Translate

Minggu, 12 Juli 2015

Analisis Wacana Percakapan



TUGAS
ANALSIS WACANA





Nama: Ahmat Nafarin
NIM: AAB 112035






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA


Wacana Percakapan
Ayah   : ibu, bu!
Ibu       : iya, ada apa ayah?
Ayah   : itu si Tuti
Ibu       :  kenapa dengan Tuti ayah?
Ayah   : tuti tadi gigit Wanto
Ibu       : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah   : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu       : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah   : apa yang Tuti makan bu?
Ibu       : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya
Ayah   : dasar bebek!  Tidak pernah merasa kenyang.

Keenan dan Schieffelin (1983:79-80) mengidentifikasi tugas-tugas peserta percakapan. Tugas pendengar setidak-tidaknya seperti berikut ini.
a.  Memperhatikan ujaran pembicara
Wacana percakapan di atas terlihat pendengar (Ibu) memperhatikan ujaran pembicara (Ayah) seperti contoh.
Ayah   : ibu, bu!
Ibu       : iya, ada apa ayah?
Ayah   : itu si Tuti
Ibu       :  kenapa dengan Tuti ayah?

b. Memahami ujaran pembicara
Pendengar mehami ujaran percakapan dengan bukti pendengar (Ibu) menjawab pertanyaan yang sesuai dengan yang ditanyakan pembicara (Ayah) seperti contoh berikut.
Ayah   : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu       : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah   : apa yang Tuti makan bu?
Ibu       : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya

c.  Mengidentifikasi objek, individu, ide, peristiwa,dan lain-lain yang mempunyai peranan dalam penentuan topik
Pendengar mengidentifikasi objek yang disampaikan seperti contoh berikut.
Ibu       :  kenapa dengan Tuti ayah?
Ayah   : tuti tadi gigit Wanto
Ibu       : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah   : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu       : tadi baru satu jam yang lalu ayah

d. Mengidentifikasi hubungan semantik antara referensi dan topik
Terdapat hubungan semantik antara refernsi dan topik dalama wacana percakapan di atas seperti contoh berikut.
Ayah   : tuti tadi gigit Wanto
Ibu       : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah   : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu       : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah   : apa yang Tuti makan bu?
Ibu       : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya
Ayah   : dasar bebek!  Tidak pernah merasa kenyang.

Tugas pembicara adalah sebagai berikut.
a.  Mengucapkan ujaran dengan jelas
Pembicara mengucapkan ujaran dengan jelas agar pendengar dapat menangkap apa yang sedang dibicarakan terlihat seperti contoh berikut.
Ayah   : ibu, bu!
Ibu       : iya, ada apa ayah?
Ayah   : itu si Tuti

b. Menyelamatkan perhatian pendengar
Pembicara menyelamatkan perhatian pendengar dengan fokus dengan percakapannya seperti contoh berikut.
Ayah   : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu       : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah   : apa yang Tuti makan bu?
Ibu       : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya

c.  Menyediakan informasi yang memadai bagi pendengar untuk mengidentifikasi objek dan hal-hal lain sebagai bagian dari topik
Pendengar menyediakan informasi yang memadai dengan menjawab pertanyaan dari pembicara seperti contoh berikut.
Ibu       : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah   : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu       : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah   : apa yang Tuti makan bu?
Ibu       : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya
Ayah   : dasar bebek!  Tidak pernah merasa kenyang.

d. Menyediakan informasi yang memadai bagi pendengar untuk merekonstruksi hubungan semantis antara referensi dalam topik
Pembicara menyediakan informasi yang memadai bagi pendengar untuk merekonstruksi hubungan semantis antara refernsi dalam topik dengan dialog-dialog yang memberitahukan hal yang tidak diketahui pendengar seperti contoh berikut.
Ayah   : tuti tadi gigit Wanto
Ibu       : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah   : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu       : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah   : apa yang Tuti makan bu?
Ibu       : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya
Ayah   : dasar bebek!  Tidak pernah merasa kenyang.

Empat prinsip kerjasama.
a.  Prinsip Kuantitas
Prinsip kuantitas, artinya hanya mengatakan sesuai dengan yang diperlukan.
Dalam hal ini pembicara (Ayah) hanya mengatakan yang seperlunya saja seperti contoh berikut.
Ayah   : ibu, bu!
Ibu       : iya, ada apa ayah?
Ayah   : itu si Tuti
Ibu       :  kenapa dengan Tuti ayah?
Ayah   : tuti tadi gigit Wanto

b. Prinsip Kualitas
Prinsip kualitas, artinya mengatakan yang benar dan betul saja. Percakapan di atas terlihat membicarakan topik yang benar seperti contoh berikut.
Ayah   : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu       : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah   : apa yang Tuti makan bu?
Ibu       : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya

c.  Prinsip Relasi
Prinsip relasi, artinya hanya mengatakan sesuatu yang sesuai dan berhubungan dengan yang dibicarakan. Pembicaraan perjalan lancar sesuai dengan topik dan berhubungan seperti contoh berikut.
Ibu       : iya, ada apa ayah?
Ayah   : itu si Tuti
Ibu       :  kenapa dengan Tuti ayah?
Ayah   : tuti tadi gigit Wanto
Ibu       : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah   : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu       : tadi baru satu jam yang lalu ayah

d. Prinsip Cara
Prinsip cara, artinya mengatakan dengan cara jelas, sederhana, ringkas, runtut, dan tak mendua arti seperti percakapan di atas yang hanya fokus dengan satu arti dan tujuan serta runtut yang dapat dibuktikan sebagai berikut.
Ayah   : ibu, bu!
Ibu       : iya, ada apa ayah?
Ayah   : itu si Tuti
Ibu       :  kenapa dengan Tuti ayah?
Ayah   : tuti tadi gigit Wanto
Ibu       : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah   : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu       : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah   : apa yang Tuti makan bu?
Ibu       : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya
Ayah   : dasar bebek!  Tidak pernah merasa kenyang.

e.  Pasangan Ujaran Terdekat
Pola peralihan tutur yang menggunakan pasangan ujaran terdekat banyak digunakan oleh para peserta percakapan. Pasangan ujaran terdekat itu terjadi apabila ujaran seseorang dapat membuat atau memunculkan suatu ujaran lain sebagai tanggapan.
Ayah   : ibu, bu!                                                                         (panggil)
Ibu      : iya, ada apa ayah?                                                        (jawab)
Ayah   : itu si Tuti                                                                      (menuduh)
Ibu      :  kenapa dengan Tuti ayah?                                           (tanya)
Ayah   : tuti tadi gigit Wanto                                                     (jawab)
Ibu      : mungkin Tuti lapar ayah!?                                            (membenarkan)
Ayah   : memangnya kepan Tuti makan bu?                              (tanya)
Ibu      : tadi baru satu jam yang lalu ayah                                 (jawab)
Ayah   : apa yang Tuti makan bu?                                              (tanya)
Ibu      : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya                     (jawab)
Ayah   : dasar bebek!  Tidak pernah merasa kenyang.               (penolakan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar