TERATAI
Dalam kebun di tanah airku,
Tumbuh sekuntum bunga teratai,
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun bersemi Laksmi mengarang,
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gemilang mulia.
Teruslah, o Teratai Bahagia,
Berseri di kebun indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.
Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkaupun turut menjaga Zaman.
(Sanoesi Pane, 1929)
1.
Makna Esensial
Puisi
teratai karya Sanousi Pane menceritakan Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh yang
pantas untuk diteladani. Ia dibandingkan dengan bunga teratai yang tidak
menonjolkan diri namun namanya terkenal diseluruh penjuru dunia. Kekaguman
penyair kepada Ki Hajar Dewantara lebih nyata dengan baris terakhir
"Engkau turut menjaga zaman".
2.
Ungkapan Kunci
/Daun
berseri Laksmi mengarang/ artinya dewi Lakshmi digambarkan sebagai suatu Ibu
jujur, dengan empat lengan, berpakaian bagus dan permata-permata mahal,
menganugerahkan koin-koin dari kemakmuran dan diapit oleh gajah-gajah
menandakan kuasa.
/Akarnya tumbuh di hati dunia/ maksudnya hasil kerja,
usaha, dan jerih payah Ki Hajar telah mendunia, tidak hanya di tanah airnya
saja.
/Tumbuh
sekuntum bunga teratai/ bermakna telah lahir bunga indah sebagai lambang
ketulusan, kejujuran, ketulusan. Teratai yang tumbuh di air yang sangat
berlumpur (kotor, coklat), warna bunganya lebih cemerlang. Bunga teratai
tersebut tetap menawan dan suci tidak kena pengaruh oleh lumpur. Orang
bijaksana akan bekerja apapun sebagai darma di dunia seperti teratai .
3. Tipografi
Bentuk puisi
teratai hanya ditulis biasa dengan rata kiri. Penggunaan huruf kapital pada
huruf awal di setiap larik. Bait pertama dan kedua terdapat empat larik
sedangkan bait ketiga dan bait keempat berjumlah tiga larik.
TERATAI
Dalam kebun di tanah airku,
Tumbuh sekuntum bunga teratai,
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun bersemi Laksmi mengarang,
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gemilang mulia.
Teruslah, o Teratai Bahagia,
Berseri di kebun indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.
Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkaupun turut menjaga Zaman.
(Sanoesi Pane,
1929)
4.
Embanjemen
Pemenggalan
dengan jeda yang berbeda akan menimbulkan makna yang berbeda pula. Pembacaan
puisi harus menggunakan embanjemen yang tepat agar tidak salah makna.
Embanjemen dalam puisi teratai
sebagai berikut.
TERATAI
Dalam kebun // di tanah airku //
Tumbuh // sekuntum bunga
teratai //
Tersembunyi // kembang
indah permai //
Tidak terlihat // orang
yang lalu //
Akarnya // tumbuh // di
hati dunia //
Daun bersemi // laksmi
mengarang //
Biarpun // ia diabaikan
orang //
Seroja kembang // gemilang
mulia //
Teruslah // o // Teratai
Bahagia //
Berseri // di kebun
Indonesia //
Biar sedikit // penjaga
taman //
Biarpun engkau // tidak
dilihat //
Biarpun engkau // tidak
diminat //
Engkaupun
turut // menjaga Zaman //
5.
Kebahasaan
Puisi teratai menggunakan bahasa yang baik
dalam kebahasaan. Pemilihan kata menggunakan kata mudah dipahami.
6. Aspek
Formal
Bait pertama
dan bait kedua memiliki jumlah baris yang sama yaitu berjumlah empat baris.
Bait ketiga dan bait keempat memiliki jumlah baris yang sama yaitu berjumlah
tiga baris.
7. Irama
Pembaca
harus menggunakan intonasi yang tidak terlalu keras dan agak lambat. Intonasi
berkaitan erat dengan suasana puisi. Seorang pembaca harus benar-benar paham
mengenai hal tersebut. Suasana sunyi dan gelisah yang tergambar dalam puisi
tersebut harus dibacakan dengan intonasi yang tidak terlalu keras dan agak
lambat supaya pesan yang diinginkan penulis sampai kepada pembaca.
8. Bunyi
Puisi
teratai karya Sanoesi Pane memiliki berbagai macam bunyi
vokal. Bunyi vokal itu terdiri atas 60 vokal /a/, 36 vokal /i/, 25
vokal /u/, 26 vokal /e/, dan memiliki lima vokal /o/ dalam seluruh bunyi puisi.
9. Rima
Puisi teratai termasuk
kedalam rima berpeluk, yakni
persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dan larik
keempat, larik kedua dengan larik ketiga (ab-ba). Larik ketiga dan keempat memiliki rima bebas.
Dalam kebun di tanah airku,
Tumbuh sekuntum bunga teratai,
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun bersemi Laksmi mengarang,
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gemilang mulia.
Teruslah, o Teratai Bahagia,
Berseri di kebun indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.
Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkaupun turut
menjaga Zaman.
10. Majas
Larik /kebun di tanah airku/ dan /di kebun Indonesia/ mengandung majas sinekdoke karena kata
kebun tersebut menyatakan sebagian untuk keseluruhan yang berarti kata
kebun mewakili seluruh tanah air Indonesia.
Larik /akarnya tumbuh di hati
dunia, daun berseri Laksmi mengarang/ dan /berseri di kebun Indonesia/ mengandung majas personifikasi, karena
pada larik-larik tersebut menggambarkan benda mati seolah-olah sama dengan
manusia, seperti dunia yang mempunyai hati dan bunga teratai yang dapat
berseri.
Secara keseluruhan puisi teratai karya Sanoesi Pane boleh dikatakan
sebagai alegori, karena kisah bunga teratai itu digunakan untuk mengisahkan
tokoh pendidikan.
Larik /Biarpun
engkau tidak dilihat Biarpun engkau tidak diminat/ termasuk kedalam majas repetisi, karena terdapat pengulangan kata yang sama pada larik
pertama dan kedua.
11.
Karakteristik Karya Angkatan Pujangga Baru
Karakteristik
karya Angkatan Pujangga Baru adalah sebagai berikut.
a. Dinamis.
b. Bercorak romantik/idealistis,
masih secorak dengan angkatan sebelumnya, hanya saja kalau romantik angkatan
Siti Nurbaya bersifat fasip, sedangkan angkatan Pujangga Baru aktif romantik.
Hal ini berarti bahwa cita-cita atau ide baru dapat mengalahkan atau menggantikan
apa yang sudah dianggap tidak berlaku lagi.
c. Angkatan Pujangga Baru
menggunakan bahasa Melayu modern dan sudah meninggalkan bahasa klise. Mereka
berusaha membuat ungkapan dan gaya bahasa sendiri. Pilihan kata, Penggabungan
ungkapan serta irama sangat dipentingkan oleh Pujangga Baru sehingga dianggap
terlalu dicari-cari.
12. Biografi
Pengarang
Sanoesi Pane
lahir di Muara Sipongi, Tapanuli Selatan pada tanggal 14 November 1905. Sanoesi Pane mengawali pendidikannya
di Hollands Inlandse School (HIS) di Padang Sidempuan dan Tanjungbalai. Ia
melanjutkan ke Europeesche Lager School (ELS) di Sibolga dan kemudian
melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Padang dan di Jakarta.
Ia tamat dari MULO pada tahun 1922. Dia belajar di Kweekschool Sekolah Pendidikan
Guru Gunung Sahari Jakarta sampai tamat tahun 1925 dan langsung diangkat
menjadi guru di sekolah itu sampai tahun 1931. Pernah pula Ia mengikuti kuliah
di Rechtshogeschool ‘Sekolah Tinggi Kehakiman’ selama satu tahun. Pada tahun
1929 sampai sengan 1930 dia melawat ke India untuk memperdalam kebudayaan Hindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar