TUGAS
KAJIAN PUISI
Menganalisis
Puisi Karya Penyair-Penyair Terkenal dengan Menggunakan Analisis Struktural dan
Semiotik, Ketidaklangsungan Ekspresi, dan Latar Belakang Sosial-Budaya
MAKALAH
OLEH:
AHMAT
NAFARIN
AAB 112035
AAB 112035
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PALANGKARAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sastra adalah karya tulis yang
bila dibandingkan dengan tulisan lain, ciri-ciri keunggulan, seperti
keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya sastra
berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis
dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah
manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas. Pembaca sastra
dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya
sendiri.
Puisi merupakan salah satu karya
sastra yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji
struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang
tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula
puisi dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam
puisi.
Walaupun begitu, banyak orang tidak
akan dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari
bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna kecuali, yang mempunyai arti, bukan
hanya sesuatu yang kosong tanpa makna, imajanasi yang merupakan gambaran-gambar
dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Oleh karena itu, makalah
ini menganalisis atau mengkaji puisi
dengan analisis struktural dan semiotik, ketidaklangsungan ekspresi, dan latar
belakang sosial-budaya yang berjudul “Menganalisis Puisi Karya Penyair-Penyair
Terkenal dengan Menggunakan analisis struktural dan semiotik, ketidaklangsungan
ekspresi, dan latar belakang sosial-budaya”. Karena karya penyair-penyair
terkenal sangat memperhatikan kata-katanya dengan imajinya yang kuat, sehingga
membuat tertarik untuk menganalisisnya.
1.2 Rumusan
Masalah
a. Bagaimanakah analisis struktural dan semiotik puisi?
b. Bagaimanakah analisis ketidaklangsungan ekspresi
puisi?
c. Bagaimanakah analisis latar belakang sosial-budaya
puisi?
1.3 Tujuan
Penulisan
a. Menjelaskan analisis struktural dan semiotik puisi.
b.Menjelaskan analisis ketidaklangsungan ekspresi
puisi.
c. Menjelaskan analisis latar belakang sosial-budaya
puisi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis
Struktural dan Semiotik
Struktural adalah berhubungan dengan cara sesuatu disusun atau
dibangun, susunan, bangunan atau
pengaturan pola dalam bahasa secara sintagmatis sedangkan semiotik adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam kehidupan
manusia.
a. Analisis Struktural dan Semiotik dalam Puisi “Api
Suci” Karya Sultan Takdir Alisjahbana
Api Suci
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana
Selama napas masih mengalun,
Selama jantung masih memukul,
Wahai api bakarlah jiwaku,
Biar mengaduh biar mengeluh.
Seperti baja merah membara
Dalam bakaran Nyala Raya,
Biar jiwa habis terlebur,
Dalam kobaran Nyala Raya.
Sesak mendesak rasa di kalbu,
Gelisah liar mata memandang,
Di mana duduk rasa dikejar.
Demikian rahmat tumpahkan selalu,
Nikmat rasa api menghangus,
Nyanyian semata bunyi jeritku.
Struktur pengaturan pola
dalam bahasa secara sintagmatis pada puisi Api
Suci pada bait pertama, ‘aku’
lirik menggambarkan keinginan menyalakan semangatnya untuk memcapai keinginan
ketika masih ada kesempatan . Bait kedua, menggambarkan keinginan semangat ‘aku’ lirik yang tetap ada, maka lahirlah
dorongan untuk mewujudkan harapannya.
Puisi
Api Suci karya Sutan Takdir
Alisjahbana melukiskan semangat yang tak pernah padam pada diri seseorang
yang mampu membawanya menghadapi masalah
kehidupan, meski banyak hal yang terjadi.
Puisi
pasti memiliki makna keseluruhan yang sangat penting. Makna keseluruhan adalah
inti dari puisi terebut. Puisi Api Suci
karya Sutan Takdir Alisjahbana memiliki makna keseluruhan yaitu semangat yang
dilambangkan oleh ‘api’ yang
berkobar-kobar mengisyaratkan semangat yang tinggi.
Semiotik
yang terdapat dalam puisi Api Suci
karya Sutan Takdir Alisjahbana yaitu sebagai berikut.
Selama napas masih mengalun,
Selama jantung masih memukul,
Wahai api
bakarlah jiwaku,
Biar mengaduh biar mengeluh.
Seperti baja merah membara
Dalam bakaran Nyala Raya,
Biar jiwa habis terlebur,
Dalam kobaran
Nyala Raya.
Sesak mendesak rasa di kalbu,
Gelisah liar mata memandang,
Di mana duduk rasa dikejar.
Demikian rahmat tumpahkan selalu,
Nikmat rasa api menghangus,
Nyanyian semata bunyi jeritku.
Puisi
di atas menggambarkan simbol-simbol yang memiliki makna sebenarnya dan bukan
yang sebenarnya. Api menyimbolkan
semangat yang tak pernah padah apabila baranya belum juga mati. Mengalun dan memukul merupakan simbol penanda bahwa nyawa yang masih hidup.
b. Analisis Struktural dan Semiotik dalam Puisi “Teratai”
Karya Sanoesi Pane
TERATAI
Dalam kebun di tanah airku,
Tumbuh sekuntum
bunga teratai,
Tersembunyi
kembang indah permai,
Tidak terlihat
orang yang lalu.
Akarnya tumbuh
di hati dunia,
Daun bersemi Laksmi
mengarang,
Biarpun ia
diabaikan orang,
Seroja kembang
gemilang mulia.
Teruslah, o
Teratai Bahagia,
Berseri di
kebun indonesia,
Biar sedikit
penjaga taman.
Biarpun engkau
tidak dilihat,
Biarpun engkau
tidak diminat,
Engkaupun turut
menjaga Zaman.
(Sanoesi Pane,
1929)
Struktur
dalam puisi Teratai di susun dari bait pertama yang menggambarkan teratai itu
yang baru tumbuh dan hanya dilihat orang sebagai hal yang biasa. Bait kedua
teratai itu mulai tumbuh danterus tumbuh walau diabaikan. Bait ketiga teratai
itu sudah besar tapi hanya segelintir orang saja yang menganggapnya tidak
biasa. Bait keempat menggambarkan biarpun teratai itu banyak yang menganggap
biasa tetapi sebenarnya teratai itu lah yang merupakan suatu sejarah besar
untuk Indonesia. Secara keseluruhan puisi teratai karya Sanoesi Pane boleh
dikatakan sebagai alegori, karena kisah bunga teratai itu digunakan untuk
mengisahkan tokoh pendidikan.
Semiotik
puisi Teratai karya Sanoesi Pane menyak menggunakan simbol-simbol. Semiotik
yang terlihat adalah sebagai berikut.
Dalam kebun di tanah airku,
Tumbuh sekuntum
bunga teratai,
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat
orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun bersemi Laksmi mengarang,
Biarpun ia
diabaikan orang,
Seroja kembang
gemilang mulia.
Teruslah, o Teratai Bahagia,
Berseri di kebun indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.
Biarpun engkau
tidak dilihat,
Biarpun engkau
tidak diminat,
Engkaupun turut
menjaga Zaman.
Puisi
Teratai karya Sanoesi Pane memiliki banyak semiotik seperti bukti pada puisi di
atas. Teratai menggamarkan tokoh Ki Hajar Dewantara sedangkan kebun merupakan
tanah Indonesia. Selain itu, ada juga semiotik yang terdapat dalam puisi
Teratai karya Sanoesi Pane seperti tersembunyi kembang indah permai, akarnya,
daun bersemi, berseri di kebun indonesia, penjaga taman.
c.
Analisis Struktural dan Semiotik
dalam Puisi “Menyesal” Karya Ali Hasjmy
Menyesal
Karya : A. Hasjmy
Pagiku
hilang sudah melayang,
Hari
mudaku sudah pergi,
Sekarang
petang datang membayang,
Batang
usiaku sudah tinggi
Aku lalai
di hari pagi
Beta
lengah di masa muda
Kini
hidup meracun hati
Miskin
ilmu, miskin harta
Akh, apa
guna ku sesalkan
Menyesal
tua tiada berguna
Hanya
menambah luka sukma
Kepada
yang muda ku harapkan
Atur
barisan di pagi hari
Menuju ke
arah padang bakti !
Strukur
puisi Menyesal karya Ali Hasimj, pada bait pertama menceritakan penyesalannya
pada masa sekarang yang tak bisa berbuat apa-apa dengan keterbatasan yang
dimilikinya. Bait kedua berisi kelalaiannya di masa lampau yang mengakibatkanya
tidak mampu berbuat banyak. Bait ketiga ia telah sadar untuk apa ia sesalkan
karena kalau hanya merenung tidak menjadi apa-apa dan lebih baik ada sesuatu
yang harus aku lakukan. Bait keempat memberi pesan untuk generasi muda untuk
tidak mengikutinya terjatuh pada lubang yang sama harapannya cukup ia yang
merasakan hal itu.
Dari
bait puisi diatas, tokoh ‘aku’ dalam puisi tersebut menyatakan penyesalannya.
Ia berharap kepada para generasi muda, agar memanfaatkan masa muda mereka
dengan baik.
Disini
penyair menggunakan perasaannya sebagai penyampaian imajinya dengan melukiskan
semangat yang tak pernah padam pada diri seseorang yang mampu membawanya menghadapi masalah
kehidupan, meski banyak hal yang terjadi.
Semiotik
pada puisi Menyesal karya Ali Hasimj ini telah terlihat di awal puisi hingga
akhir dapat dilihat seperti berikut.
Pagiku hilang
sudah melayang,
Hari
mudaku sudah pergi,
Sekarang petang datang membayang,
Batang
usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta
lengah di masa muda
Kini
hidup meracun hati
Miskin
ilmu, miskin harta
Akh, apa
guna ku sesalkan
Menyesal
tua tiada berguna
Hanya
menambah luka sukma
Kepada
yang muda ku harapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju ke
arah padang bakti !
Terdapat
beberapa semiotik pada puisi Menyesal karya Ali Hasimj di atas seperti pagiku dan
melayang yang menyimbolkan masanya yang telah hilang. Di tempat lai terdapat
petang datang membayang yang dapat diartikan usianya yang sudah tidak muda
lagi. Selain itu ada juga simbol-simbol lain dalam puisi Menyesal karya Ali
Hasimj seperti berikut lalai di hari pagi, meracun hati, atur barisan di pagi
hari, padang bakti !
d. Analisis Struktural dan Semiotik dalam Puisi Sajak Matahari karya W.S. Rendra
SAJAK MATAHARI
Oleh: W.S. Rendra
Oleh: W.S. Rendra
Matahari bangkit dari sanubariku.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin !
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
wahai kamu, wanita miskin !
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
Matahari adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia !
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia !
Yogya, 5 Maret 1976
Potret Pembangunan dalam Puisi
Potret Pembangunan dalam Puisi
Strukur
puisi Sajak
Matahari karya W.S. Rendra, pada bait pertama menceritakan
keluarnya sang surya dari upuknya yang menandakan awal dari segala aktivitas di
muka bumi ini. Bait kedua berisi perjuangan seorang petani yang telah bekerja
sejak pagi untuk mendapatkan beras untuk ia dan keluarganya makan. Bait ketiga
menggambarkan hingga siang datang mereka juga tetap bekerja walau kepala dan
kulit mereka membara terbakar matahari. Bait keempat memberi pesan bahwa
matahari adalah pemberian sang Kuasa yang di anggap berkah karena dari matahari
lah semua ini dapat terjadi.
Semiotik yang
terdapat dalam puisi Sajak Matahari karya W.S. Rendra memiliki berbagai simbol
seperti kutipan-kutipan puisi berikut.
…Matahari
keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala…
menjadi pelangi di cakrawala…
Kemudian pada
bait ketiga puisi tersebut.
…Satu
juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia…
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia…
Dari beberapa
penggalan bait puisi tersebut diatas, dimana seorang penyair menginginkan bahwa
apa yang ia rasakan, juga dirasakan oleh pembaca mengenai semangatnya yang
membara, bersahaja, yang tak kenal lelah hingga dunia tergentar dan terbakar
karena semangat itu.
Pada puisi ini penyair memberikan pemahaman kepada
pembaca bahwa seseorang harus memiliki keinginan dan kemauan yang besar untuk
menggapai sesuatu, hingga menjadi bara yaitu mengindikasikan semangat yang
membara tidak kenal putus asa.
e. Analisis Struktural dan Semiotik dalam Puisi Diponegoro karya Chairil Anwar
Diponegoro
Dimasa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Didepan
sekali tuan menanti
Tak
gentar. Lawan banyaknya
Seratus
kali
Pedang
dikanan, keris dikiri
Berselempang
semangat
Tak
bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah
diatas menghampa
Binasa
diatas ditindas
Sesungguhnya
jalan asal
Baru
tercapai
Jika
hidup harus merasa
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Chairil
Anwar)
Struktur
dalam puisi Diponegoro karya Chairil Anwar
di susun dari bait pertama yang menggambarkan hidupnya kembali semangat di masa
sekarang seperti yang ada pada Pangeran Diponegoro yang juga bersemangat pada
masanya. Bait kedua menceritakan Pangeran Diponegro yang semangat dan tidak takut
dengan siapapun yang menghadang, ia tetap berada paling depan dengan membawa
senjata keris dan pedang. Bait ketiga memberi pesan bahwa apabila jangan takut
dan jangan pesimis karena ketika sudah maju jangan berpikir untuk mundur
kembali. Bait keempat menggambarkan apa yang akan terjadi setelahnya dan jangan
disesali karena itu sudah jalan yang diberikan. Bait keempat menegaskan dan
memberi pesan untuk maju terus sampai kedepan jangan taku dengan apa yang
menghadang, terjang halang melintang yang menghalang untuk satu tujuan untuk
maju.
Semiotik yang
terdapat dalam puisi Diponegoro karya
Chairil Anwar memiliki berbagai simbol seperti
kutipan-kutipan puisi berikut.
...Dan bara kagum menjadi api...
...Pedang dikanan, keris
dikiri...
...Menyediakan api..
Api menggambarkan
semangat yang terus terbakar dan terus membara. Sedangkan pedang dan keris
merupakan simbol bahwa untuk maju harus mengerahkan jiwa raga untuk dapat
sampai pada yang di harapkan.
Pengarang menginginkan
pembaca bisa melihat apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan
di atas. Simbol-simbol yang terdapat pada penggalan
bait terakhir yaitu sebagai berikut.
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Pengarang menginginkan pembaca bisa melakukan dan
merasakan apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
2.2 Analisis
Ketidaklangsungan Ekspresi
Ketidaklangsungan pernyataan dalam puisi menurut
Riffaterre dalam Pradopo (1995: 210) disebabkan oleh penggantian arti (displacing),
penyimpangan arti (distorsing) dan penciptaan arti (creating of
meaning).
a. Analisis Ketidaklangsungan Ekspresi dalam Puisi “Sajak Widuri untuk Joki Tobing” karya W.S.
Rendra
SAJAK WIDURI UNTUK JOKI TOBING
Oleh: W.S. Rendra
Oleh: W.S. Rendra
Debu mengepul mengolah
wajah tukang-tukang parkir.
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
Orang-orang miskin menentang kemelaratan.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu,
kerna wajahmu muncul dalam mimpiku.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
karena terlibat aku di dalam napasmu.
Dari bis kota ke bis kota
kamu memburuku.
Kita duduk bersandingan,
menyaksikan hidup yang kumal.
Dan perlahan tersirap darah kita,
melihat sekuntum bunga telah mekar,
dari puingan masa yang putus asa.
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
Orang-orang miskin menentang kemelaratan.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu,
kerna wajahmu muncul dalam mimpiku.
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
karena terlibat aku di dalam napasmu.
Dari bis kota ke bis kota
kamu memburuku.
Kita duduk bersandingan,
menyaksikan hidup yang kumal.
Dan perlahan tersirap darah kita,
melihat sekuntum bunga telah mekar,
dari puingan masa yang putus asa.
Nusantara Film, Jakarta, 9 Mei 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
Potret Pembangunan dalam Puisi
Pada puisi Sajak Widuri untuk Joki Tobing
ini, pemakalah menganalisis dimana terdapat ketidaklangsungan ekspresi.
1) Penggantian Arti
Penggantian arti ini terdapat pada baris 10
dan 11 yaitu sebagai berikut.
Kita duduk bersandingan,
menyaksikan hidup yang kumal.
menyaksikan hidup yang kumal.
Penyair menggunakan kata-kata dengan yang
kurang tepat, untuk memperindah kata-kata agar lebih puitis dan menimbulkan
pergantian arti. Pergantian arti di atas terdapat pada kata bersanding yang dimaksudkan adalah
sama-sama melihat keadaan lingkuan yang kacau dan kumal artinya kehidupan di bumi yang sudah tidak sesuai dengan
hakikatnya dan lebih parah menjadi hancur dan kacau balau.
2) Penyimpangan Arti
Penyimpangan arti ini terlihat pada baris
ketujuh, dan baris kedelapan puisi tersebut, yaitu sebagai berikut.
karena terlibat aku di dalam napasmu.
Dari bis kota ke bis kota
Dari bis kota ke bis kota
Pada baris ini, penyair menggunakan
ambiguitas untuk penyimpangan arti. Dimana menggambarkan keterlibatan aku dalam puisi di atas menggunakan kata
napas untuk arti yang sebenarnya
yaitu kehidupan. Dari bis kota ke bis
kota mendapat penyimpangan arti bahwa arti yang ingin disampaikan adalah
dari perbuatan yang satu ke perbuatan yang lain digambarkan dengan bis yang filosofinya dapat berjalan
kemana-mana sesuai dengan perbuatannya.
3) Penciptaan Arti
Penciptaan arti dalam puisi ini terletak
pada baris kedua yaitu sebagai berikut.
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
Kalbu
purba menimbulkan penciptaan arti baru yaitu rasa di masa lalu yang tidak
kunjung berubah hingga sekarang.
b. Analisis Ketidaklangsungan Ekspresi dalam Puisi Doa
karya Chairil Anwar
DOA
(kepada
pemeluk teguh)
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengutuk
aku tidak bisa berpaling
(Chairil Anwar)
Berdasarkan jenis kata yang digunakan mengandung
banyak makna kias, cerita tidak disampaikan secara langsung, sehingga puisi itu bisa digolongkan
bermotif prismatic.
Ada beberapa ketidaklangungan
ekspresi dalam puisi di atas, yaitu.
1)
Penggantian Arti
Tuhanku
di pintuMu
aku mengutuk
aku tidak
bisa berpaling
Penyair menggunakan kata-kata yang tidak tepat pada
tempatnya untuk menimbulkan kesan pergantian arti seperti kutipan di atas. Aku mengantuk dapat diartikan seseorang
yang sudah tidak sanggup lagi melakukan sesuatu.
2)
Penyimpangan arti
Tuhanku
Dalam termangu
Setelah membaca kata tersebut, pembaca seolah-olah
melihat ada seseorang yang sedang terdiam.
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Rangkaian kata itu mengajak kita melihat seberkas
cahaya kecil walaupun itu hanya sebuah perumpamaan semata.
3)
Penciptaan Arti
aku hilang bentuk
remuk
Pengarang ingin menyampaikan kesan penciptaan arti
baru yang dirasakan oleh pembaca melalui kutipan kata tersebut. Hilang bentuk mendapat arti baru yang
dapat diartikan kehilangan jati diri yang entah kemana hilangnya ia pun tak
tahu.
c. Analisis Ketidaklangsungan Ekspresi dalam Puisi Barangkali karya Amir Hamzah
Barangkali
Karya: Amir Hamzah
engkau
yang lena dalam hatiku
akasa
swarga nipis-nipis
yang
besar terangkum dunia
kecil
terlindung alis
kujunjung
di atas hulu
kupuji
di pucuk lidah
kupangku
di lengan lagu
kudaduhkan
di selendang dendang
bangkit
gunung
buka
mata-mutiara-mu
sentuh
kecapi firdusi
dengan
jarimu menirus halus
biar
siuman dewi-nyanyi
bambuh
asmara lurus lampai
lemah
ramping melidah api
halus
harum mengasap keramat
mari
menari dara asmara
biar
terdengar swara swarna
barangkali
mati di pantai hati
gelombang
kenang membanting diri
Puisi Barangkali karya Amir Hamzah penggunaan
diksinya sangat bagus dan indah. Penyair dengan pandainya menggunakan diksi
yang menimbulkan makna semakin kuat.
1) Penggantian Arti
Penggantian arti ini terdapat pada
beberapa baris berikut.
kupangku
di lengan lagu
Pengarang
menginginkan pembaca bisa merasa apa yang ingin disampaikan pengarang seperti
pada kutipan di atas dengan penggantian arti. Penggantian arti yang dimasud
adalah kupangku artinya dibawa atau diangkat
sesuatu untuk dibawa dalam sebuah lagu yang akan dinyanyikan.
2) Penyimpangan
Arti
Penyimpangan arti ini
terdapat pada beberapa kutipan berikut yaitu sebagai berikut.
kujunjung
di atas hulu
kupuji di pucuk
lidah
Pengarang menginginkan pembaca bisa menampilkan penyimpangan
arti dengan apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di atas.
Maksud arti yang menyimpang itu adalah sebanarnya berbicara dengan menggunakan
mulut. Penyimpangan arti ini dimaksudkan agar lebih puitis.
3)
Penciptaan Arti
Penciptaan arti ini terdapat pada beberapa kutipan
berikut yaitu sebagai berikut.
akasa
swarga nipis-nipis
yang
besar terangkum dunia
Kutipan diatas mungkin sulit diartikan karena terdapat
kata-kata yang jarang dipakai. Sebenarnya kata-kata seperti akasa dan swarga
adalah kata yang biasa namun ditulis dengan tulisan yang berbeda. Penciptaan
arti pada kutipan di atas adalah Kata akasa dan swarga memiliki arti angkasa
dan surga.
d. Analisis Ketidaklangsungan Ekspresi dalam Puisi Prajurit Jaga Malam karya Chairil Anwar
Prajurit
Jaga Malam
Karya
Chairil Anwar
Waktu
jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda
yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya
kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah
mati ini
Aku
suka pada mereka yang berani hidup
Aku
suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam
yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu
jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
1)
Penggantian Arti
Penggantian arti ini terdapat pada beberapa kutipan.
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Pengarang menginginkan pembaca bisa menemukan
pergantian arti apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada kutipan di
atas. Masuk menemu malam memilii penggantian arti yang arti sebenarnya adalah
penjaga malam. Hal ini menyebabkan puitis sebab dari pergatian arti.
2) Penyimpangan
Arti
Penyimpangan arti ini
terdapat pada kutipan berikut.
Pemuda-pemuda
yang lincah yang tua-tua keras, bermata
tajam
Pengarang menginginkan pembaca bisa menemukan
penyimpangan arti seperti apa yang ingin disampaikan pengarang seperti pada
kutipan di atas. Penyimpangan arti ini dapat dilihat seperti tua-tua keras yang artinya orang tua
yang sudah renta tak bisa berbuat banyak berbeda dengan yang muda dapat
melakukan apa saja seperti pada kutipan pemuda-pemuda
yang lincah.
e. Analisis Ketidaklangsungan Ekspresi dalam Puisi Berdiri
Aku karya Amir Hamzah
Berdiri Aku
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengepas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas
Benang raja mencelup ujung
Naik marah menyerang corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak
Dalam rupa maha sempurna
Rindu senda mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Mengecap hidup bertentu tuju.
(Buah Rindu: 51)
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengepas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas
Benang raja mencelup ujung
Naik marah menyerang corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak
Dalam rupa maha sempurna
Rindu senda mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Mengecap hidup bertentu tuju.
(Buah Rindu: 51)
1) Penggantian
Arti
Sajak Berdiri aku ini menimbulkan penggantian
arti, kata-kata yang dipakai menggambarkan sesuatu yang ingin disampaikan.
Seolah-olah kita milihat suasana pantai yang indah.
Camar melayang
manepis buih
Melayah bakau
mengurai puncak
Berjulang datang
ubur terkembang
.....................................................Benang
raja mencelup ujung
............................................Elang
leka sayap tergulung
Dari kutipan tersebut kita disuruh melihat
keindahan pantai pada sore hari yang digambarkan perngarang lewat kata-katanya.
Dengan bermain pergantian arti kita, kita akan mampu mengganti arti yang tepat
dan membayangkan keindahan pantai pada waktu sore yang sunyi sehingga kesedihan
akan semakin terasa mencekam.
2)
Penyimpangan Arti
Puisi ini menampilkan penyimpangan
arti dengan memasukkan kata-kata yang bersebrangan yang terlihat pada bait
kedua.
Angin pulang
menyejuk bumi
Menepuk teluk
mengempas emas
Lari ke gunung
memuncak sunyi
Berayun-ayun di
atas alas
Penyimpangan
arti dalam baris pertama kita akan merasakan kesejukan dengan kata-kata
tersebuit teatapi sayang angin itulah yang menghempaskan harapan dan membawa
lari sehingga yang terasa hanyalah sunyi yang semakin dalam. Baris selanjutnya
semakin menyimpang dari arti dan kodratnya seperti kata menepuk dan berayun-ayun.
2.3 Analisis
Latar Belakang Sosial-Budaya
Menurut Teeuw (1983) untuk
dapat memberikan makna sepenuhnya kepada sebuah sajak, analisis tidak dapat
dilepaskan dari latar belakang kemasyarakatan dan budanyanya. Karya sastra itu
mencerminkan masyarakatnya dan secara tidak terhindarkan dipersiapkan oleh
keadaan masyarakat dan kekuatan-kekuatan pada zamannya (Abrams, 1981). Hal ini
mengingat bahwa sastrawan itu adalah anggota masyarakat, maka ia tidak dapat
lepas darinya. Latar sosial budaya itu terwujud dalam karakter tokoh-tokoh yang
dikemukakan, sistem kemasyarakatan, adat-istiadat, pandangan masyarakat,
kesenian, dan benda-benda kebudayaan yang terungkap dalam karya sastra.
a.
Analisis
Latar Belakang Sosial-Budaya dalam Puisi Penerimaan
karya Chairil Anwar
Penerimaan
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Karya: Chairil Anwar (Maret 1943)
Latar belakang sosial budaya
akan dapat memahami puisi apabila telah tahu atau pernah merasakannya. Latar belankang sosial budaya yang terdapat dalam
puisi Penerimaan karya Chairil Anwar
dapat dilihat pada kutipan berikut.
Kalau
kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Dengan sepenuh hati
...
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Kutipan
puisi di atas membuktikan latar belakang sosial budaya yang terkandung yaitu aku dalam puisi di atas mau menerima kau kembali dengan sepenuh hati karena
telah mengetahui wataknya sebelum hal tersebut. Budaya saling memaafkan harus
terus dilestarikan agar tidak ada perkelahiahan antar umat manusia dan
berdampak pada sosial juga yang akan membaik akibat dari budaya memaafkan
tersebut.
Dalam pandangan sosial-budaya
masyarakat Indonesia, budaya memaafkan terlihat seperti tergambar dalam bait
pertama. Hal itu sudah merupakan adat
kebiasaan umat manusia
yang mengakui keslahannya dan lalu meminta maaf agar tidak bermusuahan. Jadi, yang kelihatannya aneh
buat masyarakat atau bangsa lain sesungguhnya tidak aneh dalam masyarakat Indonesia. Dengan memahami latar belakang sosial-budaya
demikian itu, orang dapat memahami kesungguhan sajak itu bahwa hal yang mungkin di anggap ringan meminta maaf dapat
berdampak banyak dalam kehidupan.
b.
Analisis
Latar Belakang Sosial-Budaya dalam Puisi Dari Catatan
Seorang Demonstran karya Taufik Ismail
DARI CATATAN SEORANG DEMONSTRAN
Taufik Ismail
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1966
Latar belakang sosial budaya
akan dapat memahami puisi apabila telah tahu sejarah puisi . Latar belankang sosial budaya yang terdapat dalam puisi Dari Catatan Seorang Demonstran karya Taufik Ismail dapat dilihat pada kutipan
berikut.
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
...
Tanpa jenderal, tanpa senapan
...
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
...
Kebenaran dicoba dihancurkan
...
Bait
pertama puisi Dari Catatan Seorang
Demonstran di atas menunjukkan latar elakang sosial budaya pada masa Orde
Lama yang kacau balau dengan keanarkisan. Latar belakang sosial budaya yang
tampak adalah kegaduhan semua ingin menang entah siapa yang benar dan siapa
yang salah dengan menggunakan kebenaran dari masing-masing pihak untuk
diujikan. Inilah yang menjadi latar belakang puisi di atas dan diharapka tidak
terjadi pada generasi selanjutnya di masa yang akan datang.
c.
Analisis
Latar Belakang Sosial-Budaya dalam Puisi Senja Di Pelabuhan Kecil karya Chairil Anwar
SENJA DI PELABUHAN KECIL
Buat Sri Ayati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di anatara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai ke empat, sedu penghabisan bisa terdekap.
(Chairil Anwar, 1946)
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di anatara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai ke empat, sedu penghabisan bisa terdekap.
(Chairil Anwar, 1946)
Penyair
membuat puisi ini dipengaruhi oleh kehidupan sosial budaya. Dalam hubungan
dengan sosial, Chairil Anwar
sering membumbui isi puisi dengan bentuk
kritikan lewat realita kehidupan sosial yang sedang terjadi. Unsur budaya
sering juga terlihat dalam larik yang dibuat Chairil Anwar.
Ciri Khas
penyair dari Medan yaitu akan memasukkan kehidupan sosial budayanya ke dalam
bentuk karyanya puisi. Perhatihan kutipan puisi berikut.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Kutipan puisi
di atas mempunyai arti seorang yang sunyuri jalan walau ia sedang tidak tahu
mau kemana. Puisi di atas, diwarnai kebudayaan merantau yang mejadi budaya orang
Batak. Penyair berasal dari Medan ini mewarnai puisi-puisinya dengan kehidupan
sosial budaya masyarakat Batak sebab penyair itu sendiri lahir di sekitar itu.
d. Analisis Latar Belakang Sosial-Budaya dalam Puisi Surat Cinta karya W.S. Rendra
Surat Cinta
Karya W.S. Rendra
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan.
Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta.
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu :
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain ……
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa.
Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit :
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku.
Engkau adalah putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku !
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !
Penyair
membuat puisi ini dipengaruhi oleh kehidupan sosial budaya. Dalam hubungan
dengan sosial, Willibrordus Surendra Renda
sering membumbui isi puisi dengan bentuk
kritikan lewat realita kehidupan sosial yang sedang terjadi. Unsur budaya
sering juga terlihat dalam larik yang dibuat W.S. Rendra.
Perhatikan
kutipan berikut.
Wahai, Dik Narti
Dengan bunga-bunga dan keris keramat
Kuingin membimbing kau ke altar
Untuk dikawinkan
Dengan bunga-bunga dan keris keramat
Kuingin membimbing kau ke altar
Untuk dikawinkan
Dik dalam
kutipan puisi di atas tidak lepas dari kehidupan sosial budaya Jawa. Orang Jawa
memakai panggilan dik
untuk orang yang di bawah usianya. Keris keramat juga merupakan gambaran
budaya Jawa karena keris merupakan senjata keramat asal Jawa.
e.
Analisis Latar
Belakang Sosial-Budaya dalam Puisi Jatuh Cinta Padamu karya Kahlil Gibran
JATUH CINTA PADAMU
Karya Kahlil Gibran
Mempesonanya kamu
Menyungging senyummu
Menghiasi raut wajahmu
Mendiamkan detak jantungku
Mataku jadi pencuri senyummu
Yang menghantam jantungku
Bingung tak menentu
Dengan kehadiranmu
Mungkinkah menerimaku
Kutakut kehilanganmu
Bila kau tahu perasaanku
Yang jatuh cinta padamu
Latar belakang sosail budaya dari
pengarang Kahlil Gibran bukan dari Indonesia melainkan berasal dari Lebanon
dan kemudian besar di Amerika. Kahlil Gibran menggunakan bahasa yang langsung
pada sumber masalah dan tidak bertele-tele sesuai dengan latar belakang sosial
budayanya.
Perhatikan kutipan
berikut.
Mempesonanya
kamu
Menyungging senyummu
...
Menyungging senyummu
...
Kutipan di atas membuktikan pengaruh
dari latar belakang sosial budaya pengarang. Pengarang yang berasal dari luar
Indonesia sangat berbeda kulturnya dengan menyampaikan sesuatu tanpa harus
bertele-tele seperti kebanyakkan orang Indonesia. Pengarang tidak sungkan
mengatakan perasaannya tanpa takut atau malu. Jadi pengaruh latar belakang
sosial budaya pengarang mempengaruhi karyanya juga.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Struktural adalah berhubungan dengan cara sesuatu disusun atau
dibangun, susunan, bangunan atau
pengaturan pola dalam bahasa secara sintagmatis sedangkan semiotik
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam
kehidupan manusia.
Ketidaklangsungan pernyataan dalam puisi menurut
Riffaterre dalam Pradopo (1995: 210) disebabkan oleh penggantian arti (displacing),
penyimpangan arti (distorsing) dan penciptaan arti (creating of
meaning).
Menurut Teeuw (1983) untuk
dapat memberikan makna sepenuhnya kepada sebuah sajak, analisis tidak dapat
dilepaskan dari latar belakang kemasyarakatan dan budanyanya. Karya sastra itu
mencerminkan masyarakatnya dan secara tidak terhindarkan dipersiapkan oleh
keadaan masyarakat dan kekuatan-kekuatan pada zamannya (Abrams, 1981). Hal ini
mengingat bahwa sastrawan itu adalah anggota masyarakat, maka ia tidak dapat
lepas darinya. Latar sosial budaya itu terwujud dalam karakter tokoh-tokoh yang
dikemukakan, sistem kemasyarakatan, adat-istiadat, pandangan masyarakat,
kesenian, dan benda-benda kebudayaan yang terungkap dalam karya sastra.
4.2 Saran
Semoga apa yang pemakalah samapaikan ini, dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kemudian dapat dijadikan contoh maupun referensi untuk pemakalah selanjutnya.
Daftar
Pustaka
Pradopo, Rachmat Djoko.
2014. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar