Pendekatan
Ekspresif
Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang mengkaji ekspresi perasaan
atau temperamen penulis (Abrams, 1981:189). Menurut
Semi (1984), pendekatan ekspresif adalah
pendekatan yang menitikberatkan perhatian kepada upaya pengarang atau penyair mengekspresikan
ide-idenya ke dalam karya sastra. Kritik
ekspresif mendefinisikan karya sastra
sebagai ekspresi atau curahan, atau ucapan perasaan, atau sebagai produk
imajinasi penyair
yang beroperasi/bekerja dengan pikiran-pikiran, perasaan; kritik itu cenderung menimbang karya sastra
dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokan vision pribadi penyair atau keadaan
pikiran; dan sering kritik ini mencari dalam karya sastra fakta-fakta tentang watak khusus
dan pengalaman-pengalaman penulis, yang secara sadar ataupun tidak, telah membukakan
dirinya dalam karyanya tersebut (Pradopo, 1997:193).
Pendekatan
kritik ekspresif ini menekankan kepada penyair dalam mengungkapkan atau mencurahkan segala
pikiran, perasaan, dan pengalaman pengarang ketika melakukan proses penciptaan karya
sastra. Pengarang menciptakannya berdasarkan subjektifitasnya saja, bahkan ada yang
beranggapan arbitrer. Padahal, ekspresif yang dimaksud berkenaan dengan daya kontemplasi
pengarang dalam proses kreatifnya, sehingga menghasilkan sebuah karya yang baik dan sarat
makna.
Para kritikus
ekspresif meyakini bahwa sastrawan (pengarang) karya sastra merupakan unsur pokok
yang melahirkan pikiran-pikiran, presepsi-prespsi dan perasaan yang dikombinasikan dalam
karya sastra. Kritikus cendrung menimba karya sastra berdasarkan kemulusan, kesejatian,
kecocokan penglihatan mata batin pengarang/keadaan pikiranya.
Pendekatan Ekspresif dalam Naskah Drama Aduh Ujang Karya Jhoni Habibie
Dalam naskah drama Aduh Ujang karya
Jhoni Habibie terdapat pendekatan ekspresif yaitu pengarang menginginkan
penikmat karya sastra memahami maksud dari pengarang tentang keteguhan hati dan
kesetiaan pada pasangannya. Pengarang menjelaskan seseorang yang tidak silau
akan harta yang melimpah di depan mata. Melalui tokoh Ujang pengarang bermaksud
meneladani watak dari tokoh Ujang yang memiliki watak
sederhana, ramah, lugu, nurut,
dan teguh pendirian. Ujang sangat
menyayangi Euis dari sejak dulu, cinta mereka mengalami ujian dengan datangnya
juragan Broto yang memberikan harta bendnya untuk menikahi anak juragan Broto
yaitu Emi yang sangat mencintai Ujang tetapi Ujang sangat mencintai Euis. Pada
naskah Aduh Ujang pengarang menginginkan pandangan kita pada tokoh ujang yang
sangat mencintai Euis tidak silau harta atau mata duitan. Tidak semua orang
dapat dibayar dengan harta atau uang. Juragan Broto adalah tokoh yang berwatak
menginginkan sesuatu dibayar dengan uang. Pengarang menginginkan kita untuk
tidak membayar orang untuk melakukan sesuatu atau bersifat memaksa dengan uang.
Jadi pendekatan ekspresif yang terdapat dalam naskah Aduh Ujang karya Jhoni
Habibie mengharapkan kita atau penikmat sastra untuk tidak silau akan harta
atau mata duitan.
Kutipan Dialog:
ABAH :
dasar
anak tidak tau diuntung. Kamu kan tau juragan broto itu berjasa besar pada
keluarga kita. Dia yang ngasih abah kerja, dia yang bantu pengobatan emakmu,
dia juga yang biayain sekolah kamu. Kalau bukan karena juragan broto, mungkin
kita sudah terlantar di jalan, harusnya kamu tahu itu!
UJANG :
iya,
Ujang tau itu, Ujang ngerti! Tapi Ujang nggak cinta sama Emi. Ujang hanya cinta
Euis
ABAH :
mikir
atuh Ujang mikir! Apa yang bisa kamu harapkan dari Euis, apa?
UJANG :
Euis
baik abah! Euis tidak sombong, Euis cinta sama Ujang, Ujang juga cinta sama
Euis
ABAH :
makan
tuh cinta, emang kamu bisa hidup dengan cinta? Cinta bisa bikin kamu kenyang? Kamu
teh harus mikir masa depan
UJANG :
sudahlah
abah, abah nggak bisa maksa perasaan Ujang, Ujang tetap cinta sama Euis, lagian
Ujang tau, abah menjodohkan Ujang dengan Emi untuk melunasi hutang-hutang abah,
iya kan?
ABAH :
kurang
ajar kamu! sudah berani sama orang tua ya? (hendak memukul)
Dialog
lain:
BROTO :
Selamat
pagi, Abah!
ABAH :
Eee
juragan, Emi! Mangga atuh!
BROTO :
Sudahlah
Abah, nggak usah basa-basi, Abah kan udah janji sanggup untuk menyakinkan Ujang
supaya menikah dengan Emi, anak saya, mana buktinya? Pokoknya kalau Abah tidak
menepati janji, maka Abah harus membayar utang Abah kepada saya, kalau tidak
rumah dan seluruh kekayaan Abah akan saya sita, bagaimana Abah?
UJANG :
Hei
Pak Broto! Pak Broto nggak bisa seenkanya maksa orang. Pak Broto pikir dengan
harta bisa melakukan apa saja? Pak Broto salah. Bagi Ujang mah lebih baik
miskin daripada kaya tapi nggak punya hati.
EMI :
Hei
Kang Ujang! Kang Ujang teh nggak tahu diri, udah miskin sombong lagi. Kang
ujang harus sadar siapa Akang? Akang pikir hanya Akang laki-laki di dunia ini,
sok kecakepan!
ABAH :
pak
Broto, saya minta maaf. Saya nggak bisa maksa poerasaan Ujang, tapi saya juga
belum mampu untuk membayar hutang-hutang saya. Saya minta pengertian dari
juragan.
BROTO :
Pokoknya
saya tidak mau tahu. Saya kasih waktu satu bulan, bila Abah tidak melunasi hutang
Abah, maka maafkanlah saya.
ABAH :
tapi
saya harus membayar dengan apa juragan?
BROTO :
Itu
urusan Abah, saya nggak mau tahu!
UJANG :
Ternyata
masih ada sekarang ini manusia berhati binatang.
BROTO :
Apa
maksud kamu Ujang berkata seperti itu? Kamu mau bilang kalau saya ini binatang?
UJANG :
Lha
Juragan ini binatang atau tidak ?
BROTO :
Lha
tentu saja tidak!
UJANG :
Ya
sudah kalau gitu!
BORTO :
Baik,
kalau itu mau kalian, terserah, kalian tanggung sendiri akibatnya. Dasar
keluarga tidak tahu diuntung, dikasih hati malah ngrogoh tai! Ayo Emi, kita pergi
dari sini! Selamat siang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar