Translate

Rabu, 07 Mei 2014

Kajian Puisi 3 Analisis puisi Api Suci karya Sultan Takdir Alisyahbana

Api Suci
Karya: Sutan Takdir Alisyahbana
Selama napas masih mengalun,
Selama jantung masih memukul,
Wahai api bakarlah jiwaku,
Biar mengaduh biar mengeluh.
Seperti baja merah membara
Dalam bakaran Nyala Raya,
Biar jiwa habis terlebur,
Dalam kobaran Nyala Raya.

Sesak mendesak rasa di kalbu,
Gelisah liar mata memandang,
Di mana duduk rasa dikejar.
Demikian rahmat tumpahkan selalu,
Nikmat rasa api menghangus,
Nyanyian semata bunyi jeritku.



Puisi adalah ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya yang dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang mengandung makna. Penyair tidak sembarangan dalam membuat karyanya tersebut. Puisi yang dibuat oleh para penyair biasanya terkesan indah. Namun mereka juga membuat puisi dengan gaya bahasa yang susah dipahami. Walaupun susah dipahami tapi ada arti puisi yang tersimpan didalamnya.
Puisi Api Suci bait pertama, ‘aku’ lirik ingin ketika masih ada kesempatan ia akan menyalakan semangatnya untuk memcapai keinginannya. Bait kedua, ketika semangat ‘aku’ lirik telah ada, kemudian lahirlah dorongan untuk mewujudkan harapannya.
Puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana memiliki keindahan diksi. Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Sutan Takdir Alisyahbana sangat kritis dalam memilih kata-kata pada puisi Api Suci, sehingga bunyi yang dihasilkan adalah rangkaian bunyi yang bermakna mendalam. Pembaca puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana harus memahami secara sungguh-sungguh.
Kata-kata dan bangunan kalimat tidak hanya bermakna dalam konteksnya yang langsung, tetapi bermakna pula dalam keseluruhan. Puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana memiliki kalimat yang unik. Kalimat unik yang terdapat dalam puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana adalah /Selama napas masih mengalun/. Larik /Selama napas masih mengalun/ merupakan kalimat unik karena jarang sekali orang menggunakan kalimat tersebut.
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana memiliki beberapa majas atau gaya bahasa. Gaya bahasa dalam puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana adalah hiperbola, metafora, repetisi, dan perbandingan. Majas hiperbola dalam puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana adalah /Biar jiwaku habis terlebur/. Majas metafora dalam puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana adalah /Demikian rahmat tumpahkan selalu/. Majas repetisi dalam puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana adalah /Selama napas masih mengalun/ dengan /Selama jantung masih memukul/. Majas perbandingan dalam puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana adalah /Seperti baja merah membara/.
Selama napas masih mengalun,
Selama jantung masih memukul,
Wahai api bakarlah jiwaku,
Biar mengaduh biar mengeluh.
Seperti baja merah membara
Dalam bakaran Nyala Raya,
Biar jiwa habis terlebur,
Dalam kobaran Nyala Raya.

Sesak mendesak rasa di kalbu,
Gelisah liar mata memandang,
Di mana duduk rasa dikejar.
Demikian rahmat tumpahkan selalu,
Nikmat rasa api menghangus,
Nyanyian semata bunyi jeritku.
Puisi Api Suci di atas memiliki banyak majas atau gaya bahasa dan masih ada lagi larik-larik di atas yang sejenis gaya bahasanya dari yang telah disebutkan sebelumnya.
Bunyi adalah elemen suara paling dasar. Irama yang merupakan pengaturan suara dalam suatu waktu, panjang, pendek dan temponya, memberikan karakter tersendiri. Kombinasi beberapa tinggi nada dan irama akan menghasilkan suara tertentu. Puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana tergolong pada sajak yang berirama metrum, karena pergantian bunyi sajak tetap menurut pola tertentu dan jumlah suku katanya tetap, yaitu sebelas suku kata. Puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana memiliki berbagai macam bunyi vokal. Bunyi vokal dalam puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana terdiri atas 76 vokal /a/, 23 vokal /i/, 16 vokal /u/, 24 vokal /e/, dan memiliki satu vokal /o/ dalam seluruh bunyi puisi.
Api Suci
Karya: Sutan Takdir Alisyahbana
Selama napas masih mengalun,
Selama jantung masih memukul,
Wahai api bakarlah jiwaku,
Biar mengaduh biar mengeluh.
Seperti baja merah membara
Dalam bakaran Nyala Raya,
Biar jiwa habis terlebur,
Dalam kobaran Nyala Raya.

Sesak mendesak rasa di kalbu,
Gelisah liar mata memandang,
Di mana duduk rasa dikejar.
Demikian rahmat tumpahkan selalu,
Nikmat rasa api menghangus,
Nyanyian semata bunyi jeritku.

Tata bahasa merupakan suatu himpunan dari patokan-patokan dalam stuktur bahasa. Stuktur bahasa itu meliputi bidang-bidang tata bunyi, tata bentuk, tata kata, dan tata kalimat serta tata makna. Bahasa meliputi bidang-bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana memiliki penyimpangan tata bahasa yang terjadi pada sajak Api Suci adalah  penyimpangan stuktur sintaksis. Larik /Dimana duduk rasa dikejar/ kurang tepat dan seharusnya adalah duduk dimanapun rasa dikejar dan pada larik/Demikian rahmat tumpahkan selalu/ kurang tepat dan seharusnya adalah demikian rahmat selalu ditumpahkan.
Puisi merupakan lukisan dapat digambarkan melalui kata-kata puisi tersebut. Lukisan itu merupakan cerita atau isi dari puisi. Puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana melukiskan semangat yang tak pernah padam pada diri seseorang yang akan mampu membawanya menghadapi masalah kehidupan, walau apapun yang terjadi.
Puisi pasti memiliki makna keseluruhan yang sangat penting. Makna keseluruhan adalah inti dari puisi terebut. Puisi Api Suci karya Sutan Takdir Alisyahbana memiliki makna keseluruhan yaitu semangat yang dilambangkan oleh /api/ yang berkobar-kobar mengisyaratkan

semangat yang tinggi.

1 komentar: