Translate

Rabu, 20 November 2013

Pendekatan Ekspresif dalam Naskah Aduh Ujang Karya Jhoni Habibie



Pendekatan Ekspresif
            Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang mengkaji ekspresi perasaan atau temperamen penulis (Abrams, 1981:189).  Menurut Semi (1984), pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang menitikberatkan perhatian kepada upaya pengarang atau penyair mengekspresikan ide-idenya ke dalam karya sastra. Kritik ekspresif mendefinisikan karya sastra sebagai ekspresi atau curahan, atau ucapan perasaan, atau sebagai produk imajinasi penyair yang beroperasi/bekerja dengan pikiran-pikiran, perasaan; kritik itu cenderung menimbang karya sastra dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokan vision pribadi penyair atau keadaan pikiran; dan sering kritik ini mencari dalam karya sastra fakta-fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman penulis, yang secara sadar ataupun tidak, telah membukakan dirinya dalam karyanya tersebut (Pradopo, 1997:193).
Pendekatan kritik ekspresif ini menekankan kepada penyair dalam mengungkapkan atau mencurahkan segala pikiran, perasaan, dan pengalaman pengarang ketika melakukan proses penciptaan karya sastra. Pengarang menciptakannya berdasarkan subjektifitasnya saja, bahkan ada yang beranggapan arbitrer. Padahal, ekspresif yang dimaksud berkenaan dengan daya kontemplasi pengarang dalam proses kreatifnya, sehingga menghasilkan sebuah karya yang baik dan sarat makna.
Para kritikus ekspresif meyakini bahwa sastrawan (pengarang) karya sastra merupakan unsur pokok yang melahirkan pikiran-pikiran, presepsi-prespsi dan perasaan yang dikombinasikan dalam karya sastra. Kritikus cendrung menimba karya sastra berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan penglihatan mata batin pengarang/keadaan pikiranya.
Pendekatan Ekspresif dalam Naskah Drama Aduh Ujang Karya Jhoni Habibie
            Dalam naskah drama Aduh Ujang karya Jhoni Habibie terdapat pendekatan ekspresif yaitu pengarang menginginkan penikmat karya sastra memahami maksud dari pengarang tentang keteguhan hati dan kesetiaan pada pasangannya. Pengarang menjelaskan seseorang yang tidak silau akan harta yang melimpah di depan mata. Melalui tokoh Ujang pengarang bermaksud meneladani watak dari tokoh Ujang yang memiliki watak sederhana, ramah, lugu, nurut, dan teguh pendirian. Ujang sangat menyayangi Euis dari sejak dulu, cinta mereka mengalami ujian dengan datangnya juragan Broto yang memberikan harta bendnya untuk menikahi anak juragan Broto yaitu Emi yang sangat mencintai Ujang tetapi Ujang sangat mencintai Euis. Pada naskah Aduh Ujang pengarang menginginkan pandangan kita pada tokoh ujang yang sangat mencintai Euis tidak silau harta atau mata duitan. Tidak semua orang dapat dibayar dengan harta atau uang. Juragan Broto adalah tokoh yang berwatak menginginkan sesuatu dibayar dengan uang. Pengarang menginginkan kita untuk tidak membayar orang untuk melakukan sesuatu atau bersifat memaksa dengan uang. Jadi pendekatan ekspresif yang terdapat dalam naskah Aduh Ujang karya Jhoni Habibie mengharapkan kita atau penikmat sastra untuk tidak silau akan harta atau mata duitan.
            Kutipan Dialog:
ABAH :
dasar anak tidak tau diuntung. Kamu kan tau juragan broto itu berjasa besar pada keluarga kita. Dia yang ngasih abah kerja, dia yang bantu pengobatan emakmu, dia juga yang biayain sekolah kamu. Kalau bukan karena juragan broto, mungkin kita sudah terlantar di jalan, harusnya kamu tahu itu!
UJANG :
iya, Ujang tau itu, Ujang ngerti! Tapi Ujang nggak cinta sama Emi. Ujang hanya cinta Euis
ABAH :
mikir atuh Ujang mikir! Apa yang bisa kamu harapkan dari Euis, apa?
UJANG :
Euis baik abah! Euis tidak sombong, Euis cinta sama Ujang, Ujang juga cinta sama Euis
ABAH :
makan tuh cinta, emang kamu bisa hidup dengan cinta? Cinta bisa bikin kamu kenyang? Kamu teh harus mikir masa depan
UJANG :
sudahlah abah, abah nggak bisa maksa perasaan Ujang, Ujang tetap cinta sama Euis, lagian Ujang tau, abah menjodohkan Ujang dengan Emi untuk melunasi hutang-hutang abah, iya kan?
ABAH :
kurang ajar kamu! sudah berani sama orang tua ya? (hendak memukul)

Dialog lain:
BROTO :
Selamat pagi, Abah!
ABAH :
Eee juragan, Emi! Mangga atuh!
BROTO :
Sudahlah Abah, nggak usah basa-basi, Abah kan udah janji sanggup untuk menyakinkan Ujang supaya menikah dengan Emi, anak saya, mana buktinya? Pokoknya kalau Abah tidak menepati janji, maka Abah harus membayar utang Abah kepada saya, kalau tidak rumah dan seluruh kekayaan Abah akan saya sita, bagaimana Abah?
UJANG :
Hei Pak Broto! Pak Broto nggak bisa seenkanya maksa orang. Pak Broto pikir dengan harta bisa melakukan apa saja? Pak Broto salah. Bagi Ujang mah lebih baik miskin daripada kaya tapi nggak punya hati.
EMI :
Hei Kang Ujang! Kang Ujang teh nggak tahu diri, udah miskin sombong lagi. Kang ujang harus sadar siapa Akang? Akang pikir hanya Akang laki-laki di dunia ini, sok kecakepan!
ABAH :
pak Broto, saya minta maaf. Saya nggak bisa maksa poerasaan Ujang, tapi saya juga belum mampu untuk membayar hutang-hutang saya. Saya minta pengertian dari juragan.
BROTO :
Pokoknya saya tidak mau tahu. Saya kasih waktu satu bulan, bila Abah tidak melunasi hutang Abah, maka maafkanlah saya.
ABAH :
tapi saya harus membayar dengan apa juragan?
BROTO :
Itu urusan Abah, saya nggak mau tahu!
UJANG :
Ternyata masih ada sekarang ini manusia berhati binatang.
BROTO :
Apa maksud kamu Ujang berkata seperti itu? Kamu mau bilang kalau saya ini binatang?
UJANG :
Lha Juragan ini binatang atau tidak ?
BROTO :
Lha tentu saja tidak!
UJANG :
Ya sudah kalau gitu!

BORTO :
Baik, kalau itu mau kalian, terserah, kalian tanggung sendiri akibatnya. Dasar keluarga tidak tahu diuntung, dikasih hati malah ngrogoh tai! Ayo Emi, kita pergi dari sini! Selamat siang!

            Dari dialog di atas dapat dipastikan bahwa pengarang menginginkan penikmat sastra bisa meneladani dari toko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar