Translate

Kamis, 19 Juli 2018

Karya Tulis: Passion Guru Selain Mengajar


Manusia sebagai makhuk sosial pasti memiliki passion mereka sendiri. Tidak perlu merubah menjadi atau terus-menerus berada di bawah bayang-bayang orang lain. Seseorang memiliki sebuah teater sendiri yang dipentaskan di khalayak ramai. Teater tersebut yang memang disediakan dan disiapkan khusus untuk dirinya tampil. Akan tetapi, tanpa mengetahui apa passion seseorang, maka hal tersebut justru sulit dicapai. Seseorang tidak tahu di mana teater ekspresinya, tidak tahu hal apa yang harus kita kembangkan, tidak tahu apa yang menjadi pementasan hidupnya. Dengan menemukan passion membantu seseorang menemukan di mana passion-nya yang akhirnya mampu meningkatkan produktivitas dan kebahagiaan hidup seseorang tersebut menjadi berubah dan sukses.

Banyak orang ternyata tidak tahu passion-nya apa dalam hidup ini. Seseorang yang hidup tanpa pemahaman passion, seringkali merasa hidup menjadi gersang. Orang mudah stress dan terkepung kebosanan serta tenggelam dalam rutinitas aktivitas sehari-hari. Pekerjaan yang dilakukan sepertinya monoton dan tidak mengasyikkan. Berbeda dengan orang yang bekerja berdasarkan passion-nya. Tugas yang berat sekalipun akan tetap mampu membuat dirinya senang karena memang kita mencintai pekerjaan itu.

Pengertian dari passion itu sendiri adalah sesuatu yang tidak pernah bosan untuk melakukannya  dimana seseorang akan mengorbankan segala hal untuk mencapainya tanpa memikirkan apakah itu untung atau rugi. Passion bisa jadi merupakan sebuah proses pencapaian. Passion tidak mengenal kata lelah maupun menyerah. Dampak passion ini lah yang membuat seseorang menjadi berubah menjadi lebih baik dan sukses dalam menangani sesuatu.

Cara paling mudah untuk menemukan passion adalah berani jujur dalam mengenali diri sendiri. Sering kali orang menganggap sesuatu menjadi passion seseorang atau tidak hanya dari opini orang lain. Misal, seseorang sangat suka sekali dengan desain grafis, namun karena menurut opini orang lain profesi desainer adalah profesi yang kurang ngetop dibanding polisi, guru, dokter, maupun pejabat. Maka seseorang tersebut mencoba menutupi passion-nya sendiri menuruti opini orang lain.

Seseorang bisa menemukan passion-nya sendiri akan lebih bersemangat dan menjalani sesuatu tanpa beban. Hal yang dikerjakan dengan rasa senang akan menghasilkan sebuah karya yang luar biasa. Sehubungan dengan pekerjaan, seseorang yang mempunyai passion yang berbeda dengan bidang pekerjaannya akan pasti tidak menyenangkan dan menikmati. Menyatukan passion dengan pekerjaan mungkin merupakan alternatif agar pekerjaan yang kita geluti bisa menyenangkan tanpa ada beban yang berat.

Guru adalah seseorang tugasnya mengajarkan ilmu. Seorang guru berbeda dengan guru lain dalam mengajarkan ilmu kepada muridnya. Orang yang berkerja sebagai guru belum tentu memiliki passion seorang guru. Agar seorang guru menyenangi pekerjaannya yaitu dengan cara mengajar dengan passion.

Penulis dalam hal ini merupakan seorang guru di SD Swasta Sumbermas Sarana Selangkun. SD Swasta Sumbermas Sarana Selangkun merupakan sekolah yang berada di bawah lindungan Yayasan Abdul Rasyid AS. Sekolah ini adalah sekolah yang tergolong baru di Yayasan Abdul Rasyid AS.

Passion dari penulis adalah desain grafis dimana sangat bertolak belakang dengan pekerjaanya sebagai seoarang guru. Passion ini lah yang kemudian disatukan penulis dalam mengajar. Keuntungan dengan hal ini adalah diri guru tersebut karena dapat merubah gaya mengajar yang monoton menjadi lebih berwarna dan sukses menyampaikan materi kepada siswa-siswi.

Imbas dari kesuksesan dalam menyampaikan materi inilah yang kemudian menjadikan siswa cepat mengerti dan tidak salah dalam penafsiran ilmu. Sementara itu keluarga dan yayasan akan menantikan pundi-pundi prestasi dari siswa-siswi baik secara langsung maupun di kemudian hari.

Perubahan cara mengajar yang efektif menggunakan passion ini harus segera diterapkan dan dikembangkan. Mengajar dengan passion akan sukses membuat siswa menjadi cepat dalam menafsirkan ilmu yang diberikan. Cara inilah yang akan membuat seorang guru menyenangi dan menikmati pekerjaannya sebagai tenaga pengajar. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa guru akan sukses dalam bekerja dan siswa akan sukses dalam prestasi.

Sebab itu lah, passion harus di tempatkan dalam mengajar karena memiliki dampak yang sangat positif bagi para pelaku pendidikan. Mengajar menggunakan passion dapat dilakukan dimana saja seperti di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Passion mengajar akan membuat guru menjadi dirinya yang memiliki ciri tersendiri dengan guru yang lain.

Perubahan dapat diraih sebab pengajaran yang kurang efektif di terapkan pada siswa-siswi dalam menuntut ilmu. Guru harus pandai mengarahkan siswa-siswinya dengan menggunakan passion-nya. Dengan begitu, kesuksesan untuk menjadi guru yang berhasil atau berprestasi di yayasan akan terwujudkan.

Memiliki passion yang berbeda dengan pekerjaan mungkin merupakan ujian bagi sebagian orang. Akan tetapi merupakan tantangan bagi sebagian orang lainnya. Solusinya adalah dengan mempersatukan kedua hal tersebut.

Penulis yang merupakan seorang guru memiliki passion desain grafis. Menyatukan guru dengan desain grafis mungkin mudah apabila siswa yang diajar adalah siswa sekolah menengah. Tapi, akan sulit apabila siswa yang di ajar adalah siswa sekolah dasar.

Guru sekolah dasar dapat menggunakan passion-nya itu untuk membuat bahan ajar yang di visualisasi seperti membuat  foster, gambar, ilustrasi dan lain sebagainya. Contoh nyata di sekolah adalah siswa-siswi kelas III sekolah dasar pada Semester II BAB 7: Budaya Hidup Sehat, siswa dapat membuat berbagai macam foster tentang kebersihan sekolah. Dengan bantuan passion guru dengan mudah menyampaikan materi dan mempermudah siswa untuk mengerti dan mengingat. Caranya dengan menggambar atau membuat foster tentang kebersihan sekolah.

Desain grafis dapat dibuat menggunakan banyak aplikasi. Aplikasi yang sering digunakan orang dalam membuat desain grafis adalah Adobe Photoshop dan Corel Draw. Membuat bahan ajar menggunakan aplikasi tersebut akan mempermudah guru dalam menerangkan materi yang akan diajarkan ke siswa-siswi.

Umumnya desain grafis berhubungan erat dengan komputer. Akan tetapi, dahulu sebelum diciptakannya komputer orang membuat desain grafis menggunakan media langsung seperti di kanvas, kertas, kayu dan lain sebagainya. Siasat inilah mungkin  bisa diterapkan bagi guru yang mungkin kurang menguasai aplikasi komputer seperti di atas.

Untuk membuat foster sederhana, bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut:

a.       Kertas

b.      Pensil

c.       Spidol hitam atau pulpen hitam

d.      Pewarna (pensil warna, spidol warna, atau krayon)

e.       Penggaris

Langkah-langkah untuk membuat foster sederhana adalah sebagai berikut:

a.       Siapkan bahan-bahan yang telah disebutkan di atas.

b.      Gunakana pensil untuk membuat gambar dasar (kreasikan semaksimal mungkin imajinasi).

c.       Buatkah kata-kata menarik yang berhubungan dengan budaya hidup sehat.

d.      Berilah garis penegas dengan spidol atau pulpen hitam untuk bagian yang kiranya perlu di pertegas seperti tangan, kaki, atau sebagainya.

e.       Ketika selesai tahap selanjutnya adalah mewarnai sesuai kreasi.

f.       Jika perlu dapat ditambah dengan garis tepi sesuai selera dengan menggunakan penggaris.

g.      Hasil yang telah selesai dapat ditempel di kelas.

Desain foster yang berpotensi bukan tidak mungkin untuk menjadi prestasi. Sekarang telah banyak kompetisi-kompetisi membuat foster dari berbagai tingkatan. Kemampuan siswa inilah yang kemudian menjadi identitas sekolah sebagai tempat memproduksi siswa yang berprestasi.

Selain itu, hal yang dapat dilakukan dengan passion desain grafis adalah dengan mendesain berbagai macam kebutuhan sekolah. Penulis dalam hal ini sudah pernah membuat beberapa desain seperti seragam batik, training olahraga, name tag dan lain-lain.

Kali ini, desain dibuat dengan menggunakan dan memanfaatkan media komputer. Perangkat lunak yang digunakan adalah Adobe Photoshop. Dengan perangkat lunak tersebut dapat membuat desain grafis apapun yang dikehendaki. Desain garfis yang dapat di buat dengan Adobe Photoshop ini seperti mendesain spanduk, baleho, banner, kartu pelajar, kartu perpustakaan, kokarde, sketsa, siluet wajah, vector, wpap, karikatur, denah, kalender, dan masih banyak lagi.

Desain yang baik adalah desain yang memiliki arti di baliknya. Desain juga harus dipikirkan dengan matang agar menghasilkan sebuah karya yang baik. Walaupun dianggap sebelah mata, passion desain grafis sangat membutuhkan ide dalam pengerjaannya. Ide inilah yang menjadi modal besar dalam pengerjaan desain grafis. Para desainer pun banyak yang takut kehilangan ide. Akan tetapi ide akan datang kapan saja dan di mana saja.

Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan siswa-siswi selain dapat dengan mudah memahami materi menjaga lingkungan sekolah, serta juga tidak menutup kemungkinan untuk berprestasi. Desain grafis juga dapat digunakan untuk berbagai hal dikehidupan sehari-hari. Hal ini tidak lepas dari passion guru dalam mengajar dan berkreasi. Pekerjaan tidak harus sama dengan passion. Akan tetapi, pekerjaan akan baik apabila dibumbui dengan passion































Minggu, 26 November 2017

1. Cover: Penerapan Model Pair Checks pada Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi Advertensi kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Lama T.A. 2015/2016



PENERAPAN MODEL PAIR CHECKS
PADA KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF PERSUASI ADVERTENSI
KELAS X SEMESTER II SMAN 1 KOTAWARINGIN LAMA
TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016





SKRIPSI












Oleh
Ahmat Nafarin
AAB 112035








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2016


PENERAPAN MODEL PAIR CHECKS
PADA KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF PERSUASI ADVERTENSI
KELAS X SEMESTER II SMAN 1 KOTAWARINGIN LAMA
TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016




SKRIPSI



Diajukan kepada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Palangkaraya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memeroleh Gelar
 Sarjana Pendidikan









Oleh
Ahmat Nafarin
AAB 112035







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2016

Sabtu, 25 November 2017

2. BAB I Pendahuluan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Hakikat bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi, dan kemampuan memperluas wawasan.
Keraf mengatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (2001: 3). Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila amanat atau pesan yang disampaikan penyapa dapat diterima pesapa persis sama dengan apa yang ada dalam pikiran penyapa.
Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan, 1996: 1). Keterampilan mendengarkan dan keterampilan membaca merupakan keterampilan reseptif, sementara untuk keterampilan berbicara dan keterampilan menulis merupakan keterampilan yang produktif.
Menulis dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media. Pesan tersebut berupa simbol atau lambang bahasa. Menurut Tarigan (1996: 22), menulis dikatakan sebagai suatu representasi bagian dari kesatuan ekspresi bahasa.
Sebagai salah satu dari keterampilan berbahasa, menulis juga merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya mengajak, menginformasikan, meyakinkan, dan menghibur pembaca. Dengan demikian, menulis berarti menyusun kata menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf, menyusun paragraf menjadi tulisan kompleks yang mengacu pada pokok persoalan.
Keterampilan menulis  merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Melalui menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dengan menulis siswa dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas dalam menulis.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dari aspek menulis adalah agar siswa mampu menuangkan pengalaman dan gagasan, mampu mengungkapkan informasi secara tertulis dengan jelas sesuai dengan pokok bahasan (konteks) dan keadaan (situasi). Siswa harus peka terhadap lingkungan dan mampu mengungkapkannya dalam karangan. Tujuan khusus aspek menulis ialah agar siswa memiliki kegemaran menulis untuk meningkatkan pengetahuan dan memanfaatkannnya dalam kegiatan sehari-hari.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas X, salah satu kompetensi dasar menulis yang harus dikuasai siswa adalah menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasi. Siswa dianggap mencapai kompetensi tersebut jika siswa mampu menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasi sesuai dengan kriteria penulisan paragraf persuasi yang baik.
Paragraf persuasi adalah salah satu jenis karangan atau tulisan yang bertujuan untuk memengaruhi pembaca. Oleh karena itu, sebuah tulisan persuasi memerlukan data sebagai penunjang. Data yang digunakan dalam tulisan atau karangan persuasi lebih baik berupa fakta. Dalam tulisan atau karangan persuasi biasanya menggunakan kalimat-kalimat yang sifatnya mengajak atau memengaruhi pembaca agar bersikap atau melakukan sesuatu (Oken, 2009: 1).
Ada berbagai macam paragraf persuasi yang diketahui. Salah satu macam paragraf persuasi adalah persuasi advertensi. Persuasi advertensi adalah paragraf persuasi yang digunakan dalam bidang periklanan. Lewat persuasi advertensi ini diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Oleh karena itu, advertensi diberi predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan publik sebagai konsumen. Iklan beraneka ragam, ada yang sangat pendek, ada pula yang panjang. Persuasi advertensi yang baik adalah persuasi yang mampu dan berhasil merangsang konsumen membeli barang yang ditawarkan. Sebaliknya, persuasi advertensi itu tergolong sebagai persuasi yang kurang baik apabila tidak berhasil merangsang konsumen untuk membeli barang yang diiklankan.

Berdasarkan observasi dan pengamatan guru di kelas, siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotawaringin Lama mengalami kesulitan dalam menulis terutama menggunakan ejaan, pilihan kata, dan penyusunan kalimat yang efektif dengan komposisi menulis paragraf persuasif yang tepat. Kesulitan yang dialami siswa disebabkan beberapa hal, di antaranya (a) keterbatasan pengetahuan siswa tentang ejaan yang disempurnakan, (b) penjelasan guru tidak disertai contoh yang konkret, (c) guru lebih banyak ceramah dan jarang memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih kreatif (bertanya), (d) media/ alat pembelajaran kurang inovatif.
Berkaitan dengan hal tersebut, kegiatan pembelajaran tentang menulis paragraf persuasi memerlukan solusi yang tepat agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Sementara, masalah lain juga dapat mempengaruhi ketidakmampuan siswa memahami materi yaitu guru sebagai tenaga pengajar dalam kegiatan pembelajaran hanya menjelaskan materi dan memberi tugas sebagai evaluasi. Guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut tidak menanamkan rasa ingin tahu, siswa benar-benar mengerti atau tidak mengenai materi yang disampaikan. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat mengatasi persoalan-persoalan yang ada. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah pair checks.
            Model pembelajaran yang dipilih dan dipergunakan dengan baik oleh guru dapat mendorong siswa untuk aktif mengikuti kegiatan belajar yang menyenangkan dan bermakna. Model pembelajaran yang digunakan sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Pengajaran bahasa Indonesia tidak boleh hanya menekankan aspek kognitif yang lebih mementingkan tingkat pengetahuan. Pengajaran harus sampai pada tingkat aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Bertolak dari hal tersebut, siswa dilatih mengembangkan kemampuan pribadinya secara aktif, bukan hanya selalu menerima apa saja yang yang diberikan oleh guru.
Menurut Sanjaya (2007; 49), pembelajaran pair check adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang berpasangan (kelompok sebangku) yang bertujuan untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajarinya. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan, metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Melalui penataan serta penyediaan sumber belajar yang mendukung sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Menurut Suyatno (2009: 72) sintak dari pair check adalah sajian informasi
kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan prosedural, membimbing pelatihan-penerapan, pair check siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi. Adapun kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe pair check adalah, a) meningkatkan kemandirian siswa, b) meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya, c) membentuk kelompok lebih mudah dan lebih cepat, d) melatih kecepatan berpikir siswa.
Bekerja berpasangan merupakan salah satu model pembelajaran yang memungkinkan dapat menarik perhatian siswa. Model pembelajaran ini digunakan dalam pembelajaran agar masing-masing anggota kelompok dalam pasangan  mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya. Salah satu model pembelajaran yang menggunakan media kelompok berpasangan  yaitu model pembelajaran pair checks.
Melalui kegiatan pembelajaran menulis paragraf persuasi advertensi dengan model pembelajaran pair checks ini diharapkan dapat membantu siswa untuk saling memberikan kontribusi terhadap penulisan paragraf persuasi advertensi dan melatih rasa sosial siswa, kerja sama serta ketelitian siswa.
Sehubungan dengan uraian-uraian di atas, penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pair Checks pada Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi Advertensi Kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Lama Tahun Pembelajaran 2015/2016 diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap usaha peningkatan mutu pembelajaran bahasa Indonesia dalam aspek menulis.
Alasan peneliti memilih SMA Negeri 1 Kurun sebagai lokasi atau tempat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.    SMA Negeri 1 Kotawaringin Lama merupakan salah satu sekolah favorit yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat.
2.    SMA Negeri 1 Kotawaringin Lama memiliki sarana dan prasarana belajar yang mendukung seperti perpustakaan, Wi-fi, dan Laboratorium.
3.    SMA Negeri 1 Kotawaringin Lama pada tahun pembelajaran 2014/2015 berhasil meluluskan siswanya sebanyak 95,25 %.
4.    SMA Negeri 1 Kotawaringin Lama memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam hal belajar-mengajar, sehingga siswanya aktif dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar.
5.    SMA Negeri 1 Kotawaringin Lama memiliki banyak prestasi di antaranya yang terakhir di dapat adalah juara I LCC empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara tingkat Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2015, juara umum pramuka tingkat kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2015 dan juara olimpiade matematika tingkat kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2016.

1.2  Identifikasi Masalah
Permasalahan yang sering dihadapi oleh siswa dalam memberikan materi pembelajaran mengenai menulis paragraf persuasi advertensi yaitu siswa kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran apalagi mengenai paragraf persuasi advertensi yang menuntut pemahaman mengenai kaidah kebahasaan yang memadai. Siswa cenderung malas untuk belajar mengenai paragraf persuasi advertensi yang dianggap sangat menyita pemikiran, melelahkan, membosankan, apalagi berkaitan dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang baik dan benar sehingga terlebih dahulu memberikan asumsi dalam benak siswa bahwa menulis paragraf persuasi advertensi adalah pelajaran yang rumit dan membosankan.
Selain permasalahan di atas, yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran menulis paragraf persuasi advertensi adalah siswa merasa bahwa pembelajaran tersebut sebagai proses yang panjang dan membosankan. Oleh karena itu, dengan menerapkan model pembelajaran pair checks ini diharapkan dapat membantu memecahkan masalah terhadap kurangnya minat siswa terhadap kegiatan menulis paragraf persuasi advertensi.
Berdasarkan latar belakang penelitian yang sudah dikemukakan tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
1.    Rendahnya aktivitas siswa kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Lama tahun pembelajaran 2015/2016  dalam kegiatan menulis paragraf persuasi advertensi.
2.    Rendahnya aktivitas guru kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Lama tahun pembelajaran 2015/2016  dalam kegiatan pembelajaran menulis paragraf persuasi advertensi.
3.    Rendahnya hasil belajar siswa kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Lama tahun pembelajaran 2015/2016 dalam kegiatan menulis paragraf persuasi advertensi .
4.    Keterbatasan pengetahuan siswa tentang ejaan yang disempurnakan.
5.    Penjelasan guru tidak disertai contoh yang konkret.
6.    Guru lebih banyak ceramah dan jarang memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih kreatif (bertanya),
7.     Media/ alat pembelajaran kurang inovatif.

1.3  Rumusan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah di atas, penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pair Checks pada Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi Advertensi Kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Lama Tahun Pembelajaran 2015/2016” ini, dirumuskan sebagai berikut.
1.   Bagaimana aktivitas siswa kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Lama dalam kegiatan keterampilan menulis paragraf persuasi advertensi dengan model pembelajaran pair checks?
2.   Bagaimana aktivitas guru kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Lama dalam kegiatan keterampilan menulis paragraf persuasi advertensi dengan model pembelajaran pair checks?
3.   Bagaimana hasil belajar siswa kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Lama dalam kegiatan keterampilan menulis paragraf persuasi advertensi dengan model pembelajaran pair checks?

1.4  Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi agar pembahasan data penelitian tidak mengalami kekaburan atau penyimpangan. Pembatasan masalah penelitian diarahkan pada aktivitas siswa, aktivitas guru, dan hasil belajar siswa dalam keterampilan menulis paragraf persuasi advertensi dengan model pembelajaran  pair checks pada pembelajaran kelas X semester II tahun pembelajaran 2015/2016 SMAN 1 Kotawaringin Lama.

1.5  Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang penerapan model pembelajaran pair checks dalam keterampilan menulis paragraf persuasi advertensi pada kelas X semester II tahun pembelajaran 2015/2016 SMAN 1 Kotawaringin Lama.
Secara khusus penelitian ini dilakukan bertujuan sebagai berikut.
1.   Mendeskripsikan aktivitas siswa kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Lama dalam kegiatan keterampilan menulis paragraf persuasi advertensi dengan model pembelajaran pair checks.
2.   Mendeskripsikan aktivitas guru kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Lama dalam kegiatan pembelajaran keterampilan menulis paragraf persuasi advertensi dengan model pembelajaran pair checks.
3.   Mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Lama dalam kegiatan keterampilan menulis paragraf persuasi advertensi dengan model pembelajaran pair checks.

1.6  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pair Checks pada Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi Advertensi Kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Lama Tahun Pembelajaran 2015/2016 ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, bagi guru dan bagi sekolah. Adapun lebih rinci manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.6.1   Manfaat untuk Siswa
    Manfaat untuk siswa adalah agar siswa memiliki kemampuan menulis paragraf persuasi advertensi dengan model pembelajaran pair checks, serta menambah wawasan siswa tentang bagaimana cara menulis paragraf persuasi advertensi yang baik. Menumbuhkan minat dan motivasi siswa tentang pemahaman mengenai paragraf persuasi advertensi.
1.6.2  Manfaat untuk Guru
Manfaat penelitian ini bagi guru adalah untuk memperoleh wawasan, pengetahuan, dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas serta meningkatkan hasil belajar siswa untuk menguasai pembelajaran menulis paragraf persuasi advertensi dengan model pembelajaran pair checks. Penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan di kelas nantinya.
1.6.3  Manfaat untuk Peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan model pembelajaran pair checks sehingga dapat diaplikasikan di kemudian hari. Manfaat lainnya adalah penelitian ini bisa menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.
1.6.4  Manfaat untuk Sekolah
Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah untuk memperbaiki kekurangan dan menjadi bahan pertimbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah, serta dapat meningkatkan mutu pendidikan khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis paragraf persuasi advertensi.