TUGAS
ANALSIS WACANA
Nama: Ahmat Nafarin
NIM: AAB 112035
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PALANGKARAYA
Wacana
Percakapan
Ayah : ibu, bu!
Ibu : iya, ada apa ayah?
Ayah : itu si Tuti
Ibu :
kenapa dengan Tuti ayah?
Ayah : tuti tadi gigit Wanto
Ibu : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah : apa yang Tuti makan bu?
Ibu : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya
Ayah : dasar bebek! Tidak pernah merasa kenyang.
Keenan dan Schieffelin
(1983:79-80) mengidentifikasi tugas-tugas peserta percakapan. Tugas pendengar setidak-tidaknya
seperti berikut ini.
a. Memperhatikan ujaran pembicara
Wacana percakapan di atas
terlihat pendengar (Ibu) memperhatikan ujaran pembicara (Ayah) seperti contoh.
Ayah : ibu, bu!
Ibu : iya, ada apa ayah?
Ayah : itu si Tuti
Ibu :
kenapa dengan Tuti ayah?
b. Memahami ujaran pembicara
Pendengar mehami ujaran
percakapan dengan bukti pendengar (Ibu) menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
yang ditanyakan pembicara (Ayah) seperti contoh berikut.
Ayah : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah : apa yang Tuti makan bu?
Ibu : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya
c. Mengidentifikasi objek, individu,
ide, peristiwa,dan lain-lain yang mempunyai peranan dalam penentuan topik
Pendengar
mengidentifikasi objek yang disampaikan seperti contoh berikut.
Ibu :
kenapa dengan Tuti ayah?
Ayah : tuti tadi gigit Wanto
Ibu : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu : tadi baru satu jam yang lalu ayah
d. Mengidentifikasi hubungan semantik
antara referensi dan topik
Terdapat hubungan
semantik antara refernsi dan topik dalama wacana percakapan di atas seperti
contoh berikut.
Ayah : tuti tadi gigit Wanto
Ibu : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah : apa yang Tuti makan bu?
Ibu : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya
Ayah : dasar bebek! Tidak pernah merasa kenyang.
Tugas pembicara adalah sebagai berikut.
a. Mengucapkan ujaran dengan jelas
Pembicara mengucapkan
ujaran dengan jelas agar pendengar dapat menangkap apa yang sedang dibicarakan
terlihat seperti contoh berikut.
Ayah : ibu, bu!
Ibu : iya, ada apa ayah?
Ayah : itu si Tuti
b. Menyelamatkan perhatian pendengar
Pembicara menyelamatkan
perhatian pendengar dengan fokus dengan percakapannya seperti contoh berikut.
Ayah : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah : apa yang Tuti makan bu?
Ibu : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya
c. Menyediakan informasi yang memadai
bagi pendengar untuk mengidentifikasi objek dan hal-hal lain sebagai bagian
dari topik
Pendengar menyediakan informasi
yang memadai dengan menjawab pertanyaan dari pembicara seperti contoh berikut.
Ibu : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah : apa yang Tuti makan bu?
Ibu : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya
Ayah : dasar bebek! Tidak pernah merasa kenyang.
d. Menyediakan informasi yang memadai
bagi pendengar untuk merekonstruksi hubungan semantis antara referensi dalam topik
Pembicara menyediakan
informasi yang memadai bagi pendengar untuk merekonstruksi hubungan semantis
antara refernsi dalam topik dengan dialog-dialog yang memberitahukan hal yang
tidak diketahui pendengar seperti contoh berikut.
Ayah : tuti tadi gigit Wanto
Ibu : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah : apa yang Tuti makan bu?
Ibu : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya
Ayah : dasar bebek! Tidak pernah merasa kenyang.
Empat
prinsip kerjasama.
a. Prinsip Kuantitas
Prinsip kuantitas,
artinya hanya mengatakan sesuai dengan yang diperlukan.
Dalam hal ini pembicara (Ayah) hanya mengatakan yang
seperlunya saja seperti contoh berikut.
Ayah : ibu, bu!
Ibu : iya, ada apa ayah?
Ayah : itu si Tuti
Ibu :
kenapa dengan Tuti ayah?
Ayah : tuti tadi gigit Wanto
b. Prinsip Kualitas
Prinsip kualitas, artinya
mengatakan yang benar dan betul saja. Percakapan di atas terlihat membicarakan
topik yang benar seperti contoh berikut.
Ayah : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah : apa yang Tuti makan bu?
Ibu : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya
c. Prinsip Relasi
Prinsip relasi, artinya
hanya mengatakan sesuatu yang sesuai dan berhubungan dengan yang dibicarakan.
Pembicaraan perjalan lancar sesuai dengan topik dan berhubungan seperti contoh
berikut.
Ibu : iya, ada apa ayah?
Ayah : itu si Tuti
Ibu :
kenapa dengan Tuti ayah?
Ayah : tuti tadi gigit Wanto
Ibu : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu : tadi baru satu jam yang lalu ayah
d. Prinsip Cara
Prinsip cara, artinya
mengatakan dengan cara jelas, sederhana, ringkas, runtut, dan tak mendua arti
seperti percakapan di atas yang hanya fokus dengan satu arti dan tujuan serta
runtut yang dapat dibuktikan sebagai berikut.
Ayah : ibu, bu!
Ibu : iya, ada apa ayah?
Ayah : itu si Tuti
Ibu :
kenapa dengan Tuti ayah?
Ayah : tuti tadi gigit Wanto
Ibu : mungkin Tuti lapar ayah!?
Ayah : memangnya kepan Tuti makan bu?
Ibu : tadi baru satu jam yang lalu ayah
Ayah : apa yang Tuti makan bu?
Ibu : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya
Ayah : dasar bebek! Tidak pernah merasa kenyang.
e. Pasangan Ujaran Terdekat
Pola peralihan tutur yang
menggunakan pasangan ujaran terdekat banyak digunakan oleh para peserta
percakapan. Pasangan ujaran terdekat itu terjadi apabila ujaran seseorang dapat
membuat atau memunculkan suatu ujaran lain sebagai tanggapan.
Ayah : ibu, bu! (panggil)
Ibu : iya, ada apa ayah? (jawab)
Ayah : itu si Tuti (menuduh)
Ibu :
kenapa dengan Tuti ayah? (tanya)
Ayah : tuti tadi gigit Wanto (jawab)
Ibu : mungkin Tuti lapar ayah!? (membenarkan)
Ayah : memangnya kepan Tuti makan bu? (tanya)
Ibu : tadi baru satu jam yang lalu ayah (jawab)
Ayah : apa yang Tuti makan bu? (tanya)
Ibu : dedak ayah, hampir satu kilo banyaknya (jawab)
Ayah : dasar bebek! Tidak pernah merasa kenyang. (penolakan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar