Struktur lahir dari sebuah naskah drama merupakan struktur atau susunan
yang dapat dilihat secara langsung pada teks naskah drama. Struktur
lahir tersebut merupakan salah satu ciri pembeda naskah drama dengan
karya sastra jenis lainnya (puisi dan prosa). Meskipun begitu, struktur
lahir naskah drama yang dijelaskan di sini bukanlah sebuah pakem atau
ketentuan yang mutlak, namun hanya sebuah panduan untuk memahami bentuk
dari naskah drama pada umumnya. Selain itu, juga untuk menambah wawasan
bagi penulis pemula mengenai bentuk atau struktur lahir dari naskah
drama.
Adapun bentuk atau struktur lahir dari naskah drama adalah sebagai berikut.
1. Judul
Judul merupakan gambaran lengkap dari permasalahan utama (tematik). Judul juga bisa menjadi sebuah ekpresi yang mewujud dalam metafora. Selain itu, judul juga bisa merupakan pengabadian nama dari tokoh utama ceritanya. Biasanya judul naskah drama dibuat semenarik mungkin sehingga mudah diingat dan menimbulkan rasa ingin.
Beberapa contoh dari judul naskah drama adalah "JPRET" (Putu Wijaya), "Sumur Tanpa Dasar" (Arifin C. Noer), "Sampek & Engtay" (N. Riantiarno), dan lain sebagainya.
2. Anotasi
Anotasi atau catatan atau kramagung adalah keterangan pengadeganan, setting, maupun lakuan dari tokoh dalam naskah drama. Sebaiknya anotasi itu singkat, padat, memandu, dan inspiratif. Hindari pula anotasi yang terlalu bertele-tele atau bersayap karena ini adalah panduan, bukan sebuah narasi seperti dalam cerpen atau novel. Anotasi yang terlalu lengkap juga bisa membatasi imajinasi dan daya kreasi dari kreator pertunjukan.
Contoh cuplikan dari anotasi antara lain sebagai berikut.
a. Anotasi pengadeganan dan setting dari naskah "Monumen" (Indra Tranggono)
...........
Panggung pertunjukan ini berbentuk procenium. Di bagian belakang tengah panggung, berdiri set monumen. Di depan set monumen itu menjuntai layar putih (yang bisa diangkat dan diturunkan sesuai kebutuhan). Di panggung bagian samping kanan dan kiri, terletak level yang posisi keduanya tidak harus simetris.
Di kain putih terpapar slide atau film dokumenter pidato Bung Tomo;
Disusul Slide/ film: adegan kolosal perjuangan rakyat/tentara rakyat. Poster-poster ”merdeka atau mati”
Disusul Slide/film: pembacaan teks pidato Bung Karno
Disusul Slide/film: adegan kolosal rapat raksasa merayakan kemerdekaan
Disusul Slide/film: keriuhan kota metropolitan
Lampu black out
..........
Flo : Apa pendapatmu tentang Vi? Ru : Kulihat sedikit berubah. (Flo bergeser menuju ke tengah tempat duduk, berbisik di telinga Ru. Terkejut) Oh!
(Mereka saling pandang, Flo menempelkan jari di bibirnya) Ru : Dia tidak menyadari?. Flo : Semoga tidak. (Vi masuk Flo dan Ru kembali menghadap depan mulai berlagak. Vi duduk di kanan. Sunyi.) hanya duduk-duduk seperti dulu kita lakukan. Di halaman bermain Miss Wade…
Adapun bentuk atau struktur lahir dari naskah drama adalah sebagai berikut.
1. Judul
Judul merupakan gambaran lengkap dari permasalahan utama (tematik). Judul juga bisa menjadi sebuah ekpresi yang mewujud dalam metafora. Selain itu, judul juga bisa merupakan pengabadian nama dari tokoh utama ceritanya. Biasanya judul naskah drama dibuat semenarik mungkin sehingga mudah diingat dan menimbulkan rasa ingin.
Beberapa contoh dari judul naskah drama adalah "JPRET" (Putu Wijaya), "Sumur Tanpa Dasar" (Arifin C. Noer), "Sampek & Engtay" (N. Riantiarno), dan lain sebagainya.
2. Anotasi
Anotasi atau catatan atau kramagung adalah keterangan pengadeganan, setting, maupun lakuan dari tokoh dalam naskah drama. Sebaiknya anotasi itu singkat, padat, memandu, dan inspiratif. Hindari pula anotasi yang terlalu bertele-tele atau bersayap karena ini adalah panduan, bukan sebuah narasi seperti dalam cerpen atau novel. Anotasi yang terlalu lengkap juga bisa membatasi imajinasi dan daya kreasi dari kreator pertunjukan.
Contoh cuplikan dari anotasi antara lain sebagai berikut.
a. Anotasi pengadeganan dan setting dari naskah "Monumen" (Indra Tranggono)
...........
Panggung pertunjukan ini berbentuk procenium. Di bagian belakang tengah panggung, berdiri set monumen. Di depan set monumen itu menjuntai layar putih (yang bisa diangkat dan diturunkan sesuai kebutuhan). Di panggung bagian samping kanan dan kiri, terletak level yang posisi keduanya tidak harus simetris.
Di kain putih terpapar slide atau film dokumenter pidato Bung Tomo;
Disusul Slide/ film: adegan kolosal perjuangan rakyat/tentara rakyat. Poster-poster ”merdeka atau mati”
Disusul Slide/film: pembacaan teks pidato Bung Karno
Disusul Slide/film: adegan kolosal rapat raksasa merayakan kemerdekaan
Disusul Slide/film: keriuhan kota metropolitan
Lampu black out
..........
b. Anotasi lakuan tokoh dari naskah "Datang dan Pergi" (Samuel Beckett)
Flo : Apa pendapatmu tentang Vi? Ru : Kulihat sedikit berubah. (Flo bergeser menuju ke tengah tempat duduk, berbisik di telinga Ru. Terkejut) Oh!
(Mereka saling pandang, Flo menempelkan jari di bibirnya) Ru : Dia tidak menyadari?. Flo : Semoga tidak. (Vi masuk Flo dan Ru kembali menghadap depan mulai berlagak. Vi duduk di kanan. Sunyi.) hanya duduk-duduk seperti dulu kita lakukan. Di halaman bermain Miss Wade…
(kalimat dalam kurung di antara dialog tersebut merupakan anotasi lakuan tokoh)
3. Dialog
Dialog merupakan kata atau kalimat yang diucapkan oleh tokoh dalam
naskah drama. Dialog sendiri berarti percakapan antara dua orang atau
lebih. Tapi, pada naskah monolog percakapan tersebut dilakukan antara
tokoh dengan dirinya sendiri atau dengan penonton. Dialog dengan dirinya
sendiri tersebut disebut solilokui.
Apakah semua naskah drama harus ada dialognya? Tidak. "Laku Tanpa Kata" (Samuel Beckett) merupakan naskah drama yang hanya terdiri dari anotasi-anotasi saja.
Dialog juga sering disebut dengan line atau wawancang.
4. Pembagian Babak dan Adegan Babak merupakan permasalah besar yang menjadi pembentuk cerita dari naskah drama. Babak sendiri merupakan kumpulan dari adegan-adegan yang menjadi bagian dari sebuah cerita. Sementara adegan adalah peristiwa-peristiwa kecil yang terikat pada babak.
Berikut ini adalah beberapa contoh model pembagian babak.
a. Model 1
Model ini termasuk model lama. Model ini diperkenalkan oleh Wiliam Shakespeare. Dia membagi naskah drama dalam LIMA BABAK atau "Lima Permasalahan".
Babak Pertama. Penjelasan dari narator mengenai latar belakang tokoh-tokoh, waktu dan lokasi peristiwa, dan harapan dari pengarangnya. Babak Kedua. Lakon berkembang, masalah datang. Babak Ketiga. Pro dan kontra terjadi, konflik tercipta. Babak Keempat. Klimaks dari permasalahan dan anti-klimaks menuju jalan keluar. Babak Kelima. Penyelesaian. Lakon ditutup oleh narator, yang biasanya ikut memandu jalannya lakon, memandu penonton untuk memahami, bahkan ikut menafsir isi lakon dan mengomentarinya.
b. Model 2
Model ini juga termasuk model lama. Pembagian babak terbagi menurut setting tempat atau setting waktu.
c. Model 3
Model ini sering disebut sebagai "Adegan Prancis". Para penulis Prancis biasanya membagi babak berdasarkan pemunculan tokoh baru. Model ini juga termasuk model lama.
d. Model 4
Model ini tidak menggunakan babak atau adegan, namun hanya simbol-simbol (angka atau huruf), sebagai tanda pembagi, misal: SATU, DUA, TIGA, dan seterusnya. Atau 1, 2, 3, dan seterusnya. Atau I, II, III, dan seterusnya.
Selain keempat hal tersebut sebaiknya juga ditambahkan sinopsis dan nama-nama peran (dramatic persona) pada bagian awal setelah judul untuk memberikan gambaran secara umum pada pembaca.
Disarikan dari:
"Kitab Teater" karya Nano Riantiarno.
Apakah semua naskah drama harus ada dialognya? Tidak. "Laku Tanpa Kata" (Samuel Beckett) merupakan naskah drama yang hanya terdiri dari anotasi-anotasi saja.
Dialog juga sering disebut dengan line atau wawancang.
4. Pembagian Babak dan Adegan Babak merupakan permasalah besar yang menjadi pembentuk cerita dari naskah drama. Babak sendiri merupakan kumpulan dari adegan-adegan yang menjadi bagian dari sebuah cerita. Sementara adegan adalah peristiwa-peristiwa kecil yang terikat pada babak.
Berikut ini adalah beberapa contoh model pembagian babak.
a. Model 1
Model ini termasuk model lama. Model ini diperkenalkan oleh Wiliam Shakespeare. Dia membagi naskah drama dalam LIMA BABAK atau "Lima Permasalahan".
Babak Pertama. Penjelasan dari narator mengenai latar belakang tokoh-tokoh, waktu dan lokasi peristiwa, dan harapan dari pengarangnya. Babak Kedua. Lakon berkembang, masalah datang. Babak Ketiga. Pro dan kontra terjadi, konflik tercipta. Babak Keempat. Klimaks dari permasalahan dan anti-klimaks menuju jalan keluar. Babak Kelima. Penyelesaian. Lakon ditutup oleh narator, yang biasanya ikut memandu jalannya lakon, memandu penonton untuk memahami, bahkan ikut menafsir isi lakon dan mengomentarinya.
b. Model 2
Model ini juga termasuk model lama. Pembagian babak terbagi menurut setting tempat atau setting waktu.
c. Model 3
Model ini sering disebut sebagai "Adegan Prancis". Para penulis Prancis biasanya membagi babak berdasarkan pemunculan tokoh baru. Model ini juga termasuk model lama.
d. Model 4
Model ini tidak menggunakan babak atau adegan, namun hanya simbol-simbol (angka atau huruf), sebagai tanda pembagi, misal: SATU, DUA, TIGA, dan seterusnya. Atau 1, 2, 3, dan seterusnya. Atau I, II, III, dan seterusnya.
Selain keempat hal tersebut sebaiknya juga ditambahkan sinopsis dan nama-nama peran (dramatic persona) pada bagian awal setelah judul untuk memberikan gambaran secara umum pada pembaca.
Disarikan dari:
"Kitab Teater" karya Nano Riantiarno.