TUGAS
KAJIAN PUISI
MAKALAH
OLEH:
AHMAT
NAFARIN
AAB 112035
AAB 112035
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PALANGKARAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sastra adalah karya tulis yang
bila dibandingkan dengan tulisan lain, ciri-ciri keunggulan, seperti
keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya sastra
berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis
dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah
manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas. Pembaca sastra
dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya
sendiri.
Puisi merupakan salah satu karya
sastra yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji
struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang
tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula
puisi dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam
puisi.
Walaupun begitu, banyak orang tidak
akan dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari
bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna kecuali, yang mempunyai arti, bukan
hanya sesuatu yang kosong tanpa makna, imajanasi yang merupakan gambaran-gambar
dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Oleh karena itu, makalah ini menganalisis atau mengkaji puisi dengan
Citraan yang berjudul “Menganalisis Citraan pada Puisi Karya Penyair-Penyair
Terkenal”. Karena karya penyair-penyair terkenal sangat memperhatikan
kata-katanya dengan imajinya yang kuat, sehingga membuat tertarik untuk
menganalisisnya.
1.2 Rumusan
Masalah
a. Bagaimanakah pengertian Citraan puisi?
b. Bagaimanakah jenis-jenis Citraan puisi?
c. Bagaimanakah analisis Citraan dalam puisi karya pengarang-pengarang
terkenal?
1.3 Tujuan
Penulisan
a. Menjelaskan pengertian Citraan.
b.Menjelaskan jenis-jenis Citraan puisi.
c. Menjelaskan analisis Citraan dalam puisi karya pengarang-pengarang
terkenal.
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian
Citraan
a. Pengertian
Puisi
Puisi itu merupakan mengekspresikan
pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera
dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang
direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi
itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah
dalam wujud yang paling berkesan.
b.
Pengertian Citraan.
Citraan à dalah kesan yang dapat kita
tangkap (terima) pada kalimat atau baris dalam puisi. Citraan berhubungan
dengan indra manusia. Citraan dapat juga diartikan gambaran-gambaran angan.
Dalam puisi, untuk memberi gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang
khusus, untuk membuat (lebih) hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan dan
juga untuk menarik perhatian, penyair juga menggunakan gambaran-gambaran angan
(pikiran), di samping alat kepuitisan yang lain. Gambaran-gambaran angan dalam
sajak itu disebut citraan.
Dengan hal itu orang harus mengerti
arti kata-kata, yang dalam hubungan ini juga harus dapat mengingat sebuah
pengalaman inderaan objek-objek yang disebutkan atau diterangkan, atau secara
imajinatif membangun semacam pengalaman di luar hal-hal yang berhubungan
sehingga kata-kata akan secara sungguh-sungguh berarti kepada kita. Citraan
biasanya lebih mengingatkan kembali dari pada membuat baru kesan pikiran,
sehingga pembaca terlibat dalam kreasi puitis.
2.2 Jenis-jenis
Citraan (Imaji)
1. Citraan Penglihatan (Visual
Imagery)
Citraan penglihatan yaitu citraan
yang ditimbulkan oleh indra penglihatan(mata). Citraan ini merupakan jenis yang
paling sering digunakan penyair. Citraan ini mampu memberikan rangsangan kepada
indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah
terlihat.
2. Citraan Pendengaran (Auditory
Imagery)
Citraan pendengaran yaitu citraan
yang berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indra
pendengaran. Citraan ini dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi
suara, misalnya dengan munculnya diksi tembang, dendang, mengiang, berdentum,
dll.
3. Citraan Perabaan (Tactile
Imagery)
Citra perabaan yaitu citraan yang
dapat dirasakan oleh indra peraba (kulit). Pada saat kita membaca puisi kita
dapat menemukan diksi yang membawa kita seolah-olah merasakan apa yang
disyairkan.
4. Citraan Penciuman (Smell Imagery)
Citraan penciuman yaitu citraan yang
dapat dirasakan oleh indra penciuman. Dengan membaca kata-kata tertentu dalam
puisi kita seperti mencium bau sesuatu.
5. Citraan
Pencecapan/Pencicipan/Rasaan (Taste Imagery)
Citraan pencecapan/pencicipan/rasaan
yaitu citraan yang muncul dari puisi sehingga kita seakan-akan mencicipi suatu
benda yang menimbulkan rasa pahit, manis, asam, pedas, dll.
6. Citraan Gerak (Kinaesthetic Imagery)
Citraan gerak yaitu citraan yang
ditimbulkan oleh gerak tubuh sehingga kita merasakan atau seolah melihat
gerakan tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis
Citraan dalam Puisi Karya Penyair-Penyair Terkenal
a. Citraan dalam Puisi “Api Suci” Karya Sultan Takdir Alisjahbana
Api Suci
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana
Selama napas masih mengalun,
Selama jantung masih memukul,
Wahai api bakarlah jiwaku,
Biar mengaduh biar mengeluh.
Seperti baja merah membara
Dalam bakaran Nyala Raya,
Biar jiwa habis terlebur,
Dalam kobaran Nyala Raya.
Sesak mendesak rasa di kalbu,
Gelisah liar mata memandang,
Di mana duduk rasa dikejar.
Demikian rahmat tumpahkan selalu,
Nikmat rasa api menghangus,
Nyanyian semata bunyi jeritku.
Citraan yang telah dianalisis pemakalah dalam puisi Api
Suci karya STA yaitu citraan penglihatan, citra gerak, citra perasaan, dan
citra pendengaran.
1) Citraan Penglihatan (visual imagery)
Citraan ini dapat dilihat pada bait
pertama dan baris kelima sampai dengan baris kedelapan puisi tersebut.
Seperti baja merah membara
Dalam bakaran Nyala Raya,
Biar jiwa habis terlebur,
Dalam kobaran Nyala Raya.
Kemudian pada bait kedua baris
kelima puisi tersebut.
Nikmat rasa api menghangus,
Dari beberapa penggalan bait puisi tersebut diatas,
dimana seorang penyair menginginkan bahwa apa yang ia rasakan, juga dirasakan
oleh pembaca mengenai semangatnya yang membara, lebur, menghangus, dan nyala
yang berkobar-kobar
mengisyaratkan semangat yang tinggi.
2) Citra Gerak
Citraan gerak dalam puisi Api Suci
Karya Sultan Takdir Alisjahbana ini yaitu terdapat
pada penggalan bait pertama dan kedua yaitu sebagai berikut:
Selama napas masih mengalun,
Selama jantung masih memukul,...
Di mana duduk rasa dikejar...
3) Citra Perasaan
Citraan ini pada puisi Api Suci
Karya Sultan Takdir Alisjahbana dapat dilihat pada
bait pertama dan kedua yaitu.
Biar mengaduh
biar mengeluh...
Sesak mendesak rasa di kalbu,
Gelisah liar mata memandang...
...Di mana duduk rasa dikejar.
Nikmat rasa api menghangus,
Disini penyair menggunakan perasaannya sebagai penyampaian imajinya dengan melukiskan
semangat yang tak pernah padam pada diri seseorang yang mampu membawanya menghadapi masalah
kehidupan, meski banyak hal yang terjadi.
4) Citraan
Pendengaran (Auditory Imagery)
Citraan ini dapat dilihat pada bait kedua
dan baris terakhir puisi tersebut.
Nyanyian semata bunyi jeritku.
Penyair
membawa penikmat sastra terbang mengimaji dari citraan pendengaran di atas.
b. Citraan dalam Puisi “Menyesal” Karya Ali Hasjmy
Menyesal
Karya : A. Hasjmy
Pagiku
hilang sudah melayang,
Hari
mudaku sudah pergi,
Sekarang
petang datang membayang,
Batang
usiaku sudah tinggi
Aku lalai
di hari pagi
Beta
lengah di masa muda
Kini
hidup meracun hati
Miskin
ilmu, miskin harta
Akh, apa
guna ku sesalkan
Menyesal
tua tiada berguna
Hanya
menambah luka sukma
Kepada
yang muda ku harapkan
Atur
barisan di pagi hari
Menuju ke
arah padang bakti !
Citraan yang telah dianalisis pemakalah dalam puisi Menyesal Karya Ali Hasjmy yaitu citraan penglihatan, citra perabaan, citra
gerak, dan citra perasaan.
1) Citraan Penglihatan (visual imagery)
Citraan ini dapat dilihat
pada bait kedua dan baris keempat puisi tersebut.
Miskin
ilmu, miskin harta
Dari bait puisi diatas, dimana seorang penyair
menginginkan bahwa apa yang ia miliki, juga dirasakan oleh pembaca mengenai kemiskinan
ilmu dan miskin harta yang ia alami di masa lalu.
2) Citra Gerak
Citraan gerak dalam puisi Menyesal Karya Ali Hasjmy ini yaitu terdapat pada penggalan bait
pertama dan baris kedua yaitu sebagai berikut.
...Hari mudaku sudah pergi,
Dan, pada bait keempat baris kedua sebagai berikut.
...Atur barisan di pagi hari
Dari bait puisi diatas, penyair menceritakan
penyesalannya dengan kata-kata hari
mudaku sudah pergi. Penikmat sastra diajak untuk merasakan apa yang ia
rasakan.
3) Citra Perasaan
Citraan ini pada puisi Menyesal Karya Ali Hasjmy dapat dilihat pada bait ketiga baris
pertama sampai kedua dan bait keempat pada baris pertama yaitu.
Akh, apa
guna ku sesalkan
Menyesal tua
tiada berguna...
Kepada
yang muda ku harapkan...
Dari bait puisi diatas, tokoh ‘aku’ dalam
puisi tersebut menyatakan penyesalannya. Ia berharap kepada para generasi muda,
agar memanfaatkan masa muda mereka dengan baik.
Disini penyair menggunakan perasaannya
sebagai penyampaian imajinya dengan melukiskan semangat yang
tak pernah padam pada diri seseorang yang
mampu membawanya menghadapi masalah kehidupan, meski banyak hal yang
terjadi.
c. Citraan dalam Puisi
Diponegoro karya Chairil Anwar
SAJAK MATAHARI
Oleh: WS Rendra
Oleh: WS Rendra
Matahari bangkit dari sanubariku.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin !
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
wahai kamu, wanita miskin !
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
Matahari adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia !
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia !
Yogya, 5 Maret 1976
Potret Pembangunan dalam Puisi
Potret Pembangunan dalam Puisi
Citraan yang telah dianalisis pemakalah dalam puisi
Sajak Matahari yaitu citraan penglihatan, citra perabaan, citra gerak, dan
citra perasaan.
1) Citraan Penglihatan (visual
imagery)
Citraan ini dapat dilihat pada bait
pertama dan baris ketiga dan keempat puisi tersebut.
…Matahari
keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala…
menjadi pelangi di cakrawala…
Kemudian pada
bait ketiga puisi tersebut.
…Satu
juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia…
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia…
Dari beberapa penggalan bait puisi tersebut diatas,
dimana seorang penyair menginginkan bahwa apa yang ia rasakan, juga dirasakan
oleh pembaca mengenai semangatnya yang membara, bersahaja, yang tak kenal lelah
hingga dunia tergentar dan terbakar karena semangat itu.
2) Citra
Perabaan (tactile imagery)
Citraan pendengaran yang terdapat pada puisi ini yaitu
dapat dilihat pada bait pertama baris kedua.
…Menyentuh
permukaan samodra raya…
Kemudian pada bait ketiga baris ketujuh yaitu.
…tubuh
mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia…
Pada bait-bait ini dimana penyair
memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa seseorang harus memiliki keinginan
dan kemauan yang besar untuk menggapai sesuatu, hingga menjadi bara yaitu mengindikasikan semangat yang membara tidak
kenal putus asa.
3) Citra Gerak
Citraan gerak dalam puisi karya WS Rendra
ini yaitu terdapat pada penggalan bait pertama dan ketiga yaitu sebagai
berikut:
…Matahari bangkit dari sanubariku…
…Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara…
keluar dari hutan belantara…
4) Citra Perasaan
Citraan ini pada puisi Sajak Matahari
dapat dilihat pada bait pertama yaitu.
Matahari bangkit dari sanubariku…
Disini penyair menggunakan perasaannya
sebagai penyampaian imajinya terhadap gambaran-gambaran masa pembangunan, yang
membuat ia mencoba bangkit dari keterpurukan.
d. Citraan dalam Puisi
Diponegoro karya Chairil Anwar
Diponegoro
Dimasa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Didepan
sekali tuan menanti
Tak
gentar. Lawan banyaknya
Seratus
kali
Pedang
dikanan, keris dikiri
Berselempang
semangat
Tak
bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah
diatas menghampa
Binasa
diatas ditindas
Sesungguhnya
jalan asal
Baru
tercapai
Jika
hidup harus merasa
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Chairil
Anwar)
1)
Citraan penglihatan (visual)
Citraan ini dapat dilihat pada kutipan
baris dibawah ini.
...Dan bara kagum menjadi api...
...Pedang dikanan, keris
dikiri...
...Menyediakan api..
Pengarang menginginkan
pembaca bisa melihat apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan
di atas.
2)
Citraan perabaan
Citraan perabaan dalam ini yaitu terdapat pada penggalan bait terakhir yaitu sebagai
berikut.
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Pengarang menginginkan pembaca bisa meraba apa yang
ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan
di atas.
3)
Citraan perasaan
Citraan perabaan dalam ini yaitu terdapat pada penggalan bait terakhir yaitu sebagai
berikut.
Punah diatas menghampa
Binasa diatas ditindas
Sesungguhnya jalan asal
Baru tercapai
Jika hidup harus merasa
Pengarang menginginkan pembaca bisa merasa apa yang
ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
e. Citraan dalam Puisi
Teratai karya Sanusi Pane
TERATAI
Dalam kebun di tanah airku,
Tumbuh sekuntum bunga teratai,
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun bersemi Laksmi mengarang,
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gemilang mulia.
Teruslah, o Teratai Bahagia,
Berseri di kebun indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.
Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkaupun turut menjaga Zaman.
(Sanoesi Pane, 1929)
Puisi teratai
karya Sanousi Pane
menceritakan Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh yang pantas untuk diteladani. Ia
dibandingkan dengan bunga teratai yang tidak menonjolkan diri namun namanya
terkenal diseluruh penjuru dunia. Kekaguman penyair kepada Ki Hajar Dewantara
lebih nyata dengan baris terakhir "Engkau turut menjaga zaman".
1)
Citraan Penglihatan (visual imagery)
Citraan ini dapat dilihat pada bait puisi
tersebut.
Dalam kebun
di tanah airku,
Tumbuh sekuntum
bunga teratai,
Tersembunyi kembang
indah permai,
Akarnya tumbuh di hati
dunia,
Daun bersemi Laksmi
mengarang,
Seroja kembang gemilang mulia...
Teruslah, o Teratai Bahagia,
Biar sedikit penjaga taman.
Pengarang menginginkan pembaca bisa melihat apa yang
ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
2) Citraan
perasaan
Citraan perabaan dalam ini yaitu terdapat
pada penggalan bait terakhir berikut yaitu sebagai berikut.
Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkaupun turut
menjaga Zaman.
Pengarang menginginkan pembaca bisa merasa apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada
kutipan di atas.
f. Citraan dalam Puisi “Sajak Widuri
untuk Joki Tobing”
SAJAK WIDURI UNTUK JOKI TOBING
Oleh: WS Rendra
Oleh: WS Rendra
Debu mengepul mengolah
wajah tukang-tukang parkir.
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
Orang-orang miskin menentang kemelaratan.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu,
kerna wajahmu muncul dalam mimpiku.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
karena terlibat aku di dalam napasmu.
Dari bis kota ke bis kota
kamu memburuku.
Kita duduk bersandingan,
menyaksikan hidup yang kumal.
Dan perlahan tersirap darah kita,
melihat sekuntum bunga telah mekar,
dari puingan masa yang putus asa.
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
Orang-orang miskin menentang kemelaratan.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu,
kerna wajahmu muncul dalam mimpiku.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
karena terlibat aku di dalam napasmu.
Dari bis kota ke bis kota
kamu memburuku.
Kita duduk bersandingan,
menyaksikan hidup yang kumal.
Dan perlahan tersirap darah kita,
melihat sekuntum bunga telah mekar,
dari puingan masa yang putus asa.
Nusantara Film, Jakarta, 9 Mei 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
Potret Pembangunan dalam Puisi
Pada puisi Sajak Widuri untuk Joki Tobing
ini, pemakalah menganalisis dimana terdapat tiga citraan didalam puisi ini yaitu citra perabaan, perasaan, citra pendengaran, dan citra
penglihatan.
1) Citra Perabaan
Citraan ini terdapat pada baris pertama
yaitu sebagai berikut.
Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir…
Penyair menggunakan kata-kata dengan
citraan ini, untuk menggambarkan bagaimana rupa tukang-tukang parkir, yang
berkecimpung dengan debu sehingga mengepul diwajah mereka.
2) Citra Perasaan
Citraan ini terlihat pada baris kedua, dan
baris terakhir puisi tersebut, yaitu sebagai berikut.
…Kemarahan
mengendon di dalam kalbu purba.
Orang-orang miskin
menentang kemelaratan…
…dari puingan masa yang putus asa
Pada baris ini, penyair menggunakan
perasaan baik perasaan marah, sedih dan lain-lain. Dimana menggambarkan
penderitaan orang-orang miskin ditengah kemelaratan, sehingga mereka menentang
kemelaratan tersebut dengan “kemarahan
mengendon di dalam kalbu purba”.
3) Citra Pendengaran
Citra pendengaran dalam puisi ini terletak
pada baris keempat yaitu sebagai berikut.
Wahai, Joki Tobing,
kuseru kamu…
4) Citra Penglihatan
Citraan ini terletak pada baris kesebelas
dan tigabelas puisi tersebut yaitu sebagai berikut:
...menyaksikan
hidup yang kumal.
Dan perlahan tersirap darah
kita,
melihat sekuntum bunga telah
mekar…
Dari puisi-puisi karya pengarang terkenal Pada baris ini, dimana penyair melibatkan pembaca dalam
menyampaikan isi puisinya. Disini terlihat bahwa kehidupan yang kumal atau
kotor tukang-tukang parker, terlihat pengorbanan dan pada akhirnya melihat
sekuntum bunga telah mekar. Menandakan penantian sebuah kebahagiaan nantinya.
g. Citraan dalam Puisi Doa karya Chairil Anwar
DOA
(kepada
pemeluk teguh)
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengutuk
aku tidak bisa berpaling
(Chairil Anwar)
Berdasarkan jenis kata yang digunakan mengandung
banyak makna kias, cerita tidak disampaikan secara
langsung, sehingga puisi itu bisa digolongkan bermotif prismatic.
Ada beberapa citraan
dalam puisi di atas, yaitu.
1) Citraan penglihatan (visual)
Tuhanku
Dalam termangu
Setelah membaca kata tersebut, pembaca seolah-olah
melihat ada seseorang yang sedang terdiam.
tinggal
kerdip lilin di kelam sunyi
Rangkaian kata itu mengajak kita melihat seberkas
cahaya kecil walaupun itu hanya sebuah perumpamaan semata
2) Citraan
pendengaran (audio)
Aku masih
menyebut namaMu
Dari kata-kata itu, kita seolah-olah diajak oleh
pengarang untuk mendengar pengucapan tokoh aku dalam menyebut nama tuhannya.
3) Citraan
perabaan
cayaMu panas
suci
Pengarang ingin menyampaikan kesan panas yang dirasakan
oleh tokoh aku melalui kutipan kata tersebut.
4) Citraan
perasaan
Biar susah
sungguh
Dari kata itu pengarang memberikan kesan yang
menyedihkan yang dirasakan oleh tokoh aku. Bahwa dia merasa benar-benar susah.
h. Citraan dalam puisi Barangkali karya Amir Hamzah
Barangkali
Karya: Amir Hamzah
engkau
yang lena dalam hatiku
akasa
swarga nipis-nipis
yang
besar terangkum dunia
kecil
terlindung alis
kujunjung
di atas hulu
kupuji
di pucuk lidah
kupangku
di lengan lagu
kudaduhkan
di selendang dendang
bangkit
gunung
buka
mata-mutiara-mu
sentuh
kecapi firdusi
dengan
jarimu menirus halus
biar
siuman dewi-nyanyi
bambuh
asmara lurus lampai
lemah
ramping melidah api
halus
harum mengasap keramat
mari
menari dara asmara
biar
terdengar swara swarna
barangkali
mati di pantai hati
gelombang
kenang membanting diri
Puisi Barangkali karya Amir Hamzah penggunaan
diksinya sangat bagus dan indah. Penyair dengan pandainya menggunakan diksi
yang menimbulkan makna semakin kuat.
1) Citra Penglihatan
Citraan ini terdapat pada beberapa baris berikut
yaitu sebagai berikut.
kecil
terlindung alis
sentuh
kecapi firdusi
Pengarang menginginkan pembaca bisa melihat apa yang
ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
2) Citra
Gerak
Citraan ini terdapat pada beberapa kutipan
berikut yaitu sebagai berikut.
kujunjung
di atas hulu
kupuji di pucuk
lidah
kupangku di lengan
lagu
kudaduhkan
di selendang dendang
mari menari
dara asmara
biar
terdengar swara swarna
Pengarang menginginkan pembaca bisa menampilkan gerak
apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
i. Analisis Citraan
dalam Puisi WS Rendra
Prajurit
Jaga Malam
Karya
Chairil Anwar
Waktu
jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda
yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya
kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah
mati ini
Aku
suka pada mereka yang berani hidup
Aku
suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam
yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu
jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
1)
Citra Gerak
Citraan ini terdapat pada beberapa kutipan
berikut yaitu sebagai berikut.
Waktu
jalan. Aku tidak tahu apa nasib
waktu?
Pemuda-pemuda
yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Waktu
jalan. Aku tidak tahu apa nasib
waktu?
Pengarang menginginkan pembaca bisa menampilkan gerak
apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
2) Citra
Perasaan
Citraan ini terdapat pada beberapa kutipan
berikut yaitu sebagai berikut
Aku suka
pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada
mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi
mimpi, terlucut debu
Pengarang menginginkan pembaca bisa merasa apa yang
ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
j. Analisis Citraan dalam Puisi Berdiri Aku karya Amir Hamzah
Berdiri Aku
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengepas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas
Benang raja mencelup ujung
Naik marah menyerang corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak
Dalam rupa maha sempurna
Rindu senda mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Mengecap hidup bertentu tuju.
(Buah Rindu: 51)
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengepas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas
Benang raja mencelup ujung
Naik marah menyerang corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak
Dalam rupa maha sempurna
Rindu senda mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Mengecap hidup bertentu tuju.
(Buah Rindu: 51)
1) Citraan
penglihatan
Sajak Berdiri aku ini menimbulkan imaji
penglihatan ”visual imagery”, seolah-olah kita milihat suasana pantai yang
indah. Keindahan terlihat dari
Camar melayang
manepis buih
Melayah bakau
mengurai puncak
Berjulang datang
ubur terkembang
.....................................................Benang
raja mencelup ujung
............................................Elang
leka sayap tergulung
Dari kalimat tersebut kita disuruh melihat
keindahan pantai pada sore hari yang digambarkan perngarang lewat kata-katanya.
Dengan bermainnya khayal visual kita, kita akan mampu membayangkan keindahan
pantai pada waktu sore yang sunyi sehingga kesedihan akan semakin terasa
mencekam.
2)
Citra Perasaan
Puisi
ini menampilkan citra perasaan dengan imaji perasa yang terlihat pada bait
kedua.
Angin pulang menyejuk
bumi
Menepuk teluk
mengempas emas
Lari ke gunung
memuncak sunyi
Berayun-ayun di
atas alas
Dalam
kalimat pertama imaji kita akan merasakan kesejukan dengan kata-kata tersebuit
teatapi sayang angin itulah yang menghempaskan harapan dan membawa lari sehingga
yang terasa hanyalah sunyi yang semakin dalam. Dengan berbagai citraan yang
mampu ditampilkan penyair ini pembaca akan ikut merasakan apa yang di tulis
oleh penyair dengan inderanya sendiri.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Citraan atau pengimajian adalah gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran
angan si penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image).
Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai
gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat
dilihat oleh mata (indera penglihatan). Citraan tidak membuat kesan baru dalam
pikiran.
Dari puisi-puisi karya pengarang terkenal yang telah dianalasis oleh pemakalah,
terlihat jelas bahwa dalam puisinya tersebut, penyair memperhatikan setiap
katanya agar memiliki makna dari imaji atau citraan dari kata-kata yang telah
dihasilkannya. Jadi dalam puisi-puisi karya pengarang terkenal yang pemakalah
analisis, setiap puisinya didominasi oleh citra perasaan.
4.2 Saran
Semoga apa yang pemakalah samapaikan ini, dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kemudian dapat dijadikan contoh maupun referensi untuk pemakalah selanjutnya.
Daftar
Pustaka
Pradopo, Rachmat Djoko.
2014. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar