BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Menulis
Menulis merupakan
suatu bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap atau berbicara;
dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta
situasi yang menyertai percakapan. Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran
dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah
berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain
secara tertulis (Suriamiharja, 1985: 2).
Keterampilan
menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa mempunyai
keterangan yang amat penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis,
seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan
tujuannya. Seperti yang dikatakan oleh H.G. Tarigan bahwa menulis ialah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang melambangkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran
grafik tersebut (Tarigan, 1996: 21).
Menulis adalah
suatu proses penuangan ide atau gagasan dalam bentuk paparan bahasa tulis
berupa rangkaian simbol-simbol bahasa atau huruf (Baradja 1990: 42). Menulis
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling tinggi tingkatannya,
karena dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang
berkesinambungan dengan menggunakan kosa kata dan tata bahasa tertentu sehingga
dapat menggambarkan informasi, ide-ide, dan pengalaman yang diekspresi- kan secara jelas.
Berdasarkan teori
dan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan yang
dipakai untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak dengan menggunakan
simbol bahasa yang dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain. Kemampuan menulis
tidak hanya harus dikuasai oleh siswa, tetapi guru juga dituntut mampu menulis.
Untuk terampil menulis diperlukan latihan dan praktik yang terus-menerus dan
teratur. Oleh sebab itu, kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh. Namun dibalik kerumitannya, menulis mengandung banyak manfaat
bagi pengembangan mental, intelektual, dan sosial seseorang. Menulis dapat meningkatkan kecerdasan,
mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan keberanian, serta
merangsang kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Dengan menulis
seseorang akan mampu menggali pengetahuan dan pengalamannya, serta mengenali
kemampuan dan potensi yang ada dalam dirinya.
Menulis ialah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik
itu (Tarigan
1996: 21)
Menurut
Sujanto
(1988: 56) menulis
adalah salah
satu keterampilan
berbahasa yang dilandasi
dengan pengetahuan
kebahasaan,
baik tentang kaidah-
kaidah maupun laras-larasnya dan menulis juga merupakan suatu proses yang tidak
mungkin dating tanpa adanya suatu latihan.
Sejalan dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan atau komunikasi kepada orang lain dengan
media bahasa berbentuk tulisan
yang dilandasi
dengan
pengetahuan dan kaidah-kaidah tentang
kebahasaan. Menulis merupakan suatu keterampilan yang tidak datang
dengan sendirinya, tetapi membutuhkan latihan yang teratur.
2.1.1 Tujuan Menulis
Menurut Tarigan
(1996: 23--24) tujuan menulis adalah: (a) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan
atau mengajarkan, (b) tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak,
(c) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau mengandung tujuan
estetik, dan (d) tulisan yang
mengekspresi -kan perasaan dan emosi yang kuat dan berapi-api. Pendapat lain yang berbeda menurut Hugo Hartig (dalam Tarigan 1996: 24--25), tujuan menulis adalah:
(a) assignment purpose (tujuan penugasan), yaitu penulis menulis sesuatu karena ditugaskan
bukan atas kemauan sendiri, misalnya para siswa diberi tugas merangkum buku, (b)
alitruistic purpose (tujuan alitruistik),
yaitu penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca menghindarkan kedukaan para
pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan
penalarannya,ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih
menyenangkan dengan karya-karyanya itu, (c) persuasive
purpose (tujuan persuasi), yaitu tulisan yang bertujuan meyakinkan para
pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan, (d) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan),
yaitu tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/ penerangan kepada
para pembaca, (e) self expressive purpose
(tujuan pernyataan diri), yaitutu lisan yang bertujuan mem- perkenalkan atau menyatakan
diri sang pengarang kepada para pembaca, (f) creative purpose (tujuan kreatif), yaitu tulisan yang bertujuan mencapai
nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian, dan (g) problem
solving purpose (tujuan pemecahan masalah),
yaitu penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin
menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara cermat
pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima
oleh para pembaca.
Sujanto (1988: 68) menjelaskan bahwa secara garis besar, tujuan menulis adalah: (a) mengekspresikan perasaan, (b) memberi informasi, (c) mempengaruhi pembaca,
dan
(d) memberi hiburan.
Disimpulkan
bahwa tujuan menulis adalah untuk mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi
pembaca, dan memberi hiburan. Selain itu, tujuan menulis juga dapat membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
2.1.2 Manfaat Menulis
Banyak keuntungan yang dapat didapat dan diperoleh dari
kegiatan
menulis. Menurut Akhadiah, (dalam Suriamiharja
1997: 4--5)
ada delapan kegunaan menulis yaitu: (a) penulis
dapat
mengenali
kemampuan dan
potensi dirinya, (b) penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan, (c) penulis dapat lebih menyerap, mencari, serta
menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis, (d) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis
serta mengungkapakannya secara tersurat, (e) penulisakan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara
lebih objektif, (f) dengan menulis sesuatu diatas kertas, penulisakan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan
menganalisisnya secara
tersurat dalam konteks yang
lebih konkret, (g) dengan
menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif, (h) dengan kegiatan menulis yang terencanakan
membiasakan penulis berpikir
serta berbahasa secara
tertib dan teratur.
Suparno danYunus (2007: 1.4) mengemukakan begitu banyak manfaat yang dapat
dipetik dari menulis, antara lain: (a) peningkatan kecerdasan,
(b) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, (c) penumbuhan keberanian, dan (d) pendorong kemauan
dan kemampuan mengumpulkan
informasi.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis
adalah
membantu meningkatkan kecerdasan dengan pengembangan potensi diri, mengembangkan daya inisiatif dan
kreativitas, membantu mengorganisasikan
gagasan secara sistematis, membantu memecahkan permasalahan, dan membiasakan penulis berpikir dan
berbahasa secara tertib dan
teratur.
2.2 Pengertian paragraf
Paragraf
adalah bagian-bagian gagasan yang dituangkan dalam sebuah tulisan. Paragraf
juga dapat dikatakan sebagai sebuah karangan pendek atau mini. Para ahli bahasa
merumuskan pengertian paragraf itu dengan menggunakan teknik yang berbeda,
meskipun pengertian yang dirumuskan tersebut berbeda tetap tidak akan
mengurangi pemahaman tentang paragraf itu sendiri karena pengertian yang
dirumuskan tidak jauh berbeda.
Keraf
(2001: 62) merumuskan pengertian Paragraf
dengan istilah alinia yaitu satu kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih
luas dari pada kalimat. Istilah paragraf muncul sekitar tahun 1970-an di
Indonesia. Para ahli bahasa umumnya berpendapat sama tentang wacana dalam hal
satuan bahasa yang terlengkap (utuh) tetapi dalam hal lain ada perbedaannya.
Perbedaannya terletak pada wacana sebagai unsur gramatikal tertinggi yang
direalisasikan dalam bentuk paragraf yang utuh dengan amanat yang lengkap dan
dengan koherensi serta kohesi tinggi.
Paragraf
yang utuh harus dipertimbangkan dari segi kohesi dan koherensi.
Dardjowidjojo (1988: 46) mengemukakan Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren, kohesi merujuk pada perpautan bentuk sedangkan koherensi pada perpautan makna. Paragraf adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat (Depdikbud, 1988:34). Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa paragraf merupakan satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir, yang nyata, yang disampaikan secara lisan atau tertulis.
Dardjowidjojo (1988: 46) mengemukakan Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren, kohesi merujuk pada perpautan bentuk sedangkan koherensi pada perpautan makna. Paragraf adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat (Depdikbud, 1988:34). Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa paragraf merupakan satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir, yang nyata, yang disampaikan secara lisan atau tertulis.
Paragraf
berisi sesuatu yang penulisan awalnya dimajukan beberapa ketukan atau spasi.
Dari beberapa pengertian paragraf merupakan seperangkat kalimat yang berkaitan
erat satu sama lain. Berdasarkan pandangan tersebut dapat didefinisikan
paragraf sebagai seperangkat kalimat yang tersusun secara logis dan sistematis.
Pada beberapa pengertian yang dikemukakan, maka dapat dipahami dan dijelaskan
bahwa paragraf sebagai inti penuangan buah pikiran yang didukung oleh semua
kalimat yang ada di dalamnya mulai dari kalimat pengenal, yaitu kalimat utama
atau kalimat topik, kalimat penjelas sampai dengan penutur. Kumpulan kalimat
tersebut saling bertalian dalam satu rangkaian yang berfungsi membentuk
seperangakat kalimat yang tersusun secara logis dan gagasan sistematis di
dalamnya yang mengungkap satu gagasan.
2.2.1 Unsur-Unsur
Paragraf
Paragraf
merupakan rangakaian kalimat atau seperangkat kalimat yang bertalian secara
padu dan kesatuan eskpresi yang digunakan oleh pengarang yang berfungsi untuk
menyatakan atau menyampaikan gagasan kepada pembaca. Untuk memudahkan pembaca
dalam menerima informasi yang disampaikan oleh penulis, sebuah paragraf harus
disusun secara baik, logis, dan sistematis. Adapun hal yang
perlu diperhatikan untuk membangun sebuah paragraf adalah sebagai berikut.
1. Pemakaian Transisi
Transisi
adalah kata-kata atau kalimat yang digunakan sebagai penghubung kalimat satu
dengan yang lain. Dengan kata lain, transisi berfungsi sebagai penunjang
koherensi.
Transisi
yang berupa kata atau kelompok kata sangat banyak. Namun secara umum transisi
menurut Keraf (2001: 126--128) diuraikan
sebagai berikut.
a.
Penanda hubungan lanjutan
b.
Penanda hubungan urutan waktu
c.
Penanda klimaks
d.
Penanda kontak
e.
Penanda kontras
f.
Penanda hubungan jarak
g.
Penanda ilustrasi
h.
Penanda sebab-akibat
i.
Penanda kondisi
j.
Penanda
kesimpulan
2. Kalimat
Topik
Kalimat
Topik adalah kalimat dalam sebuah paragraf yang di dalamnya mengandung ide atau
gagasan pokok, dalam bahasa Indonesia sering ditemukan istilah-istilah seperti
pikiran utama, gagasan utama, gagasan pokok, tema paragraf, pokok
pikiran dan banyak lagi istilah yang digunakan dalam paragraf. Semua ini
mengandung makna yang sama dan merupakan inti masalah yang terkandung dalam
paragraf.
3. Kalimat
Pengembang
Kalimat
pengembang adalah semua kalimat selain kalimat topik yang berfungsi untuk
menerangkan kalimat topik. Kalimat pengembang disebut juga kalimat penjelas,
paragraf yang baik dapat dikatakan semua kalimat yang terdapat
dalam suatu paragraf merupakan kalimat pengembang. Pengembangan
kalimat topik bersifat kronologis dan sering berhubungan tentang benda atau
waktu.
4. Kalimat Penegas
Kalimat penegas juga
berfungsi sebagai penggulanagan atau penengasan kembali pikiran utama. Kalimat
penegas juga berfungsi sebagai daya tarik pembaca atau selingan untuk
menghindari kejenuhan dalam membaca.
Kalimat penegas
merupakan kalimat utama dalam sebuah paragraf yang diulang dengan redaksi
berbeda. Penulisan kalimat penegas dalam paragraf tidak mutlak, boleh ada dan
boleh tidak bila penulis tidak membutuhkan untuk kejelasan informasi.
2.2.2 Syarat-Syarat
Menulis Paragraf
Paragraf
yang baik menuntut adanya syarat-syarat berikut ini, syarat-syarat yang dapat ditempuh bila anda akan menulis
paragraf persuasi.
1. Kesatuan
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok/ satu gagasan utama. Keduanya tampak pada
gagasan utama dan gagasan penjelas. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam
sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok yang menjadi satu kesatuan. Jadi
semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus
pada gagasan pokok/ satu gagasan utama.
2. Kepaduan
Setiap
paragraf haruslah merupakan kumpulan kalimat yang saling berhubungan secara
padu, tidak berdiri sendiri atau terlepas satu sama lain. Dengan kata lain
susunannya harus sistematis, logis, dan mudah dipahami. Kepaduan itu dapat
dicapai jika kalimat-kalimat tersebut terangkai secara baik, misalnya dengan menggunakan
sarana pengait kalimat dalam paragraf berupa pemakaian kata kunci, pemakaian
kata ganti tertentu dan pemakaian kata-kata transisi.
3. Kelengkapan
Dikatakan
lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang
kejelasan kalimat topik. Dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembang- kan atau hanya diperluas
dengan pengulangan-pengulangan.
Contoh:
Masalah
kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar
jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau
burung-burung yang indah. Tidak adanya penyediaan dana untuk melindungi ketam
kenari, kima, atau tiram mutiara sebagaimana halnya untuk panda dan harimau.
Jenis makhluk laut tertentu tiba-tiba punah sebelum manusia sempat melindunginya.
Tiram raksasa dikawasan Indonesia bagian Barat kebanyakan sudah punah.
2.3 Hakikat Paragraf Persuasi
Hakikat paragraf merupakan suatu inti
sari atau suatu penjelasan
teori tentang paragraf dari berbagai sumber yang relevan dan sesuai dengan variabel-
variable penelitian. Landasan teoretis tentang
hakikat paragraf yaitu (1) pengertian
paragraf, (2)
pengertian paragraf persuasi, (3) ciri-ciri
paragraf persuasi, (4) langkah-langkah
menulis paragraf
persuasi.
2.3.1 Pengertian Paragraf Persuasi
Menurut Keraf (2001: 18) persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang. Karena tujuan terakhir adalah agar pembaca atau pendengar melakukan sesuatu, maka persuasi dapat dimasukkan pula pada cara-cara untuk mengambil
keputusan.
Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya (Suparno dan
Yunus 2007: 1.13).
Alfiansyah (sentra-edukasi.com/2009) mengungkapkan bahwa
paragraf persuasi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya
dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian
dengan
data dan fakta.
Paragraf persuasi adalah salah satu jenis karangan atau tulisan yang bertujuan untuk memengaruhi pembaca. Sehubungan dengan itu, sebuah tulisan persuasi memerlukan data sebagai penunjang. Data yang digunakan dalam tulisan atau karangan persuasi lebih baik berupa fakta. Dalam tulisan atau karangan persuasi biasanya menggunakan kalimat-kalimat yang sifatnya mengajak atau memengaruhi pembaca agar
bersikap atau melakukan sesuatu.
Dari
beberapa
pendapat tersebut
dapat disimpulkan
bahwa paragraf persuasi adalah salah satu jenis paragraf yang bertujuan untuk mempengaruhi
pembaca agar bersikap sesuatu sesuai yang disampaikan penulis. Tujuannya
ialah agar pembaca melakukan sesuatu.
Persuasi dapat dimasukkan pula dalam cara-cara untuk mengambil keputusan mereka yang menerima persuasi harus mendapatkan keyakinan, bahwa keputusan yang diambil merupakan keputusan yang benar dan bijaksana serta dilakukan
tanpa paksaan. Untuk meyakinkan pembaca mengenai apa yang dipersuasikan, penulis harus menimbulkan kepercayaan pada para pembaca.
Melalui persuasi, seorang penulis mencoba mengubah pandangan pembaca tentang sebuah permasalahan tertentu. Penulis mempersembahkan fakta dan opini
yang biasa didapatkan pembacanya untuk mengerti
mengapa sesuatu
itu adalah benar, salah atau diantara keduanya. Tajuk rencana, iklan-iklan berbentuk
advertorial, selebaran-selebaran dan lain sebagainya adalah contoh
tulisan persuasi.
Tajuk rencana adalah karangan pokok suatu surat kabar yang berisi fakta serta opini secara singkat, menarik dan bertujuan untuk mempengaruhi pendapat.
Iklan advertorial adalah sarana informasi kepada publik yang mengangkat brand image suatu produk dengan memberikan sosialisasi sedangkan selebaran adalah tulisan yang digunakan untuk menyebarkan informasi tentang suatu kepentingan
tertentu.
2.3.2 Ciri-Ciri Paragraf Persuasi
Vendrafirdian
(2008) mengungkapkan ciri-ciri persuasi adalah
harus menimbulkan kepercayaan pendengar atau pembacanya serta bertolak atas
pendirian bahwa pikiran
manusia dapat diubah
sehingga disimpulkan menjadi sebagai berikut.
1.
Harus menciptakan kepercayaan
antara pembicara/ penulis dan yang diajak berbicara/ pembaca.
2.
Harus menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan tujuan tercapai.
3.
Harus ada fakta dan data secukupnya.
4.
Mengungkapkan
ide,gagasan, atau pendapat.
5. Bertujuan mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca agar mereka mau berbuat,bertindak atau melakukan sesuatu secara
suka rela, sesuai yang
diinginkan
pengarang.
6. Membuktikkan
kebenaran, pendapat
pengarang
sehingga tercipta
keyakinan dan
kepercayaan pada diri pembaca.
7. Menggunakan
beberapa teknik tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri paragraf persuasi adalah mengungkapkan ide atau gagasan,
bertujuan mempengaruhi pembaca,disertai dengan fakta untuk mendukung gagasan,
dan menggunakan teknik beberapa teknik tertentu.
2.3.3 Macam-macam Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi terbagi dalam
berbagai macam sesuai tujuannya sebagai berikut.
1. Persuasi politik
Sesuai dengan namanya, persuasi politik
dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang
politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering menggunakan
pesuasi jenis ini untuk keperluan politik dan negaranya. Kita akan bisa
memahami persuasi politik lebih baik lagi, bila kutipan berikut ini kita kaji
dengan teliti.
2. Persuasi pendidikan
Persuasi pendidikan dipakai oleh
orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, misalnya, bisa menggunakan
persuasi ini untuk mempengaruhi anak supaya mereka giat berlajar, senang
membaca dan lain-lain. Seorang motivator atau inovator pendidikan bisa
memanfaatkan persuasi pendidikan dengan menampilkan konsep-konsep baru
pendidikan untuk bisa dilaksanakan oleh pelaksana pendidikan. Kutipan artikel
berita ini dapat dijadikan bahan menelaah karangan persuasi pendidikan.
3. Persuasi advertensi
Persuasi iklan dimanfaatkan terutama
dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu.
Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal,
senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau memakai jasa yang
ditawarkan. Karena itu,advertensi diberi predikat jalur komunikasi antara
pabrik dan penyalur, pemilik barang dan publik sebagai konsumen. Iklan itu
beraneka ragam, ada yang sangat pendek, ada pula yang panjang.
Persuasi iklan yang baik adalah persuasi
yang mampu dan berhasil merangsang konsumen membeli barang yang ditawarkan.
Sebaliknya, persuasi iklan itu tergolong sebagai persuasi yang kurang baik
apabila tidak berhasil merangsang konsumen untuk membeli barang yang
diiklankan.
4. Persuasi propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi
propaganda adalah informasi. Tentunya tujuan persuasi tidak hanya berhenti pada
penyebaran informasi saja. Lebih dari itu, dengan informasi diharapkan pembaca
atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
Persuasi propaganda sering dipakai dalam
kegiatan kampanye. Isi kampanye biasanya berupa informasi dan ajaka. Tujuan
akhir dari kampanye adalah agar pembaca atau pendengar menuruti isi ajakan
kampanye tersebut. Pembuatan informasi tentang seseorang yang mengidap penyakit
jantung yang disertai dengan ajakan pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau
selebaran yang berisi informasi tentang situasi tertentu yang disertai ajakan
berbuat sesuatu adalah contoh persuasi propaganda.
2.3.4 Pendekatan Paragraf Persuasi
Pendekatan yang
dipakai dalam persuasi adalah pendekatan emotif yang ber- usaha membangkitkan dan merangsang emosi.
Contoh.
1.Propaganda kelompok atau golongan, kampanye
Tujuannya agar
masyarakat mendukung
partai, kelompok atau golongan tersebut.
2. Iklan dalam media massa, lebaran, dan lain-lain.
Tujuannya agar pembaca atau siapapun yang melihat iklan tersebut membeli barang atau menggunakan jasa tersebut.
2.3.5 Langkah-Langkah Menulis Paragraf Persuasi
Alfiansyah (2009) memaparkan langkah-langkah yang dapat ditempuh bila akan menulis paragraf persuasi adalah
sebagai berikut ini.
a. Menentukan Topik dan Tujuan dalam
Paragraf Persuasi
Dalam paragraph persuasi, tujuan
penulis dapat dikemukakan secara langsung.
b. Membuat Kerangka Paragraf Persuasi
Agar susunan tulisan persuasi itu sistematis dan logis, kerangka tulisan perlu mendapat perhatian dalam perumusannya.
c. Mengumpulkan Bahan untuk Paragraf Persuasi
Bahan dapat diperoleh melalui kegiatan pengamatan, wawancara, dan penyebaran
angket kepada responden. Pada saat mengumpulkan bahan, kita dapat membuat catatan, baik kutipan langsung
maupun tidak langsung, yang nantinya dapat dijadikan
sebagai
barang bukti.
d. Menarik Simpulan
Paragraf Persuasi
Penarikan simpulan dalam suatu paragraf persuasi harus dilakukan
dengan benar agar
tujuan tercapai. Suatu kesimpulan dapat dibuat apabila data yang diperoleh telah dianalisis. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan
dengan cara induksi atau
deduksi.
e. Menutup Paragraf
Persuasi
Pada bagian ini penulis menutup paragraf
dengan imbauan atau ajakan agar pembaca
mau bertindak atau melakukan sesuatu sesuai yang diharapkan penulis.
2.3.6 Kerangka Paragraf Persuasi
Kerangka paragraf dibuat sedemikian rupa sehingga
terdapat koherensi antara satu kalimat dan kalimat lainnya. Di samping itu,
kerangka juga akan memandu seorang penulis mengembangkan paragraf atau
karangannya. Kerangka paragraf atau karangan dapat dibuat lebih terperinci atau
secara garis besarnya saja. Kerangka karangan dibuat sesuai dengan kebutuhan
seorang penulis. Banyak juga penulis yang tidak menggunakan kerangka paragraf
atau karangan. Namun, sebagai penulis pemula, harus terlebih dahulu membuat
kerangka paragraf atau karangan supaya tulisan menjadi benar-benar baik.
Aspek yang harus ada dalam kerangka paragraf adalah.
-
Topik
-
Gagasan utama
-
Gagasan
pendukung
Contoh kerangka karangan berdasarkan ketentuan di atas.
Topik paragraf :Pendidikan
Gagasan utama :Pendidikan
adalah hal yang paling penting di dalam hidup
Gagasan pendukung :- Dengan pendidikan kita bisa mendapatkan dan menjadi apapun yang kita
inginkan.
-
Pendidikan juga bisa
mengarahkan kita ke kehidupan yang lebih baik.
- Pendidikan bisa kita raih dengan belajar yang
giat baik di sekolah, di rumah maupun di tempat-tempat lain.
- Marilah belajar dengan giat dan sungguh-sungguh
agar kita dapat mencapai cita-cita.
Contoh
Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi
memiliki berbagai macam-macam pargaraf persuasi. Berikut contoh paragraf
persuasi berdasarkan macamnya.
Contoh 1 (Paragraf
Persuasi Pendidikan)
Pendidikan adalah hal yang paling penting di
dalam hidup ini ,baik pendidikan formal atau informal. Dengan pendidikan kita
bisa mendapatkan dan menjadi apapun yang kita inginkan. Pendidikan juga bisa
mengarahkan kita ke kehidupan yang lebih baik. Pendidikan bisa kita raih dengan
belajar yang giat baik di sekolah, di rumah maupun di tempat-tempat lain. Jika
kita tidak belajar dengan serius dan giat, tentunya apa yang kita lakukan
hanyalah sia-sia karena tidak ada yang bisa dicapai dengan perbuatan yang tidak
sungguh-sungguh. Akibatnya kita tidak bisa menggapai citi-cita. Oleh karena
itu, marilah belajar dengan giat dan sungguh-sungguh agar kita dapat mencapai cita-cita.
Contoh 2
(Paragraf Persuasi Advertensi)
Susu sangat
bermanfaat untuk kesehatan kita. Dengan meminum susu tubuh akan menjadi sehat
dan kuat karena susu mengandung banyak kalsium dan protein yang sangat berguna
buat tubuh kita. Oleh karena itu, ayo minum health milk sebuah susu yang
memiliki segudang manfaat dikarenakan kandungan vitamin dan mineralnya yang
lebih bayak jika dibandingkan dengan produk susu lain. Mari ganti susu Anda dengan health milk
dan jadilah sehat dan kuat.
Contoh 3 (Paragraf Persuasi Politik)
Sebentar
lagi pemilihan umum (Pemilu) tiba. Ayo gunakan hak pilih kita untuk memilih
calon presiden yang terbaik untuk Negara ini. Ingat, masa depan Negara kita 5
tahun ke depan bergantung dengan pilihan Anda pada tangga 1 Juni 2015. Jangan
sampai Anda golput atau hak suara Anda akan disalahgunakan oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, marilah ajak semua saudara,
teman adik dan kakak untuk datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya. Ingat
jadilah pemilih yang bijak.
Contoh 4
(Paragraf Persuasi Propaganda)
Islam
saat ini dianggap sebagai agama penuh kekerasan atau agama teroris. Namun,
sebenarnya anggapan tersebut salah besar. Islam adalah agama yang penuh dengan
kedamaian dan toleransi. Hanya sebagian orang-orang yang salah mengartikan kata
jihad yang membuat nama islam menjadi kotor. Banyak para pemuda yang
direkrut oleh kelompok-kelompok tertentu yang katanya berjihad tapi malah
membunuh sesamanya. Padahal sudah jelas Allah SWT melarang perbuatan membunuh
apalagi membunuh saudaranya sesama islam. Oleh karena itu, kita sebagai pemuda
islam janganlah terpengaruh akan ajakan-ajakan sesat yang mengatas namankan
Islam. Marilah kita membentengi diri kita agar tidak terpengaruh oleh mereka
yang akan menjerumuskan kita. Dan ayo kita membangun kembali Agama Islam yang
sudah dicap sebagai agama kekeraan ini menjadi agama yang penuh dengan kebaikan
dengan cara berbuat baik kepada sesama manusia. Namun dengan batasan-batasan
yang diatur oleh agama kita.
2.4
Model Pembelajaran Pair Checks
Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7).
Menurut Maulina (dalam belajar-sabar-ikhlas.blogspot.co.id) Pair Check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau
berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini
menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Model pembelajaran ini juga untuk
melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.
Paragraf persuasif merupakan paragraf yang bertujuan
membuat pembaca percaya terhadap hal-hal yang dikomunikasikan. Menurut Finoza
(2009:201) paragraf persuasif adalah paragraf yang mempromosikan sesuatu dengan
cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Oleh karena itu, paragraf persuasif
berisi ajakan untuk mengubah pendapat pembaca.
Memengaruhi atau mengajak pembaca penulis harus mampu
mengemukakan dengan data dan fakta. Data dan fakta dapat diperoleh melalui
pengamatan atau wawancara. Selain itu untuk mengembangkan paragraf persuasif
penulis harus memperhatikan penggunaan diksi. Saat proses pembelajaran di kelas
eksperimen, siswa belajar dengan lebih leluasa untuk berpendapat serta menggali
potensinya. Hal ini dikembangkan melalui pembelajaran Pair Check yang di dalamnya terdapat
sintak bertukar peran untuk menyajikan permasalahan serta memecahkan permasalahan
tersebut.
Keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Pair Check didukung pula oleh beberapa kelebihan yang dimiliki model
pembelajaran tersebut. Beberapa kelebihan yang dimiliki model pembelajaran
kooperatif tipe pair check yaitu dalam
proses belajar dipandu melalui bantuan rekan sebaya (tutor sebaya) , dapat
menciptakan kerjasama di antara siswa, dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
proses, serta dalam penerapannya dapat melatih siswa dalam berkomunikasi ( dalam Kagen, 1993).
Susanti (dalam amelsanti.blogspot.co.id) pembelajaran pair check merupakan pembelajaran untuk membantu siswa yang suka mendominasi belajar keterampilan berbagi
yaitu dengan meminta bekerja berpasangan dan menerapkan susunan pengecekan berpasangan. Model
pembelajaran kooperatif tipe pair check ini siswa dibagi dalam kelompok-kelompok
dan satu kelompok terdiri terdiri dari dua orang saja. Tiap kelompok siswa
diberi suatu masalah. Mereka harus berusaha untuk menyelesaikan suatu masalah
tersebut, kemudian hasil diskusi kelompok mereka akan dicek oleh pasangan dari
kelompok lain. Dampak model hanya terdiri dari dua orang, pasangan ini akan
belajar dengan lebih aktif dalam memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan
baru.
Model
pembelajaran kooperatif tipe pair check ini merupakan salah satu cara untuk
membantu siswa yang pasif dalam kegiatan kelompok, mereka melakukan kerja sama
secara berpasangan dan menerapkan susunan pengecekan berpasangan (Dana Sasmita,
2008:18). Pembagian kelompok siswa secara berpasangan menunjukkan pencapaian
yang jauh lebih besar dalam bidang ilmu pengetahuan dari pada kelompok yang
terdiri atas empat atau lima orang (Slavin, 2010: 91). Berdasarkan hasil
penelitian Nusantari, dkk . (2008) model pembelajaran kooperatif tipe pair check dapat meningkatkan
kerja sama siswa dalam memecahkan masalah juga mengajarkan siswa saling
menghargai dan membantu siswa yang kurang aktif. Begitu juga penelitian dari
Pamukkale (2008; 748)
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe pair check dapat meningkatkan tingkat pemahaman
siswa dalam kursus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana proses
pembelajaran dengan menerapkan metode kooperatif tipe pair check pemecahan masalah dan
mengetahui seberapa besar peningkatan sociall
skill siswa setelah pembelajaran yang menerapkan metode kooperatif tipe pair check dalam memecahkan
masalah.
Kesimpulan pair checks dianggap perlu dilakukan karena mengajarkan
siswa untuk teliti serta mengandung nilai sosial. Dengan memusatkan perhatian siswa
terhadap konsep
pair checks diharapkan
akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai
materi yang ada. Memilih model pembelajaran yang tepat merupakan hal
yang sulit dan harus betul-betul dipikirkan serta dipertimbangkan dengan baik,
agar tujuan pembelajaran yang dirumuskan mencapai target atau sasaran yang
tepat. Penerapan model pembelajaran pair
checks pada pembelajaran
menulis paragraf persuasi advertensi pada siswa kelas X semester II tahun
pembelajaran 2015/2016 SMAN 1 Kotawaringin Lama
2.5 Penerapan Model Pembelajaran Pair Checks pada Pembelajaran Menulis Paragraf Persuasi Advertensi
Pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya sastra dan
hasil intelektual bangsa sendiri (Depdiknas, 2006:59).
Pemilihan model pembelajaran merupakan prosedur yang
sistematis dalam mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi guru dalam
merencanakan aktivitas pembelajaran. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah
pembelajaran menulis paragraf persuasif dengan model pembelajaran pair checks adalah sebagai berikut.
1 Guru menjelaskan konsep
2
Guru membagi Siswa
berkelompok berpasangan sebangku,
3 Salah seorang siswa menulis paragraf persuasi advertensi,
4 Siswa yang tidak menulis mengecek paragraf yang
ditulis,
5 Bertukar peran,
6 Penyimpulan,
7 Evaluasi
8 Refleksi.
Penerapan model pembelajaran pair checks pada pembelajaran menulis paragraf persuasif siswa
kelas X semester II SMA Negeri 1 Kotawaringin Lama berkaitan dengan standar isi
dan standar kompetensi lulusan satuan pendidikan. Selanjutnya, pembelajaran
mengenai menulis paragraf persuasif ini juga tersirat di dalam standar isi,
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X
semester II SMA Negeri 1 Kotawaringin Lama. Standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 1 seperti berikut.
Tabel 1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas X Semester II Tahun Pembelajaran 2015/2016
SMAN 1 Kotawaringin Lama
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Menulis
12. Mengungkapkan informasi
melalui penulisan paragraf dan persuasi
|
12.2
Menulis gagasan untuk meyakinkan atau
mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk
paragraf persuasi
|
1. Merangkai kerangka paragraf persuasi advertensi yang sesuai dengan aspek kerangka paragraf persuasi
2. Menyusun kembali kerangka paragraf yang telah dirangkai menjadi paragraf persuasi advertensi yang sesuai dengan aspek kerangka paragraf persuasi.
|
Sumber: Silabus KTSP SMAN 1
Kotawaringin Lama, Januari 2016.
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar di
atas, maka penelitian ini dilakukan karena mempunyai keterkaitan dengan standar
isi, sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2006. Diharapkan hasil penelitian ini memiliki implikasi
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis. Dalam
hal ini, pembelajaran menulis difokuskan pada kemampuan menulis paragraf persuasif
dengan model pembelajaran pair checks.
2.6
Penelitian yang Relevan
Pada penelitian ini peneliti mengangkat judul “Penerapan Model Pair Checks pada Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi Advertensi
Kelas X Semester II SMAN 1 Kotawaringin Barat Tahun Pembelajaran 2015/2016”. Penelitian ini mirip
dengan penelitian yan dilakukan oleh Ahmad Ramadhani (2015) dalam skripsinya yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Examples Non Examples dalam
Pembelajaran Menulis Paragraf Persuasif pada Siswa Kelas X Semester II SMA
Negeri 1 Kurun Tahun Pembelajaran 2014/2015”. Hasil
penelitian terdahulu terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh penulis, yaitu materi pembelajaran tentang paragraf persuasi. Penelitian tersebut
tidak ada yang benar-benar sama dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian
ini berbeda karena penelitian sebelumnya menggunakan materi yang masih luas,
berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan materi yang lebih spesifik
dengan tempat berbeda serta model pembelajaran pair checks yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar