
4) Citraan Pendengaran (Auditory Imagery) 
Citraan ini dapat dilihat pada bait kedua dan baris terakhir puisi tersebut.
Nyanyian semata bunyi jeritku.
Penyair membawa penikmat sastra terbang mengimaji dari citraan pendengaran di atas.
b.   Citraan dalam Puisi “Menyesal” Karya Ali Hasjmy
Menyesal
Karya : A. Hasjmy
Pagiku hilang sudah melayang,
Hari mudaku sudah pergi,
Sekarang petang datang membayang,
Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta

Akh, apa guna ku sesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda ku harapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju ke arah padang bakti !

Citraan yang telah dianalisis pemakalah dalam puisi Menyesal Karya Ali Hasjmy yaitu citraan penglihatan, citra perabaan, citra gerak, dan citra perasaan.
1) Citraan Penglihatan (visual imagery)
Citraan ini dapat dilihat pada bait kedua dan baris keempat puisi tersebut.
Miskin ilmu, miskin harta
Dari bait puisi diatas, dimana seorang penyair menginginkan bahwa apa yang ia miliki, juga dirasakan oleh pembaca mengenai kemiskinan ilmu dan miskin harta yang ia alami di masa lalu.
2) Citra Gerak
Citraan gerak dalam puisi Menyesal Karya Ali Hasjmy ini yaitu terdapat pada penggalan bait pertama dan baris kedua yaitu sebagai berikut.
...Hari mudaku sudah pergi,

Dan, pada bait keempat baris kedua sebagai berikut.

...Atur barisan di pagi hari
Dari bait puisi diatas, penyair menceritakan penyesalannya dengan kata-kata hari mudaku sudah pergi. Penikmat sastra diajak untuk merasakan apa yang ia rasakan.
3) Citra Perasaan
Citraan ini pada puisi Menyesal Karya Ali Hasjmy dapat dilihat pada bait ketiga baris pertama sampai kedua dan bait keempat pada baris pertama yaitu.
Akh, apa guna ku sesalkan
Menyesal tua tiada berguna...

Kepada yang muda ku harapkan...

Dari bait puisi diatas, tokoh ‘aku’ dalam puisi tersebut menyatakan penyesalannya. Ia berharap kepada para generasi muda, agar memanfaatkan masa muda mereka dengan baik.
Disini penyair menggunakan perasaannya sebagai penyampaian imajinya dengan melukiskan semangat yang tak pernah padam pada diri seseorang yang  mampu membawanya menghadapi masalah kehidupan, meski banyak hal yang terjadi.
c.    Citraan dalam Puisi Diponegoro karya Chairil Anwar
SAJAK MATAHARI
Oleh: WS Rendra

Matahari bangkit dari sanubariku.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.

Wajahmu keluar dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin !
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !

Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.

Matahari adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia !

Yogya, 5 Maret 1976
Potret Pembangunan dalam Puisi

Citraan yang telah dianalisis pemakalah dalam puisi Sajak Matahari yaitu citraan penglihatan, citra perabaan, citra gerak, dan citra perasaan.
1) Citraan Penglihatan (visual imagery)
Citraan ini dapat dilihat pada bait pertama dan baris ketiga dan keempat puisi tersebut.
Matahari keluar dari mulutku,
    menjadi pelangi di cakrawala

    Kemudian pada bait ketiga puisi tersebut.
Satu juta lelaki gundul
    keluar dari hutan belantara,
    tubuh mereka terbalut lumpur
    dan kepala mereka berkilatan
    memantulkan cahaya matahari.
    Mata mereka menyala
    tubuh mereka menjadi bara
    dan mereka membakar dunia

Dari beberapa penggalan bait puisi tersebut diatas, dimana seorang penyair menginginkan bahwa apa yang ia rasakan, juga dirasakan oleh pembaca mengenai semangatnya yang membara, bersahaja, yang tak kenal lelah hingga dunia tergentar dan terbakar karena semangat itu.
2) Citra Perabaan (tactile imagery)
Citraan pendengaran yang terdapat pada puisi ini yaitu dapat dilihat pada bait pertama baris kedua.
Menyentuh permukaan samodra raya…

Kemudian pada bait ketiga baris ketujuh yaitu.
tubuh mereka menjadi bara
   dan mereka membakar dunia…

Pada bait-bait ini dimana penyair memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa seseorang harus memiliki keinginan dan kemauan yang besar untuk menggapai sesuatu, hingga menjadi bara yaitu mengindikasikan semangat yang membara tidak kenal putus asa.
3) Citra Gerak
Citraan gerak dalam puisi karya WS Rendra ini yaitu terdapat pada penggalan bait pertama dan ketiga yaitu sebagai berikut:
…Matahari bangkit dari sanubariku…
…Satu juta lelaki gundul
    keluar dari hutan belantara…

4) Citra Perasaan
Citraan ini pada puisi Sajak Matahari dapat dilihat pada bait pertama yaitu.
Matahari bangkit dari sanubariku
Disini penyair menggunakan perasaannya sebagai penyampaian imajinya terhadap gambaran-gambaran masa pembangunan, yang membuat ia mencoba bangkit dari keterpurukan.
d.   Citraan dalam Puisi Diponegoro karya Chairil Anwar
Diponegoro
Dimasa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
            Didepan sekali tuan menanti
            Tak gentar. Lawan banyaknya
            Seratus kali
            Pedang dikanan, keris dikiri
            Berselempang semangat
            Tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
            Punah diatas menghampa
            Binasa diatas ditindas
            Sesungguhnya jalan asal
            Baru tercapai
            Jika hidup harus merasa
Maju
Serbu
Serang
Terjang
            (Chairil Anwar)

1)   Citraan penglihatan (visual)
Citraan ini dapat dilihat pada kutipan baris dibawah ini.
...Dan bara kagum menjadi api...
...Pedang dikanan, keris dikiri...
...Menyediakan api..

Pengarang menginginkan pembaca bisa melihat apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
2)   Citraan perabaan
Citraan perabaan dalam ini yaitu terdapat pada penggalan bait terakhir yaitu sebagai berikut.
Maju
Serbu
Serang
Terjang

Pengarang menginginkan pembaca bisa meraba apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
3)   Citraan perasaan
Citraan perabaan dalam ini yaitu terdapat pada penggalan bait terakhir yaitu sebagai berikut.
Punah diatas menghampa
Binasa diatas ditindas
Sesungguhnya jalan asal
Baru tercapai
Jika hidup harus merasa

Pengarang menginginkan pembaca bisa merasa apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
e.    Citraan dalam Puisi Teratai karya Sanusi Pane
TERATAI
Dalam kebun di tanah airku,
Tumbuh sekuntum bunga teratai,
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.

Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun bersemi Laksmi mengarang,
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gemilang mulia.

Teruslah, o Teratai Bahagia,
Berseri di kebun indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.

Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkaupun turut menjaga Zaman.
(Sanoesi Pane, 1929)
Puisi teratai karya Sanousi Pane menceritakan Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh yang pantas untuk diteladani. Ia dibandingkan dengan bunga teratai yang tidak menonjolkan diri namun namanya terkenal diseluruh penjuru dunia. Kekaguman penyair kepada Ki Hajar Dewantara lebih nyata dengan baris terakhir "Engkau turut menjaga zaman".
1)   Citraan Penglihatan (visual imagery)
Citraan ini dapat dilihat pada bait puisi tersebut.
Dalam kebun di tanah airku,
Tumbuh sekuntum bunga teratai,
Tersembunyi kembang indah permai,

Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun bersemi Laksmi mengarang,
Seroja kembang gemilang mulia...
Teruslah, o Teratai Bahagia,
Biar sedikit penjaga taman.

Pengarang menginginkan pembaca bisa melihat apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
2) Citraan perasaan
Citraan perabaan dalam ini yaitu terdapat pada penggalan bait terakhir berikut yaitu sebagai berikut.
Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkaupun turut menjaga Zaman.

Pengarang menginginkan pembaca bisa merasa apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
f.     Citraan dalam Puisi “Sajak Widuri untuk  Joki Tobing”
SAJAK WIDURI UNTUK JOKI TOBING
Oleh: WS Rendra
Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir.
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
Orang-orang miskin menentang kemelaratan.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu,
kerna wajahmu muncul dalam mimpiku.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
karena terlibat aku di dalam napasmu.
Dari bis kota ke bis kota
kamu memburuku.
Kita duduk bersandingan,
menyaksikan hidup yang kumal.
Dan perlahan tersirap darah kita,
melihat sekuntum bunga telah mekar,
dari puingan masa yang putus asa.
Nusantara Film, Jakarta, 9 Mei 1977       
Potret Pembangunan dalam Puisi

Pada puisi Sajak Widuri untuk Joki Tobing ini, pemakalah menganalisis dimana terdapat tiga citraan didalam puisi ini yaitu citra perabaan, perasaan, citra pendengaran, dan citra penglihatan.
1) Citra Perabaan
Citraan ini terdapat pada baris pertama yaitu sebagai berikut.
Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir…
Penyair menggunakan kata-kata dengan citraan ini, untuk menggambarkan bagaimana rupa tukang-tukang parkir, yang berkecimpung dengan debu sehingga mengepul diwajah mereka.
2) Citra Perasaan
Citraan ini terlihat pada baris kedua, dan baris terakhir puisi tersebut, yaitu sebagai berikut.
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
    Orang-orang miskin menentang kemelaratan…
…dari puingan masa yang putus asa

Pada baris ini, penyair menggunakan perasaan baik perasaan marah, sedih dan lain-lain. Dimana menggambarkan penderitaan orang-orang miskin ditengah kemelaratan, sehingga mereka menentang kemelaratan tersebut dengan “kemarahan mengendon di dalam kalbu purba”.
3) Citra Pendengaran
Citra pendengaran dalam puisi ini terletak pada baris keempat yaitu sebagai berikut.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu…
4) Citra Penglihatan
Citraan ini terletak pada baris kesebelas dan tigabelas puisi tersebut yaitu sebagai berikut:
...menyaksikan hidup yang kumal.
   Dan perlahan tersirap darah kita,
   melihat sekuntum bunga telah mekar…

Dari puisi-puisi karya pengarang terkenal Pada baris ini, dimana penyair melibatkan pembaca dalam menyampaikan isi puisinya. Disini terlihat bahwa kehidupan yang kumal atau kotor tukang-tukang parker, terlihat pengorbanan dan pada akhirnya melihat sekuntum bunga telah mekar. Menandakan penantian sebuah kebahagiaan nantinya.
g.     Citraan dalam Puisi Doa karya Chairil Anwar
DOA
                        (kepada pemeluk teguh)
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh
mengingat kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengutuk
aku tidak bisa berpaling

(Chairil Anwar)

Berdasarkan jenis kata yang digunakan mengandung banyak makna kias, cerita tidak disampaikan secara langsung, sehingga puisi itu bisa digolongkan bermotif prismatic.
Ada beberapa citraan dalam puisi di atas, yaitu.
1)   Citraan penglihatan (visual)
Tuhanku
Dalam termangu

Setelah membaca kata tersebut, pembaca seolah-olah melihat ada seseorang yang sedang terdiam.
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Rangkaian kata itu mengajak kita melihat seberkas cahaya kecil walaupun itu hanya sebuah perumpamaan semata
2)   Citraan pendengaran (audio)
Aku masih menyebut namaMu
Dari kata-kata itu, kita seolah-olah diajak oleh pengarang untuk mendengar pengucapan tokoh aku dalam menyebut nama tuhannya.
3)   Citraan perabaan
cayaMu panas suci
Pengarang ingin menyampaikan kesan panas yang dirasakan oleh tokoh aku melalui kutipan kata tersebut.
4)   Citraan perasaan
Biar susah sungguh
Dari kata itu pengarang memberikan kesan yang menyedihkan yang dirasakan oleh tokoh aku. Bahwa dia merasa benar-benar susah.
h.   Citraan dalam puisi Barangkali karya Amir Hamzah
Barangkali
Karya: Amir Hamzah
engkau yang lena dalam hatiku
akasa swarga nipis-nipis
yang besar terangkum dunia
kecil terlindung alis

kujunjung di atas hulu
kupuji di pucuk lidah

kupangku di lengan lagu
kudaduhkan di selendang dendang

bangkit gunung
buka mata-mutiara-mu
sentuh kecapi firdusi
dengan jarimu menirus halus

biar siuman dewi-nyanyi
bambuh asmara lurus lampai
lemah ramping melidah api
halus harum mengasap keramat

mari menari dara asmara
biar terdengar swara swarna
barangkali mati di pantai hati
gelombang kenang membanting diri

Puisi Barangkali karya Amir Hamzah penggunaan diksinya sangat bagus dan indah. Penyair dengan pandainya menggunakan diksi yang menimbulkan makna semakin kuat.
1) Citra Penglihatan
Citraan ini terdapat pada beberapa baris berikut yaitu sebagai berikut.
kecil terlindung alis
sentuh kecapi firdusi
Pengarang menginginkan pembaca bisa melihat apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
2) Citra Gerak
Citraan ini terdapat pada beberapa kutipan berikut yaitu sebagai berikut.
kujunjung di atas hulu
kupuji di pucuk lidah
kupangku di lengan lagu
kudaduhkan di selendang dendang
mari menari dara asmara
biar terdengar swara swarna

Pengarang menginginkan pembaca bisa menampilkan gerak apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
i.      Analisis Citraan dalam Puisi WS Rendra
Prajurit Jaga Malam
Karya Chairil Anwar
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?

1)   Citra Gerak
Citraan ini terdapat pada beberapa kutipan berikut yaitu sebagai berikut.
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pengarang menginginkan pembaca bisa menampilkan gerak apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
2)   Citra Perasaan
Citraan ini terdapat pada beberapa kutipan berikut yaitu sebagai berikut
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Pengarang menginginkan pembaca bisa merasa apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
j.     Analisis Citraan dalam Puisi Berdiri Aku karya Amir Hamzah
Berdiri Aku
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang

Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengepas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas

Benang raja mencelup ujung
Naik marah menyerang corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak

Dalam rupa maha sempurna
Rindu senda mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Mengecap hidup bertentu tuju.
(Buah Rindu: 51)

1)   Citraan penglihatan
Sajak Berdiri aku ini menimbulkan imaji penglihatan ”visual imagery”, seolah-olah kita milihat suasana pantai yang indah. Keindahan terlihat dari
Camar melayang manepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang
.....................................................Benang raja mencelup ujung
............................................Elang leka sayap tergulung

Dari kalimat tersebut kita disuruh melihat keindahan pantai pada sore hari yang digambarkan perngarang lewat kata-katanya. Dengan bermainnya khayal visual kita, kita akan mampu membayangkan keindahan pantai pada waktu sore yang sunyi sehingga kesedihan akan semakin terasa mencekam.
2)   Citra Perasaan
Puisi ini menampilkan citra perasaan dengan imaji perasa yang terlihat pada bait kedua.
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas

Dalam kalimat pertama imaji kita akan merasakan kesejukan dengan kata-kata tersebuit teatapi sayang angin itulah yang menghempaskan harapan dan membawa lari sehingga yang terasa hanyalah sunyi yang semakin dalam. Dengan berbagai citraan yang mampu ditampilkan penyair ini pembaca akan ikut merasakan apa yang di tulis oleh penyair dengan inderanya sendiri.



BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
            Citraan atau pengimajian adalah gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indera penglihatan). Citraan tidak membuat kesan baru dalam pikiran.
            Dari puisi-puisi karya pengarang terkenal yang telah dianalasis oleh pemakalah, terlihat jelas bahwa dalam puisinya tersebut, penyair memperhatikan setiap katanya agar memiliki makna dari imaji atau citraan dari kata-kata yang telah dihasilkannya. Jadi dalam puisi-puisi karya pengarang terkenal yang pemakalah analisis, setiap puisinya didominasi oleh citra perasaan.
4.2 Saran
            Semoga apa yang pemakalah samapaikan ini, dapat bermanfaat bagi kita semua. Kemudian dapat dijadikan contoh maupun referensi untuk pemakalah selanjutnya.



Daftar Pustaka
Pradopo, Rachmat Djoko. 2014. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University. Yogyakarta