Translate

Sabtu, 25 November 2017

3. BAB II Tinjauan Pustaka



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Menulis
            Menulis merupakan suatu bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap atau berbicara; dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan. Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis (Suriamiharja, 1985: 2).
            Keterampilan menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa mempunyai keterangan yang amat penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Seperti yang dikatakan oleh H.G. Tarigan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang melambangkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut (Tarigan, 1996: 21).
            Menulis adalah suatu proses penuangan ide atau gagasan dalam bentuk paparan bahasa tulis berupa rangkaian simbol-simbol bahasa atau huruf (Baradja 1990: 42). Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling tinggi tingkatannya, karena dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dengan menggunakan kosa kata dan tata bahasa tertentu sehingga dapat menggambarkan informasi, ide-ide, dan pengalaman yang diekspresi- kan secara jelas.
            Berdasarkan teori dan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan yang dipakai untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak dengan menggunakan simbol bahasa yang dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain. Kemampuan menulis tidak hanya harus dikuasai oleh siswa, tetapi guru juga dituntut mampu menulis. Untuk terampil menulis diperlukan latihan dan praktik yang terus-menerus dan teratur. Oleh sebab itu, kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Namun dibalik kerumitannya, menulis mengandung banyak manfaat bagi pengembangan mental, intelektual, dan sosial seseorang.  Menulis dapat meningkatkan kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan keberanian, serta merangsang kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Dengan menulis seseorang akan mampu menggali pengetahuan dan pengalamannya, serta mengenali kemampuan dan potensi yang ada dalam dirinya.
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca  lambang-lambang grafik tersebut kalau  mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan 1996: 21)
Menurut   Sujanto  (1988: 56)  menulis  adalah  salah   satu  keterampilan berbahasa yang  dilandasi dengan pengetahuan kebahasaan, baik tentang  kaidah- kaidah maupun laras-larasnya dan menulis juga merupakan suatu proses yang tidak mungkin dating tanpa adanya suatu latihan.
Sejalan dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan atau komunikasi kepada orang lain dengan media  bahasa  berbentuk tulisan yang dilandasi dengan pengetahuan dan kaidah-kaidah tentang kebahasaan. Menulis merupakan suatu keterampilan yang tidak datang dengan sendirinya, tetapi membutuhkan latihan  yang teratur.

2.1.1 Tujuan Menulis
Menurut Tarigan (1996: 23--24) tujuan menulis adalah: (a) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajarkan, (b) tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak, (c) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau mengandung tujuan estetik, dan        (d) tulisan yang mengekspresi -kan perasaan dan emosi yang kuat dan berapi-api. Pendapat lain yang berbeda menurut Hugo Hartig (dalam Tarigan 1996: 24--25), tujuan menulis adalah: (a) assignment purpose (tujuan penugasan),  yaitu penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan atas kemauan sendiri, misalnya para siswa diberi tugas merangkum buku, (b) alitruistic purpose (tujuan alitruistik), yaitu penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya,ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karya-karyanya itu, (c) persuasive purpose (tujuan persuasi), yaitu tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan, (d) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan), yaitu tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/ penerangan kepada para pembaca, (e) self expressive purpose (tujuan pernyataan diri), yaitutu lisan yang bertujuan mem- perkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca, (f) creative purpose (tujuan kreatif), yaitu tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian,  dan (g) problem solving purpose (tujuan  pemecahan masalah), yaitu penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
            Sujanto (1988: 68) menjelaskan bahwa secara garis besar, tujuan menulis adalah: (a) mengekspresikan perasaan, (b) memberi informasi, (c) mempengaruhi pembaca, dan (d) memberi hiburan.
            Disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi pembaca, dan memberi hiburan. Selain itu, tujuan menulis juga dapat membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

2.1.2 Manfaat Menulis
            Banyak keuntungan yang dapat didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Akhadiah, (dalam  Suriamiharja  1997: 4--5)  ada  delapan kegunaan menulis yaitu:  (a)  penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya, (b) penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan, (c) penulis dapat lebih menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis, (d) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapakannya secara tersurat, (e) penulisakan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif, (f) dengan menulis sesuatu diatas kertas, penulisakan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang  lebih konkret, (g) dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif, (h) dengan kegiatan menulis yang  terencanakan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.
            Suparno danYunus (2007: 1.4) mengemukakan begitu banyak manfaat yang dapat dipetik dari menulis, antara lain: (a) peningkatan kecerdasan, (b) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, (c) penumbuhan keberanian, dan (d)  pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
            Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis adalah membantu meningkatkan kecerdasan dengan pengembangan potensi diri, mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, membantu mengorganisasikan gagasan secara sistematis, membantu memecahkan permasalahan, dan membiasakan penulis berpikir dan berbahasa secara tertib dan teratur.

2.2 Pengertian paragraf
          Paragraf adalah bagian-bagian gagasan yang dituangkan dalam sebuah tulisan. Paragraf juga dapat dikatakan sebagai sebuah karangan pendek atau mini. Para ahli bahasa merumuskan pengertian paragraf itu dengan menggunakan teknik yang berbeda, meskipun pengertian yang dirumuskan tersebut berbeda tetap tidak akan mengurangi pemahaman tentang paragraf itu sendiri karena pengertian yang dirumuskan tidak jauh berbeda.
            Keraf (2001: 62) merumuskan pengertian Paragraf dengan istilah alinia yaitu satu kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari pada kalimat. Istilah paragraf muncul sekitar tahun 1970-an di Indonesia. Para ahli bahasa umumnya berpendapat sama tentang wacana dalam hal satuan bahasa yang terlengkap (utuh) tetapi dalam hal lain ada perbedaannya. Perbedaannya terletak pada wacana sebagai unsur gramatikal tertinggi yang direalisasikan dalam bentuk paragraf yang utuh dengan amanat yang lengkap dan dengan koherensi serta kohesi tinggi.
          Paragraf yang utuh harus dipertimbangkan dari segi kohesi dan koherensi.
Dardjowidjojo
(1988: 46) mengemukakan Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren, kohesi merujuk pada perpautan bentuk sedangkan koherensi pada perpautan makna. Paragraf adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat (Depdikbud, 1988:34). Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa paragraf merupakan satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir, yang nyata, yang disampaikan secara lisan atau tertulis.
          Paragraf berisi sesuatu yang penulisan awalnya dimajukan beberapa ketukan atau spasi. Dari beberapa pengertian paragraf merupakan seperangkat kalimat yang berkaitan erat satu sama lain. Berdasarkan pandangan tersebut dapat didefinisikan paragraf sebagai seperangkat kalimat yang tersusun secara logis dan sistematis. Pada beberapa pengertian yang dikemukakan, maka dapat dipahami dan dijelaskan bahwa paragraf sebagai inti penuangan buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat yang ada di dalamnya mulai dari kalimat pengenal, yaitu kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas sampai dengan penutur. Kumpulan kalimat tersebut saling bertalian dalam satu rangkaian yang berfungsi membentuk seperangakat kalimat yang tersusun secara logis dan gagasan sistematis di dalamnya yang mengungkap satu gagasan.

2.2.1 Unsur-Unsur Paragraf
Paragraf merupakan rangakaian kalimat atau seperangkat kalimat yang bertalian secara padu dan kesatuan eskpresi yang digunakan oleh pengarang yang berfungsi untuk menyatakan atau menyampaikan gagasan kepada pembaca. Untuk memudahkan pembaca dalam menerima informasi yang disampaikan oleh penulis, sebuah paragraf harus disusun secara baik, logis, dan sistematis. Adapun hal yang perlu diperhatikan untuk membangun sebuah paragraf adalah sebagai berikut.

1. Pemakaian Transisi
Transisi adalah kata-kata atau kalimat yang digunakan sebagai penghubung kalimat satu dengan yang lain. Dengan kata lain, transisi berfungsi sebagai penunjang koherensi.
Transisi yang berupa kata atau kelompok kata sangat banyak. Namun secara umum transisi menurut Keraf (2001: 126--128) diuraikan sebagai berikut.
a.       Penanda hubungan lanjutan
b.      Penanda hubungan urutan waktu
c.       Penanda klimaks
d.      Penanda kontak
e.       Penanda kontras
f.       Penanda hubungan jarak
g.      Penanda ilustrasi
h.      Penanda sebab-akibat
i.        Penanda kondisi
j.        Penanda kesimpulan              

2.   Kalimat Topik
Kalimat Topik adalah kalimat dalam sebuah paragraf yang di dalamnya mengandung ide atau gagasan pokok, dalam bahasa Indonesia sering ditemukan istilah-istilah seperti pikiran utama, gagasan utama, gagasan pokok, tema paragraf, pokok pikiran dan banyak lagi istilah yang digunakan dalam paragraf. Semua ini mengandung makna yang sama dan merupakan inti masalah yang terkandung dalam paragraf.

3.  Kalimat Pengembang
Kalimat pengembang adalah semua kalimat selain kalimat topik yang berfungsi untuk menerangkan kalimat topik. Kalimat pengembang disebut juga kalimat penjelas, paragraf yang baik dapat dikatakan semua kalimat yang terdapat dalam  suatu paragraf merupakan kalimat pengembang. Pengembangan kalimat topik bersifat kronologis dan sering berhubungan tentang benda atau waktu.

4. Kalimat Penegas
              Kalimat penegas juga berfungsi sebagai penggulanagan atau penengasan kembali pikiran utama. Kalimat penegas juga berfungsi sebagai daya tarik pembaca atau selingan untuk menghindari kejenuhan dalam membaca.
Kalimat penegas merupakan kalimat utama dalam sebuah paragraf yang diulang dengan redaksi berbeda. Penulisan kalimat penegas dalam paragraf tidak mutlak, boleh ada dan boleh tidak bila penulis tidak membutuhkan untuk kejelasan informasi.

2.2.2 Syarat-Syarat Menulis Paragraf
Paragraf yang baik menuntut adanya syarat-syarat berikut ini, syarat-syarat  yang dapat ditempuh bila anda akan menulis paragraf persuasi.

1.   Kesatuan
            Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok/ satu gagasan utama. Keduanya tampak pada gagasan utama dan gagasan penjelas. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok yang menjadi satu kesatuan. Jadi semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf  harus terfokus pada gagasan pokok/ satu gagasan utama.

2.   Kepaduan
Setiap paragraf haruslah merupakan kumpulan kalimat yang saling berhubungan secara padu, tidak berdiri sendiri atau terlepas satu sama lain. Dengan kata lain susunannya harus sistematis, logis, dan mudah dipahami. Kepaduan itu dapat dicapai jika kalimat-kalimat tersebut terangkai secara baik, misalnya dengan menggunakan sarana pengait kalimat dalam paragraf berupa pemakaian kata kunci, pemakaian kata ganti tertentu dan pemakaian kata-kata transisi.


3. Kelengkapan
Dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik. Dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembang- kan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.
Contoh:
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah. Tidak adanya penyediaan dana untuk melindungi ketam kenari, kima, atau tiram mutiara sebagaimana halnya untuk panda dan harimau. Jenis makhluk laut tertentu tiba-tiba punah sebelum manusia sempat melindunginya. Tiram raksasa dikawasan Indonesia bagian Barat kebanyakan sudah punah.

2.3 Hakikat Paragraf Persuasi
            Hakikat paragraf  merupakan suatu inti sari atau suatu penjelasan teori tentang paragraf dari berbagai sumber yang relevan dan sesuai dengan variabel- variable penelitian. Landasan teoretis tentang hakikat paragraf yaitu (1) pengertian paragraf, (2)  pengertian paragraf persuasi,  (3) ciri-ciri paragraf persuasi, (4) langkah-langkah menulis paragraf persuasi.

2.3.1 Pengertian Paragraf Persuasi
            Menurut Keraf (2001: 18) persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang. Karena tujuan terakhir adalah agar pembaca atau pendengar melakukan sesuatu, maka persuasi dapat dimasukkan pula pada cara-cara untuk mengambil keputusan.
            Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya (Suparno dan Yunus 2007: 1.13).
            Alfiansyah (sentra-edukasi.com/2009) mengungkapkan bahwa paragraf persuasi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.
            Paragraf persuasi adalah salah satu jenis karangan atau tulisan yang bertujuan untuk memengaruhi pembaca. Sehubungan dengan itu, sebuah tulisan persuasi memerlukan data sebagai penunjang. Data yang digunakan dalam tulisan atau karangan persuasi lebih baik berupa fakta. Dalam tulisan atau karangan persuasi biasanya menggunakan kalimat-kalimat yang sifatnya mengajak atau memengaruhi pembaca agar bersikap atau melakukan sesuatu.
            Dari  beberapa   pendapat  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa   paragraf persuasi adalah salah satu jenis paragraf yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca agar bersikap sesuatu sesuai yang disampaikan penulis. Tujuannya ialah agar pembaca melakukan sesuatu. Persuasi dapat dimasukkan pula dalam cara-cara untuk mengambil keputusan mereka yang menerima persuasi harus mendapatkan keyakinan, bahwa keputusan yang diambil merupakan keputusan  yang benar dan bijaksana  serta dilakukan tanpa paksaan. Untuk meyakinkan pembaca mengenai apa yang dipersuasikan, penulis harus menimbulkan kepercayaan pada para pembaca.
            Melalui persuasi, seorang penulis mencoba mengubah pandangan pembaca tentang sebuah permasalahan tertentu. Penulis mempersembahkan fakta dan opini yang  biasa didapatkan pembacanya untuk mengerti mengapa sesuatu itu adalah benar, salah atau diantara keduanya. Tajuk rencana, iklan-iklan berbentuk advertorial,  selebaran-selebaran  dan   lain   sebagainya  adalah  contoh  tulisan persuasi.
            Tajuk rencana adalah karangan pokok suatu surat kabar yang berisi fakta serta opini secara singkat, menarik dan bertujuan untuk mempengaruhi pendapat. Iklan advertorial adalah sarana informasi kepada publik yang mengangkat brand image suatu produk dengan memberikan  sosialisasi sedangkan selebaran adalah tulisan yang digunakan untuk menyebarkan informasi tentang suatu kepentingan tertentu.

2.3.2 Ciri-Ciri Paragraf Persuasi
            Vendrafirdian (2008) mengungkapkan ciri-ciri persuasi adalah harus menimbulkan kepercayaan pendengar atau pembacanya serta bertolak atas pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah sehingga disimpulkan menjadi sebagai berikut.
1.      Harus menciptakan kepercayaan antara pembicara/ penulis dan yang diajak berbicara/ pembaca.
2.      Harus menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan  tujuan tercapai.
3.      Harus ada fakta dan data secukupnya.
4.      Mengungkapkan ide,gagasan, atau pendapat.
5.      Bertujuan mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca agar mereka mau berbuat,bertindak atau melakukan sesuatu secara suka rela, sesuai yang diinginkan pengarang.
6.      Membuktikkan kebenaran, pendapat pengarang sehingga tercipta keyakinan dan kepercayaan pada diri pembaca.
7.      Menggunakan beberapa teknik tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri paragraf persuasi adalah mengungkapkan ide atau gagasan, bertujuan mempengaruhi pembaca,disertai dengan fakta untuk mendukung gagasan, dan menggunakan teknik beberapa teknik tertentu.

2.3.3 Macam-macam Paragraf Persuasi
       Paragraf persuasi terbagi dalam berbagai macam sesuai tujuannya sebagai berikut.

1. Persuasi politik
       Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering menggunakan pesuasi jenis ini untuk keperluan politik dan negaranya. Kita akan bisa memahami persuasi politik lebih baik lagi, bila kutipan berikut ini kita kaji dengan teliti.

2. Persuasi pendidikan
       Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, misalnya, bisa menggunakan persuasi ini untuk mempengaruhi anak supaya mereka giat berlajar, senang membaca dan lain-lain. Seorang motivator atau inovator pendidikan bisa memanfaatkan persuasi pendidikan dengan menampilkan konsep-konsep baru pendidikan untuk bisa dilaksanakan oleh pelaksana pendidikan. Kutipan artikel berita ini dapat dijadikan bahan menelaah karangan persuasi pendidikan.

3. Persuasi advertensi
       Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu,advertensi diberi predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan publik sebagai konsumen. Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat pendek, ada pula yang panjang.
       Persuasi iklan yang baik adalah persuasi yang mampu dan berhasil merangsang konsumen membeli barang yang ditawarkan. Sebaliknya, persuasi iklan itu tergolong sebagai persuasi yang kurang baik apabila tidak berhasil merangsang konsumen untuk membeli barang yang diiklankan.

4. Persuasi propaganda
       Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi. Tentunya tujuan persuasi tidak hanya berhenti pada penyebaran informasi saja. Lebih dari itu, dengan informasi diharapkan pembaca atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
       Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye biasanya berupa informasi dan ajaka. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar pembaca atau pendengar menuruti isi ajakan kampanye tersebut. Pembuatan informasi tentang seseorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai dengan ajakan pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau selebaran yang berisi informasi tentang situasi tertentu yang disertai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh persuasi propaganda.

2.3.4 Pendekatan Paragraf Persuasi
       Pendekatan yang  dipakai dalam persuasi adalah pendekatan emotif yang ber- usaha membangkitkan dan merangsang emosi.
Contoh.
1.Propaganda kelompok atau golongan, kampanye
                   Tujuannya  agar   masyarakat  mendukung  partai,  kelompok  atau golongan tersebut.
2. Iklan dalam media massa, lebaran, dan lain-lain.
            Tujuannya agar pembaca atau siapapun yang melihat iklan tersebut membeli barang atau menggunakan jasa tersebut.

2.3.5 Langkah-Langkah Menulis Paragraf Persuasi
       Alfiansyah (2009) memaparkan langkah-langkah yang dapat ditempuh bila akan menulis paragraf persuasi adalah sebagai berikut ini.
a.    Menentukan Topik dan Tujuan dalam Paragraf Persuasi
            Dalam paragraph persuasi, tujuan penulis dapat dikemukakan secara langsung.
b.    Membuat Kerangka Paragraf Persuasi
            Agar susunan tulisan persuasi itu sistematis dan logis, kerangka tulisan perlu mendapat  perhatian dalam perumusannya.
c.    Mengumpulkan Bahan untuk Paragraf Persuasi
            Bahan dapat diperoleh melalui kegiatan pengamatan, wawancara, dan penyebaran angket kepada responden. Pada saat mengumpulkan bahan, kita dapat membuat catatan, baik kutipan langsung maupun tidak langsung, yang nantinya dapat dijadikan sebagai barang bukti.
d.    Menarik Simpulan Paragraf Persuasi
            Penarikan simpulan dalam suatu paragraf persuasi harus dilakukan dengan benar agar tujuan tercapai. Suatu kesimpulan dapat dibuat apabila data yang diperoleh telah dianalisis. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan cara induksi atau deduksi.
e.    Menutup Paragraf Persuasi
            Pada bagian ini penulis menutup paragraf dengan imbauan atau ajakan agar pembaca mau bertindak atau melakukan sesuatu sesuai yang diharapkan penulis.

2.3.6 Kerangka Paragraf Persuasi
       Kerangka paragraf dibuat sedemikian rupa sehingga terdapat koherensi antara satu kalimat dan kalimat lainnya. Di samping itu, kerangka juga akan memandu seorang penulis mengembangkan paragraf atau karangannya. Kerangka paragraf atau karangan dapat dibuat lebih terperinci atau secara garis besarnya saja. Kerangka karangan dibuat sesuai dengan kebutuhan seorang penulis. Banyak juga penulis yang tidak menggunakan kerangka paragraf atau karangan. Namun, sebagai penulis pemula, harus terlebih dahulu membuat kerangka paragraf atau karangan supaya tulisan menjadi benar-benar baik.
       Aspek yang harus ada dalam kerangka paragraf adalah.
-          Topik
-          Gagasan utama
-          Gagasan pendukung   

    Contoh kerangka karangan berdasarkan ketentuan di atas.
    Topik paragraf :Pendidikan
    Gagasan utama :Pendidikan adalah hal yang paling penting di dalam hidup
    Gagasan pendukung :- Dengan pendidikan kita bisa mendapatkan dan menjadi apapun yang kita inginkan.
                                        - Pendidikan juga bisa mengarahkan kita ke kehidupan yang lebih baik.
                                        - Pendidikan bisa kita raih dengan belajar yang giat baik di sekolah, di rumah maupun di tempat-tempat lain.
                                        - Marilah belajar dengan giat dan sungguh-sungguh agar kita dapat mencapai cita-cita.

Contoh Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi memiliki berbagai macam-macam pargaraf persuasi. Berikut contoh paragraf persuasi berdasarkan macamnya.

Contoh 1 (Paragraf Persuasi Pendidikan)
       Pendidikan adalah hal yang paling penting di dalam hidup ini ,baik pendidikan formal atau informal. Dengan pendidikan kita bisa mendapatkan dan menjadi apapun yang kita inginkan. Pendidikan juga bisa mengarahkan kita ke kehidupan yang lebih baik. Pendidikan bisa kita raih dengan belajar yang giat baik di sekolah, di rumah maupun di tempat-tempat lain. Jika kita tidak belajar dengan serius dan giat, tentunya apa yang kita lakukan hanyalah sia-sia karena tidak ada yang bisa dicapai dengan perbuatan yang tidak sungguh-sungguh. Akibatnya kita tidak bisa menggapai citi-cita. Oleh karena itu, marilah belajar dengan giat dan sungguh-sungguh agar  kita dapat mencapai cita-cita.

Contoh 2 (Paragraf Persuasi Advertensi)
       Susu sangat bermanfaat untuk kesehatan kita. Dengan meminum susu tubuh akan menjadi sehat dan kuat karena susu mengandung banyak kalsium dan protein yang sangat berguna buat tubuh kita. Oleh karena itu, ayo minum health milk sebuah susu yang memiliki segudang manfaat dikarenakan kandungan vitamin dan mineralnya yang lebih bayak jika dibandingkan dengan produk susu lain. Mari ganti susu Anda dengan health milk dan jadilah sehat dan kuat.

Contoh 3 (Paragraf Persuasi Politik)
       Sebentar lagi pemilihan umum (Pemilu) tiba. Ayo gunakan hak pilih kita untuk memilih calon presiden yang terbaik untuk Negara ini. Ingat, masa depan Negara kita 5 tahun ke depan bergantung dengan pilihan Anda pada tangga 1 Juni 2015. Jangan sampai Anda golput atau hak suara Anda akan disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, marilah ajak semua saudara, teman adik dan kakak untuk datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya. Ingat jadilah pemilih yang bijak.

Contoh 4 (Paragraf Persuasi Propaganda)
       Islam saat ini dianggap sebagai agama penuh kekerasan atau agama teroris. Namun, sebenarnya anggapan tersebut salah besar. Islam adalah agama yang penuh dengan kedamaian dan toleransi. Hanya sebagian orang-orang yang salah mengartikan kata jihad yang membuat nama islam menjadi kotor. Banyak para pemuda yang direkrut oleh kelompok-kelompok tertentu yang katanya berjihad tapi malah membunuh sesamanya. Padahal sudah jelas Allah SWT melarang perbuatan membunuh apalagi membunuh saudaranya sesama islam. Oleh karena itu, kita sebagai pemuda islam janganlah terpengaruh akan ajakan-ajakan sesat yang mengatas namankan Islam. Marilah kita membentengi diri kita agar tidak terpengaruh oleh mereka yang akan menjerumuskan kita. Dan ayo kita membangun kembali Agama Islam yang sudah dicap sebagai agama kekeraan ini menjadi agama yang penuh dengan kebaikan dengan cara berbuat baik kepada sesama manusia. Namun dengan batasan-batasan yang diatur oleh agama kita.

2.4 Model Pembelajaran Pair Checks
            Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7).
Menurut Maulina (dalam belajar-sabar-ikhlas.blogspot.co.id) Pair Check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.
Paragraf persuasif merupakan paragraf yang bertujuan membuat pembaca percaya terhadap hal-hal yang dikomunikasikan. Menurut Finoza (2009:201) paragraf persuasif adalah paragraf yang mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Oleh karena itu, paragraf persuasif berisi ajakan untuk mengubah pendapat pembaca.
Memengaruhi atau mengajak pembaca penulis harus mampu mengemukakan dengan data dan fakta. Data dan fakta dapat diperoleh melalui pengamatan atau wawancara. Selain itu untuk mengembangkan paragraf persuasif penulis harus memperhatikan penggunaan diksi. Saat proses pembelajaran di kelas eksperimen, siswa belajar dengan lebih leluasa untuk berpendapat serta menggali potensinya. Hal ini dikembangkan melalui pembelajaran Pair Check yang di  dalamnya terdapat sintak bertukar peran untuk menyajikan permasalahan serta memecahkan permasalahan tersebut.
Keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check didukung pula oleh beberapa kelebihan yang dimiliki model pembelajaran tersebut. Beberapa kelebihan yang dimiliki model pembelajaran kooperatif tipe pair check yaitu dalam proses belajar dipandu melalui bantuan rekan sebaya (tutor sebaya) , dapat menciptakan kerjasama di antara siswa, dapat meningkatkan pemahaman konsep dan proses, serta dalam penerapannya dapat melatih siswa dalam berkomunikasi ( dalam Kagen, 1993).
Susanti (dalam amelsanti.blogspot.co.id) pembelajaran pair check merupakan pembelajaran untuk membantu siswa yang suka  mendominasi belajar keterampilan berbagi yaitu dengan meminta bekerja berpasangan dan menerapkan  susunan pengecekan berpasangan. Model pembelajaran kooperatif tipe pair check ini siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dan satu kelompok terdiri terdiri dari dua orang saja. Tiap kelompok siswa diberi suatu masalah. Mereka harus berusaha untuk menyelesaikan suatu masalah tersebut, kemudian hasil diskusi kelompok mereka akan dicek oleh pasangan dari kelompok lain. Dampak model hanya terdiri dari dua orang, pasangan ini akan belajar dengan lebih aktif dalam memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan baru.
Model pembelajaran kooperatif tipe pair check ini merupakan salah satu cara untuk membantu siswa yang pasif dalam kegiatan kelompok, mereka melakukan kerja sama secara berpasangan dan menerapkan susunan pengecekan berpasangan (Dana Sasmita, 2008:18). Pembagian kelompok siswa secara berpasangan menunjukkan pencapaian yang jauh lebih besar dalam bidang ilmu pengetahuan dari pada kelompok yang terdiri atas empat atau lima orang (Slavin, 2010: 91). Berdasarkan hasil penelitian Nusantari, dkk . (2008) model pembelajaran kooperatif tipe pair check dapat meningkatkan kerja sama siswa dalam memecahkan masalah juga mengajarkan siswa saling menghargai dan membantu siswa yang kurang aktif. Begitu juga penelitian dari Pamukkale (2008; 748) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe pair check dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa dalam kursus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana proses pembelajaran dengan menerapkan metode kooperatif tipe pair check pemecahan masalah dan mengetahui seberapa besar peningkatan sociall skill siswa setelah pembelajaran yang menerapkan metode kooperatif tipe pair check dalam memecahkan masalah.
 Kesimpulan pair checks dianggap perlu dilakukan karena mengajarkan siswa untuk teliti serta mengandung nilai sosial. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap konsep pair checks diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. Memilih model pembelajaran yang tepat merupakan hal yang sulit dan harus betul-betul dipikirkan serta dipertimbangkan dengan baik, agar tujuan pembelajaran yang dirumuskan mencapai target atau sasaran yang tepat. Penerapan model pembelajaran pair checks  pada pembelajaran menulis paragraf persuasi advertensi  pada siswa kelas X semester II tahun pembelajaran 2015/2016 SMAN 1 Kotawaringin Lama

2.5 Penerapan Model Pembelajaran Pair Checks pada Pembelajaran Menulis Paragraf Persuasi Advertensi
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya sastra dan hasil intelektual bangsa sendiri (Depdiknas, 2006:59).
Pemilihan model pembelajaran merupakan prosedur yang sistematis dalam mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah pembelajaran menulis paragraf persuasif dengan model pembelajaran pair checks adalah sebagai berikut.
1     Guru menjelaskan konsep
2     Guru membagi Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
3     Salah seorang siswa  menulis paragraf persuasi advertensi,
4     Siswa yang tidak menulis mengecek paragraf yang ditulis,
5     Bertukar peran,
6     Penyimpulan,
7     Evaluasi
8     Refleksi.
Penerapan model pembelajaran pair checks pada pembelajaran menulis paragraf persuasif siswa kelas X semester II SMA Negeri 1 Kotawaringin Lama berkaitan dengan standar isi dan standar kompetensi lulusan satuan pendidikan. Selanjutnya, pembelajaran mengenai menulis paragraf persuasif ini juga tersirat di dalam standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X semester II SMA Negeri 1 Kotawaringin Lama. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 1 seperti berikut.
Tabel 1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas X Semester II Tahun Pembelajaran 2015/2016
SMAN 1 Kotawaringin Lama
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Menulis
12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan persuasi
12.2 Menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasi
1.      Merangkai kerangka paragraf persuasi advertensi yang sesuai dengan aspek kerangka paragraf persuasi
2.      Menyusun kembali kerangka paragraf yang telah dirangkai menjadi paragraf persuasi advertensi yang sesuai dengan aspek kerangka paragraf persuasi.
Sumber: Silabus KTSP SMAN 1 Kotawaringin Lama, Januari 2016.
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas, maka penelitian ini dilakukan karena mempunyai keterkaitan dengan standar isi, sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006. Diharapkan hasil penelitian ini memiliki implikasi terhadap pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis. Dalam hal ini, pembelajaran menulis difokuskan pada kemampuan menulis paragraf persuasif dengan model pembelajaran pair checks.

2.6 Penelitian yang Relevan
Pada penelitian ini peneliti mengangkat judul “Penerapan Model Pair Checks pada Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi Advertensi Kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Barat Tahun Pembelajaran 2015/2016”. Penelitian ini mirip dengan penelitian yan dilakukan  oleh Ahmad Ramadhani (2015) dalam skripsinya yang berjudul  “Penerapan Model Pembelajaran Examples Non Examples dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Persuasif pada Siswa Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Kurun Tahun Pembelajaran 2014/2015. Hasil penelitian terdahulu terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu materi pembelajaran tentang paragraf persuasi. Penelitian tersebut tidak ada yang benar-benar sama dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian ini berbeda karena penelitian sebelumnya menggunakan materi yang masih luas, berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan materi yang lebih spesifik dengan tempat berbeda serta model pembelajaran pair checks yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar